Pengembangan LKS menggunakan pendekatan saintifik subtema tugas-tugas sekolahku untuk siswa kelas Dua (II) sekolah dasar.

(1)

ABSTRAK

PENGEMBANGAN LKS MENGGUNAKAN PENDEKATAN SAINTIFIK SUBTEMA TUGAS-TUGAS SEKOLAHKU

UNTUK SISWA KELAS DUA (II) SEKOLAH DASAR Ayu Rachmayani

Universitas Sanata Dharma 2016

Penelitian ini dilakukan karena masih banyak guru yang membutuhkan contoh Lembar Kerja Siswa menggunakan pendekatan saintifik. Tujuan utama dari penelitian ini adalah menghasilkan sebuah produk berupa Lembar Kerja Siswa menggunakan pendekatan saintifik pada subtema Tugas-tugas sekolahku untuk siswa kelas II Sekolah Dasar.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian dan pengembangan. Lembar Kerja Siswa dilakukan dengan langkah penelitian dan pengembangan dari model Borg dan Gall. Prosedur pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi lima langkah yaitu 1) analisis masalah, 2) pengumpulan data, 3) pengembangan produk, 4) validasi produk, dan 5) revisi produk hasil validasi, hingga menghasilkan desain produk final berupa Lembar Kerja Siswa menggunakan pendekatan saintifik pada subtema tugas-tugas sekolahku untuk siswa kelas II SD. Instrumen dalam penelitian ini adalah daftar pertanyaan wawancara analisis kebutuhan dan kuesioner. Wawancara digunakan untuk analisis kebutuhan kepada guru kelas II SD Negeri Kalasan 1, Sleman, sedangkan kuesioner digunakan untuk validasi kualitas Lembar Kerja Siswa oleh dua orang pakar Kurikulum SD 2013 dan Media LKS, dan dua orang guru kelas II Sekolah Dasar. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dan kuantitatif.

Berdasarkan hasil validasi dua pakar Kurikulum SD 2013 dan Media LKS menghasilkan skor 4,56 (Sangat Baik) dan 4,5 (Sangat Baik), dua guru kelas II SD menghasilkan skor 4,0 (Baik) dan 3,75 (Baik). Lembar Kerja Siswa tersebut memperoleh rerata skor 4,20 dari rentang skor 1-5 dengan kategori “Baik”. Hasil validasi tersebut berpedoman pada 16 aspek yaitu 1) kelengkapan unsur-unsur LKS, 2) rumusan petunjuk/ instruksi LKS, 3) rumusan kegiatan pembelajaran dalam LKS, 4) ketercapaian indikator/ tujuan pembelajaran dalam kegiatan pembelajaran, (5) bahasa yang digunakan pada LKS, 6) tampilan LKS, 7) penggunaan kata tanya mengapa dan bagaimana dalam LKS, 8) menanya, 9) mengamati, 10) mencoba, 11) menganalisis, 12) menalar, 13) mengomunikasikan, 14) keterpaduan antar mata pelajaran, 15) suasana pembelajaran, dan 16) refleksi. Hal ini menunjukkan Lembar Kerja Siswa menggunakan pendekatan saintifik yang dikembangkan sudah layak digunakan untuk uji coba dengan revisi sesuai saran dalam kegiatan pembelajaran di kelas II sekolah dasar.


(2)

ABSTRACT

THE DEVELOMENT OF STUDENT’S WORKSHEET BY USING SCIENTIFIC APROACH ON THE SUBTHEME “TUGAS-TUGAS SEKOLAHKU”

FOR THE SECOND GRADE OF ELEMENTARY SCHOOL Ayu Rachmayani

Universitas Sanata Dharma 2016

This research was conducted because there were still many teachers who needed example of student worksheet using scaintific approach. The main objective of this research was to produce a product in the form student worksheets using the scaintific approach on subtheme tugas-tugas sekolahku for second grade of primary school students.

This research was research and development. Student worksheet done with the steps of research and development of Borg and Gall models. The development procedure used in this research covered five steps, they were 1) analysis of the problem, 2) data gathering, 3) product development, 4) validation of the product, 5) revision of product validation results, which finally produced final product design in the form of student worksheet use scaintific approach on subtheme tugas-tugas sekolahku for second grade of elementary school. The research instrument was need analysis interview and questionnaire. The interview was used for the need analysis of teachers of the second grade of Kalasan 1 elementary school, Sleman, while the questionnaire was used to validate the quality of the student worksheet by two experts of 2013 curriculum and media student worksheet and two teachers of the second grade of elementary school. The data analysis used in this research was qualitative and quantitative.

According to the validation, the two experts of 2013 curriculum and media student worksheet showed result on the score of 4,56 (very good) and 4,5 (very good), and the two teachers of the second grade of elementary school showed result on the score of 4,0 (good) and 3,75 (good). The student worksheet got mean score 4,20 from the range of 1-5 and it was categorized as “good”. The result of the validation was based on 16 aspects which were: 1) the completeness of the worksheets’ elements, 2) the formulation of guidance / worksheets’ instruction, 3) the woksheets’ formulation of the learning activities, 4) the indicators achievement/ learning objectives in learning activities, 5) language used in worksheet, 6) the worksheet display, 7) the use of the questions words why and how in the worksheet, 8) asking, 9) observing, 10) trying, 11) analysis, 12) reasoning, 13) communicating, 14) the integration between subjects, 15) the atmosphere of learning, and 16) reflections. This shows the worksheet developement using the scientific approach is feasible to use for testing in learning activities with revision of the idea in the second grade of elementary school.


(3)

UNTUK SISWA KELAS DUA (II) SEKOLAH DASAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh: Ayu Rachmayani

NIM. 121134250

RINTISAN PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI GURU TERINTEGRASI (PPGT) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2016


(4)

(5)

(6)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan untuk:

Allah SWT

Yang selalu memberi kemudahan, kelancaran, dan petunjuk dalam pengerjaan penelitian dan pengembangan ini

Bapak War dan Mama Amin Tercinta

Yang selalu memberi perhatian dan dorongan kepada anaknya

Mamaku Terkasih

Yang selalu memberi kasih sayangnya serta doa kepada anaknya

Abah Tersayang

Yang selalu mengingatkanku untuk selalu berjuang meskipun sampai ke negeri China

Kakak dan Adik-adik Terbaik

Mbak Tya, Mbak Lia, Abang Varoz, Adik Fikar, Adik Haikal, Mbak Elok, Mas Meron, Mbak Mini, Kak Fen, Adik I’am, Adik Al, Fiskal, dan Chika

yang selalu menghadirkan tawa dalam keletihanku

Keluarga Besarku


(7)

v

Yang selalu memberikan motivasi, semangat, dan mengingatkanku untuk selalu mengerjakan tugas-tugas

PPGT Angkatan 2011 dan 2013

Yang selalu meluangkan waktu untuk memberitahu dan menyemangatiku dalam mengerjakan penelitian dan pengembangan ini

Teman-temanku Tercinta

Kak Fitry, Kak Esta, Kak Fanny, Etty, Lizzy, dan Fiber Yang selalu menemaniku dalam suka maupun duka

Rudy Ardianto

Yang selalu memberikan dorongan dan menemani ketika mengerjakan penelitian ini

Dosen-dosen Terkasih

Pak Puji, Ibu Maslichah, Ibu Ika, Pak Galih, Pak Rohandi, dan Pak Rusmawan Yang selalu menasehati dan memperbaiki kesalahan selama mengikuti perkuliahan

Keluarga Besar Student Residence

Pamong dan teman-teman SR

Yang selalu memberikan kasih sayangnya kepadaku

Kupersembahkan karya ini untuk almamaterku Universitas Sanata Dharma


(8)

vi MOTTO

“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja

keras (untuk urusan yang lain). Dan hanya kepada Tuhanmulah

engkau berharap.” (QS. Al-Insyirah,6-8)

Hal yang harus kita takuti di dunia ini adalah diri kita sendiri

karena kita tahu apa yang baik dan buruk bagi diri kita

Memulai dengan penuh keyakinan

Menjalankan dengan penuh keikhlasan

Menyelesaikan dengan penuh kebahagiaan

Yang terpenting adalah bagaimana mencapai apa yang kita


(9)

(10)

(11)

ix ABSTRAK

PENGEMBANGAN LKS MENGGUNAKAN PENDEKATAN SAINTIFIK SUBTEMA TUGAS-TUGAS SEKOLAHKU

UNTUK SISWA KELAS DUA (II) SEKOLAH DASAR Ayu Rachmayani

Universitas Sanata Dharma 2016

Penelitian ini dilakukan karena masih banyak guru yang membutuhkan contoh Lembar Kerja Siswa menggunakan pendekatan saintifik. Tujuan utama dari penelitian ini adalah menghasilkan sebuah produk berupa Lembar Kerja Siswa menggunakan pendekatan saintifik pada subtema Tugas-tugas sekolahku untuk siswa kelas II Sekolah Dasar.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian dan pengembangan. Lembar Kerja Siswa dilakukan dengan langkah penelitian dan pengembangan dari model Borg dan Gall. Prosedur pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi lima langkah yaitu 1) analisis masalah, 2) pengumpulan data, 3) pengembangan produk, 4) validasi produk, dan 5) revisi produk hasil validasi, hingga menghasilkan desain produk final berupa Lembar Kerja Siswa menggunakan pendekatan saintifik pada subtema tugas-tugas sekolahku untuk siswa kelas II SD. Instrumen dalam penelitian ini adalah daftar pertanyaan wawancara analisis kebutuhan dan kuesioner. Wawancara digunakan untuk analisis kebutuhan kepada guru kelas II SD Negeri Kalasan 1, Sleman, sedangkan kuesioner digunakan untuk validasi kualitas Lembar Kerja Siswa oleh dua orang pakar Kurikulum SD 2013 dan Media LKS, dan dua orang guru kelas II Sekolah Dasar. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dan kuantitatif.

Berdasarkan hasil validasi dua pakar Kurikulum SD 2013 dan Media LKS menghasilkan skor 4,56 (Sangat Baik) dan 4,5 (Sangat Baik), dua guru kelas II SD menghasilkan skor 4,0 (Baik) dan 3,75 (Baik). Lembar Kerja Siswa tersebut memperoleh rerata skor 4,20 dari rentang skor 1-5 dengan kategori “Baik”. Hasil validasi tersebut berpedoman pada 16 aspek yaitu 1) kelengkapan unsur-unsur LKS, 2) rumusan petunjuk/ instruksi LKS, 3) rumusan kegiatan pembelajaran dalam LKS, 4) ketercapaian indikator/ tujuan pembelajaran dalam kegiatan pembelajaran, (5) bahasa yang digunakan pada LKS, 6) tampilan LKS, 7) penggunaan kata tanya mengapa dan bagaimana dalam LKS, 8) menanya, 9) mengamati, 10) mencoba, 11) menganalisis, 12) menalar, 13) mengomunikasikan, 14) keterpaduan antar mata pelajaran, 15) suasana pembelajaran, dan 16) refleksi. Hal ini menunjukkan Lembar Kerja Siswa menggunakan pendekatan saintifik yang dikembangkan sudah layak digunakan untuk uji coba dengan revisi sesuai saran dalam kegiatan pembelajaran di kelas II sekolah dasar.


(12)

x ABSTRACT

THE DEVELOMENT OF STUDENT’S WORKSHEET BY USING SCIENTIFIC

APROACH ON THE SUBTHEME “TUGAS-TUGAS SEKOLAHKU” FOR THE SECOND GRADE OF ELEMENTARY SCHOOL

Ayu Rachmayani Universitas Sanata Dharma

2016

This research was conducted because there were still many teachers who needed example of student worksheet using scaintific approach. The main objective of this research was to produce a product in the form student worksheets using the scaintific approach on subtheme tugas-tugas sekolahku for second grade of primary school students.

This research was research and development. Student worksheet done with the steps of research and development of Borg and Gall models. The development procedure used in this research covered five steps, they were 1) analysis of the problem, 2) data gathering, 3) product development, 4) validation of the product, 5) revision of product validation results, which finally produced final product design in the form of student worksheet use scaintific approach on subtheme tugas-tugas sekolahku for second grade of elementary school. The research instrument was need analysis interview and questionnaire. The interview was used for the need analysis of teachers of the second grade of Kalasan 1 elementary school, Sleman, while the questionnaire was used to validate the quality of the student worksheet by two experts of 2013 curriculum and media student worksheet and two teachers of the second grade of elementary school. The data analysis used in this research was qualitative and quantitative.

According to the validation, the two experts of 2013 curriculum and media student worksheet showed result on the score of 4,56 (very good) and 4,5 (very good), and the two teachers of the second grade of elementary school showed result on the score of 4,0 (good) and 3,75 (good). The student worksheet got mean score 4,20 from the range of 1-5 and it was categorized as “good”. The result of the validation was based on 16 aspects which were: 1) the completeness of the worksheets’ elements, 2) the formulation of guidance / worksheets’ instruction, 3) the woksheets’ formulation of the learning activities, 4) the indicators achievement/ learning objectives in learning activities, 5) language used in worksheet, 6) the worksheet display, 7) the use of the questions words why and how in the worksheet, 8) asking, 9) observing, 10) trying, 11) analysis, 12) reasoning, 13) communicating, 14) the integration between subjects, 15) the atmosphere of learning, and 16) reflections. This shows the worksheet developement using the scientific approach is feasible to use for testing in learning activities with revision of the idea in the second grade of elementary school.


(13)

xi

Puji dan syukur peneliti haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga skripsi yang berjudul Pengembangan LKS Menggunakan Pendekatan Saintifik Subtema Tugas-tugas Sekolahku untuk Siswa Kelas Dua (II) Sekolah Dasar dapat peneliti selesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Peneliti menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini, peneliti banyak mendapatkan bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak baik secara langsung ataupun tidak langsung sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Maka pada kesempatan ini, peneliti ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Christiyanti Aprinastuti, A.Si., M.Pd. selaku Ketua Program Studi PGSD.

3. Drs. Puji Purnomo, M.Si. selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing dan memberi dukungan sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Para dosen dan Staf PGSD yang telah melayani peneliti dengan baik.

5. G.K., S.Pd., M.Pd. selaku validator Pakar Kurikulum SD 2013 dan Media LKS yang telah memberikan bantuan dalam penelitian ini dengan melakukan validasi produk penelitian.

6. Dra. M.A., M.Pd. selaku validator Pakar Kurikulum SD 2013 dan Media LKS yang telah memberikan bantuan dalam penelitian ini dengan melakukan validasi produk penelitian.

7. Sarjono, S.Pd.,SD. selaku Kepala SD Negeri Kalasan 1 yang telah memberikan bantuan selama peneliti melakukan penelitian di sekolah.

8. Catur Eny Rahayu, S.Pd.,SD. selaku guru kelas IIB SD Negeri Kalasan 1 yang telah membantu peneliti dalam melakukan validasi produk penelitian.

9. Purwanti, S.Pd. selaku guru kelas IIA SD Negeri Kalasan 1 yang telah membantu peneliti dalam melakukan validasi produk penelitian.

10.Ayah dan Ibunda tersayang, Bapak Anwar Mochsen dan Ibu Ruslamin yang setia memberikan doa dan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.


(14)

(15)

xiii

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... viii

ABSTRAK ... ix

ABSTRACT ... x

KATA PENGANTAR ... xi

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR BAGAN ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Batasan Istilah ... 8

F. Spesifikasi Produk yang dikembangkan ... 9

BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori ... 11

1. Kurikulum SD 2013 ... 11

a. Urgensi Pengembangan Kurikulum 2013 ... 11

b. Konsep Dasar Kurikulum 2013 ... 12

c. Pendidikan Karakter ... 19

d. Pendekatan Tematik Integratif ... 24

e. Pendekatan Saintifik ... 26


(16)

xiv

b. Karakteristik Lembar Kerja Siswa ... 30

c. Jenis-jenis Lembar Kerja Siswa ... 31

d. Langkah-langkah Penyusunan Lembar Kerja Siswa ... 33

e. Keunggulan dan Kelemahan Lembar Kerja Siswa ... 36

3. Pendekatan Saintifik ... 37

a. Pengertian Pendekatan Saintifik ... 37

b. Karakteristik Pembelajaran Menggunakan Pendekatan Saintifik ... 38

c. Tujuan Pembelajaran Menggunakan Pendekatan Saintifik ... 38

d. Langkah-langkah Pendekatan Saintifik ... 40

B. Penelitian yang Relevan ... 43

C. Kerangka Pikir ... 46

D. Pertanyaan Penelitian ... 48

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 49

B. Prosedur Pengembangan ... 49

C. Jadwal Penelitian ... 56

D. Validasi Ahli Kurikulum SD 2013 dan Media LKS ... 57

E. Teknik Pengumpulan Data ... 58

F. Intrumen Penelitian ... 58

G. Teknik Analisis Data ... 63

1. Data Kualitatif ... 63

2. Data Kuantitatif ... 63

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Kebutuhan ... 67

1. Hasil Wawancara Analisis Kebutuhan ... 67

2. Pembahasan Hasil Wawancara Analisis Kebutuhan ... 71

3. Deskripsi Produk Awal... 72

B. Data Hasil Validasi Pakar Kurikulum SD 2013 dan Media LKS ... 75

C. Data Hasil Validasi Guru Kelas II Pelaksana Kurikulum SD 2013 ... 77

D. Kajian Produk Akhir dan Pembahasan ... 81

1. Kajian Produk Akhir... 82


(17)

xv

A. Kesimpulan ... 87

B. Keterbatasan Pengembangan ... 88

C. Saran ... 88

DAFTAR PUSTAKA ... 90

LAMPIRAN ... 93


(18)

xvi

Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 56

Tabel 2. Panduan Wawancara Survei Kebutuhan ... 59

Tabel 3. Lembar Kuesioner Instrumen Validasi Lembar Kerja Siswa ... 60

Tabel 4. Konversi Data Kuantitatif ke Data Kualitatif pada Skala Lima... 63

Tabel 5. Konversi Nilai dan Skor ke Data Kualitatif pada Skala Lima ... 65

Tabel 6. Komentar Pakar Kurikulum SD 2013 dan Media LKS serta Revisi... 77

Tabel 7. Komentar Guru Kelas II SD dan Revisi... 79

Tabel 8. Rekapitulasi Validasi Pakar Kurikulum SD 2013 dan Media LKS dan Guru Kelas I SD Pelaksana Kurikulum SD 2013 ... 85


(19)

xvii

Bagan 1. Literature Map Hasil Penelitian yang Relevan ... 46 Bagan 2. Model Pengembangan Borg dan Gall ... 50 Bagan 3. Langkah-langkah Model Pengembangan LKS ... 53


(20)

xviii

Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian ... 94

Lampiran 2 Surat Keterangan Penelitian ... 95

Lampiran 3 Surat Ijin Validasi ... 96

Lampiran 4 Rangkuman Wawancara ... 97

Lampiran 5 Data Mentah Skor Validasi Ahli Kurikulum SD 2013 dan Media LKS ... 101

Lampiran 6 Data Mentah Skor Validasi Guru Kelas II SD Pelaksana Kurikulum SD 2013 ... 107

Lampiran 7 Silabus ... 113

Lampiran 8 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 135 Lampiran 9 Lembar Kerja Siswa (Dicetak Terpisah) ...


(21)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan usaha untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini tertuang dalam UUD 1945 Pasal 31 ayat (1) yang berbunyi “Tiap-tiap warga negara berhak untuk mendapatkan pendidikan”. Pendidikan bagi setiap warga Negara pada hakikatnya adalah merupakan suatu upaya untuk mengembangkan potensi yang dimiliki, sehingga dengan kemampuannya siswa akan dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dan kelak akan berguna bagi dirinya sendiri, keluarga, masyarakat, dan negara. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan usaha untuk mengembangkan potensi diri peserta didik sehingga memiliki kecerdasan, sikap yang baik, dan keterampilan yan dapat diandalkan.

Ketika berbicara tentang pendidikan, maka hal yang paling utama adalah kurikulum yang telah diterapkan pada suatu jenjang pendidikan. Di Indonesia, perubahan kurikulum mengalami perjalanan yang sangat panjang


(22)

dari Rencana Pembelajaran 1947, Kurikulum 1952, Kurikulum 1964, Kurikulum 1968, Kurikulum 1975/1976, Kurikulum 1984, Kurikulum 1994, Kurikulum Berbasis Kompetensi 2004 dan 2006 yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan hingga terakhir ini kurikulum 2013 (Hidayat, 2013:10). Berdasarkan uraian tersebut, dapat dilihat sejarah kurikulum di Indonesia telah mengalami beberapa kali pergantian, dengan tujuan untuk membentuk kualitas pendidikan yang bermutu yang dapat memenuhi kebutuhan siswa.

Upaya peningkatan mutu pendidikan perlu dilakukan secara menyeluruh meliputi aspek pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai Pancasila. Pengembangan aspek-aspek tersebut dilakukan untuk meningkatkan dan mengembangkan kecakapan hidup (life skills) yang diwujudkan melalui pencapaian seperangkat kompetensi, agar siswa dapat bertahan hidup serta menyesuaikan diri dan berhasil dalam kehidupan di masa yang akan datang. Untuk itu, sekolah diharapkan dapat mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut. Pendidikan yang dianggap berhasil pada suatu jenjang sekolah, tidak bisa terlepas dari adanya kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi yang dimiliki siswa.

Di dalam lampiran Permendikbud No. 81A Tahun 2003 tentang Implementasi Kurikulum Pedoman Umum Pembelajaran dijelaskan bahwa kegiatan pembelajaran merupakan proses pendidikan yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan potensi dalam hal sikap, pengetahuan, dan keterampilannya. Kegiatan pembelajaran harus diarahkan


(23)

untuk memfasilitasi pencapaian kompetensi yang telah dirancang dalam kurikulum agar setiap siswa mampu menjadi pembelajaran mandiri sepanjang hayat.

Untuk mencapai hasil yang efektif, kegiatan pembelajaran perlu menggunakan prinsip-prinsip yaitu berpusat pada siswa, mengembangkan kreativitas, menciptakan kondisi menyenangkan dan menantang, memuat nilai-nilai penting, menyediakan pengalaman belajar, serta membuat pembelajaran menjadi menyenangkan. Prinsip-prinsip ini merupakan prinsip yang sangat penting di dalam kegiatan pembelajaran, karena hasil belajar dari prinsip ini akan melahirkan peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi.

Salah satu pendekatan pembelajaran yang menerapkan prinsip-prinsip tersebut adalah pendekatan saintifik. Daryanto (2014:51) mengemukakan bahwa pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruksi konsep, hukum, atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum, atau prinsip yang “ditemukan”.


(24)

Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran melibatkan keterampilan proses seperti mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengomunikasikan. Dalam melaksanakan proses-proses tersebut, bantuan guru sangat diperlukan. Akan tetapi, bantuan guru tersebut harus semakin berkurang dengan semakin bertambah dewasanya siswa atau semakin tingginya kelas.

Salah satu bantuan yang dapat guru berikan dalam memfasilitasi siswa adalah mengaktifkan siswa melalui media Lembar Kerja Siswa (LKS). Tim Penyusun Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Depdiknas (2004:23) menjelaskan bahwa Lembar Kerja Siswa merupakan lembaran-lembaran yang berisi tugas yang harus dikerjakan siswa. Lembar Kegiatan biasanya berupa petunjuk dan langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas. Dalam menyiapkan Lembar Kerja Siswa, ada syarat yang mesti dipenuhi oleh guru. Prastowo (2014:296) menjelaskan, syarat yang harus dipenuhi guru yaitu harus cermat dan memiliki pengetahuan serta keterampilan yang memadai, karena sebuah lembar kerja harus memenuhi paling tidak kriteria yang berkaitan dengan tercapai atau tidaknya sebuah kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh siswa.

Berdasarkan hasil survei kebutuhan guru terkait penggunaan Lembar Kerja Siswa pada tanggal 29 Juni 2015 pukul 10.20 WIB di ruang kelas II, SDN Kalasan 1 dengan Ibu C.E, guru sering menggunakan media LKS karena media LKS merupakan bukti nyata dari pekerjaan siswa yang harus diselesaikan. Guru juga telah mengetahui komponen-komponen yang harus


(25)

ada di dalam LKS yang menggunakan pendekatan saintifik. Menurut guru C.E, keunggulan belajar menggunakan media LKS adalah menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, menarik minat belajar siswa, siswa antusias dengan melihat isi dari media LKS, memberikan motivasi belajar kepada siswa, hasil belajar yang optimal, efektif dan efisien. siswa tidak mudah jenuh, dan lebih praktis. Akan tetapi, penggunaan media LKS adalah LKS yang digunakan selama ini hanya berisikan soal-soal semata. LKS yang dibeli pun belum sepenuhnya memuat tentang Pendekatan Saintifik. Kompetensi yang terdapat pada LKS dari penerbit juga kurang sesuai dengan silabus yang telah disusun.

Pada saat melakukan wawancara dengan guru C.E, beliau juga mengatakan bahwa beliau belum terampil membuat media LKS. Hal ini dikarenakan, LKS yang biasa digunakan adalah LKS yang dibeli pada penerbit-penerbit. Beliau juga sudah mencoba untuk menerapkan media LKS sesuai tuntutan Kurikulum SD 2013 yang mengemas materi pelajaran secara tematik terintegratif dan pendekatan pembelajaran saintifik dengan hal yang sederhana pada RPP dan saat ulangan saja, akan tetapi beliau belum pandai dalam membuat LKS pada setiap kegiatan pembelajaran dengan menggunakan Pendekatan Saintifik karena beliau belum memahami komponen-komponen yang harus ada di dalam LKS. Selain itu, guru juga kurang memahami pengetahuan akan Teknologi Informasi dan Komunikasi serta membutuhkan waktu yang cukup lama dalam memahami dan membuatnya.


(26)

Dalam hal ini, guru menyadari akan kesulitan yang dialami dalam mengembangkan LKS, terutama dalam hal membuat LKS, karena selama ini, guru hanya membeli LKS dari penerbit. Hal ini menyebabkan guru tidak kreatif, inovatif, dan tidak menghiraukan kompetensi yang akan diperoleh siswa. Oleh karena itu, guru sangat membutuhkan contoh LKS yang sesuai dengan tuntutan Kurikulum SD 2013 guna untuk mengembangkan pembelajaran di kelas dan tercapainya tujuan implementasi Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar.

Dengan melihat adanya masalah tersebut dan pentingnya diadakan contoh-contoh LKS, maka peneliti mencoba memberi solusi untuk mengatasi masalah tersebut dengan mengembangkan Lembar Kerja Siswa Menggunakan Pendekatan Saintifik Pada Subtema Tugas-tugas Sekolahku Untuk Siswa Kelas II SD.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana mengembangkan produk berupa LKS menggunakan pendekatan saintifik pada subtema Tugas-tugas Sekolahku untuk siswa kelas II Sekolah Dasar?

2. Bagaimana kualitas produk LKS menggunakan pendekatan saintifik pada subtema Tugas-tugas Sekolahku untuk siswa kelas II Sekolah Dasar?


(27)

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mendeskripsikan langkah pengembangan produk berupa LKS menggunakan pendekatan saintifik pada subtema Tugas-tugas Sekolahku untuk siswa kelas II Sekolah Dasar.

2. Untuk mendeskripsikan kualitas produk LKS menggunakan pendekatan saintifik pada subtema Tugas-tugas Sekolahku untuk siswa kelas II Sekolah Dasar.

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi mahasiswa

Bagi peneliti dapat memperoleh pengalaman melakukan penelitian Research and Development (R&D) khususnya dalam upaya untuk Mengembangkan LKS menggunakan Pendekatan Saintifik Pada Subtema Tugas-tugas Sekolahku untuk Siswa Kelas II Sekolah Dasar.

2. Bagi guru

Bagi guru dapat memperoleh inspirasi terkait dengan penelitian Research and Development (R&D), dan memperoleh contoh Lembar Kerja Siswa khususnya LKS menggunakan Pendekatan Saintifik Pada Subtema Tugas-tugas Sekolahku untuk Siswa Kelas II Sekolah Dasar.

3. Bagi sekolah

Bagi sekolah, dapat memperoleh contoh LKS menggunakan pendekatan saintifik dan bahan bacaan tambahan terkait dengan penelitian Research and Development (R&D) dalam upaya untuk Mengembangkan LKS


(28)

menggunakan Pendekatan Saintifik Pada Subtema Tugas-tugas Sekolahku untuk Siswa Kelas II Sekolah Dasar.

4. Bagi Prodi PGSD

Bagi prodi PGSD dapat memperoleh bahan bacaan tambahan perpustakan terkait dengan penelitian Research and Development (R&D) dalam upaya untuk Mengembangkan LKS menggunakan Pendekatan Saintifik Pada Subtema Tugas-tugas Sekolahku untuk Siswa Kelas II Sekolah Dasar.

E. Batasan Istilah

1. Kurikulum SD 2013 adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan di Sekolah Dasar dengan menerapkan pembelajaran tematik integratif, pendekatan saintifik, pendidikan karakter, dan penilaian autentik.

2. Pendekatan Saintifik adalah pendekatan pembelajaran yang dilandasi pendekatan ilmiah dalam pembelajaran yang diorientasikan guna membina kemampuan siswa dalam memecahkan masalah melalui serangkaian aktivitas yaitu mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengomunikasikan yang menuntut kemampuan berpikir kritis, berpikir kreatif, dan berkomunikasi dalam upaya meningkatkan pemahaman siswa. 3. Lembar Kerja Siswa adalah bahan ajar cetak yang berupa lembar-lembar


(29)

pembelajaran yang harus dikerjakan siswa, baik bersifat teoritis dan/atau praktis, yang mengacu pada Kompetensi Dasar yang harus dicapai siswa dan penggunaannya tergantung dengan bahan ajar lain.

4. Subtema Tugas-tugas Sekolahku adalah subtema yang memuat tentang Kompetensi Dasar dan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan tugas-tugas siswa di sekolah.

F. Spesifikasi Produk yang dikembangkan

Produk yang dikembangkan memiliki spesifikasi sebagai berikut. 1. Komponen LKS disusun dengan lengkap, dengan mencakup:

a. Identitas LKS yang terdiri dari: 1) Satuan pendidikan.

2) Kelas/ Semester. 3) Tema/ Subtema. 4) Muatan pembelajaran. 5) Pembelajaran keberapa. b. Petunjuk umum.

c. Tujuan pembelajaran dari setiap indikator.

d. Kegiatan pembelajaran yang terdiri dari kegiatan mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengomunikasikan yang dilengkapi dengan tugas dan langkah-langkah kerja.


(30)

2. LKS disusun dengan bahasa yang singkat, sederhana, dan sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik.

3. LKS disusun memungkinkan tercapainya indikator/ tujuan pembelajaran. 4. LKS disusun dengan sistematis dan membuat siswa berpikir logis melalui

aktivitas mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengomunikasikan.

5. LKS disusun dengan mengintegrasikan beberapa mata pelajaran.

6. LKS disusun dengan tampilan menarik dan dapat menciptakan kegiatan pembelajaran yang aktif serta menyenangkan.


(31)

11 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

1. Kurikulum SD 2013

a. Urgensi Pengembangan Kurikulum 2013

Kunandar (2014:15) menjelaskan bahwa Indonesia sebagai bangsa dan negara akan terus menjalani sejarahnya. Ibarat sebuah organisme, negara Indonesia lahir, tumbuh, berkembang, dan mempertahankan kehidupannya untuk mencapai apa yang dicita-citakan di awal kelahirannya. Cita-cita luhur tersebut tercantum dalam UUD 1945 alinea ke empat, yakni melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

Dalam rangka mewujudkan kondisi di atas, pemerintah melalui Departemen Pendidikan dan Kebudayaan terus melakukan pembaruan dan inovasi dalam bidang pendidikan. Salah satunya adalah pembaruan dan inovasi dalam bidang kurikulum, yakni lahirnya kurikulum 2013. Hidayat (2013:113) mengemukakan bahwa orientasi kurikulum 2013 adalah terjadinya peningkatan dan keseimbangan antara kompetensi sikap (attitude), keterampilan (skill) dan pengetahuan (knowledge). Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia


(32)

agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.

b. Konsep Dasar Kurikulum 2013

Pemerintah melalui Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 2013 mengimplementasikan kurikulum baru sebagai penyempurnaan kurikulum sebelumnya (KTSP) yang diberi nama kurikulum 2013. Latar belakang lahirnya kurikulum 2013 menurut Kunandar (2014:21) adalah sebagai berikut.

1) Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2010 – 2014, diamanatkan penerapan metodologi pendidikan yang tidak lagi berupa pengajaran demi kelulusan ujian (teaching to the test), tetapi pendidikan menyeluruh yang memerhatikan kemampuan sosial, watak, budi pekerti, kecintaan terhadap budaya bahasa Indonesia melalui penyesuaian sistem Ujian Akhir Nasional (UAN) pada 2011 dan penyempurnaan kurikulum SD dan menengah sebelum tahun 2011 yang diterapkan 25% sekolah pada 2012 dan 100% pada 2014.

2) Ada beberapa hal yang perlu dilakukan penyempurnaan dalam kurikulum sebelumnya (KTSP), yakni a) konten kurikulum masih terlalu padat yang ditunjukkan dengan banyaknya mata pelajaran


(33)

dan banyak materi yang keluasan dan tingkat kesukarannya melampaui tingkat perkembangan usia anak, b) kurikulum belum sepenuhnya berbasis kompetensi sesuai dengan tuntutan fungsi dan tujuan pendidikan nasional, c) kompetensi belum menggambarkan secara holistik domain sikap, keterampilan, dan pengetahuan, d) kompetensi yang dibutuhkan sesuai dengan perkembangan kebutuhan belum terakomodasi secara eksplisit di dalam kurikulum, e) kurikulum belum peka dan tanggap terhadap perubahan sosial yang terjadi pada tingkat lokal, nasional, maupun global, f) standar proses pembelajaran belum menggambarkan urutan pembelajaran yang rinci sehingga membuka peluang penafsiran yang beraneka ragam dan berujung pada pembelajaran yang berpusat pada guru, dan g) standar penilaian belum mengarah pada penilaian berbasis kompetensi (proses dan hasil) dan belum tegas menuntut adanya remidiasi secara berkala.

PERMENDIKBUD No.67 Tahun 2013 tentang kurikulum SD, menegaskan bahwa rasional pengembangan kurikulum mencakup beberapa faktor, antara lain:

1) Tantangan Internal

Tantangan internal antara lain terkait dengan kondisi pendidikan dikaitkan dengan tuntutan pendidikan yang mengacu kepada 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan yang meliputi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar


(34)

pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Tantangan internal lainnya terkait dengan perkembangan penduduk Indonesia dilihat dari pertumbuhan penduduk usia produktif. Saat ini jumlah penduduk Indonesia usia produktif (15-64 tahun) lebih banyak dari usia tidak produktif (anak-anak berusia 0-14 tahun dan orang tua berusia 65 tahun ke atas).

Jumlah penduduk usia produktif ini akan mencapai puncaknya pada tahun 2020-2035 pada saat angkanya mencapai 70%. Oleh sebab itu, tantangan besar yang dihadapi adalah bagaimana mengupayakan agar sumber daya manusia usia produktif yang melimpah ini dapat ditransformasikan menjadi sumber daya manusia yang memiliki kompetensi dan keterampilan melalui pendidikan agar tidak menjadi beban.

2) Tantangan Eksternal

Tantangan eksternal antara lain terkait dengan arus globalisasi dan berbagai isu yang terkait dengan masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi dan informasi, kebangkitan industri kreatif dan budaya, dan perkembangan pendidikan di tingkat internasional. Arus globalisasi akan menggeser pola hidup masyarakat dari agraris dan perniagaan tradisional menjadi masyarakat industri dan perdagangan modern seperti dapat terlihat di World Trade


(35)

Organization (WTO), Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) Community, Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC), dan ASEAN Free Trade Area (AFTA).

Tantangan eksternal juga terkait dengan pergeseran kekuatan ekonomi dunia, pengaruh dan imbas teknosains serta mutu, investasi, dan transformasi bidang pendidikan. Keikutsertaan Indonesia di dalam studi International Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) dan Program for International Student Assessment (PISA) sejak tahun 1999 juga menunjukkan bahwa capaian anak-anak Indonesia tidak menggembirakan dalam beberapa kali laporan yang dikeluarkan TIMSS dan PISA. Hal ini disebabkan antara lain banyaknya materi uji yang ditanyakan di TIMSS dan PISA tidak terdapat dalam kurikulum Indonesia.

3) Penyempurnaan Pola Pikir

Kurikulum 2013 dikembangkan dengan penyempurnaan pola pikir sebagai berikut.

a) Pola pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi pembelajaran berpusat pada peserta didik. Peserta didik harus memiliki pilihan-pilihan terhadap materi yang dipelajari untuk memiliki kompetensi yang sama.


(36)

b) Pola pembelajaran satu arah (interaksi guru-peserta didik) menjadi pembelajaran interaktif (interaktif guru-peserta didik-masyarakat-lingkungan alam, sumber/ media lainnya).

c) Pola pembelajaran terisolasi menjadi pembelajaran secara jejaring (peserta didik dapat menimba ilmu dari siapa saja dan dari mana saja yang dapat dihubungi serta diperoleh melalui internet).

d) Pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran aktif-mencari (pembelajaran siswa aktif mencari semakin diperkuat dengan model pembelajaran pendekatan sains).

e) Pola belajar sendiri menjadi belajar kelompok (berbasis tim). f) Pola pembelajaran alat tunggal menjadi pembelajaran berbasis

alat multimedia.

g) Pola pembelajaran berbasis massal menjadi kebutuhan pelanggan (users) dengan memperkuat pengembangan potensi khusus yang dimiliki setiap peserta didik.

h) Pola pembelajaran ilmu pengetahuan tunggal (monodiscipline) menjadi pembelajaran ilmu pengetahuan jamak (multidisciplines).

i) Pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran kritis. 4) Penguatan Tata Kelola Kurikulum

Pelaksanaan kurikulum selama ini telah menempatkan kurikulum sebagai daftar mata pelajaran. Pendekatan kurikulum


(37)

2013 untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah diubah sesuai dengan kurikulum satuan pendidikan. Oleh karena itu, dalam Kurikulum 2013 dilakukan penguatan tata kelola sebagai berikut: a) Tata kerja guru yang bersifat individual diubah menjadi tata

kerja yang bersifat kolaboratif;

b) Penguatan manajeman sekolah melalui penguatan kemampuan manajemen kepala sekolah sebagai pimpinan kependidikan (educational leader); dan

c) Penguatan sarana dan prasarana untuk kepentingan manajemen dan proses pembelajaran.

Berdasarkan tantangan internal dan eksternal serta kesenjangan kurikulum tersebut, maka perlu adanya penyempurnaan pola pikir. Pola pikir dapat berupa pola pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi berpusat pada peserta didik, pola pembelajaran pasif menjadi pola pembelajaran aktif dan lain sebagainya. Penyempurnaan pola pikir sangat berpengaruh terhadap perubahan pendidikan, di mana dalam kegiatan belajar dan pembelajaran antara siswa dan guru bukan lagi sebatas transfer ilmu yang penyampaian pengetahuan hanya dari guru ke siswa. Namun, pembelajaran tersebut menuju perubahan di mana siswa belajar lebih aktif, peserta didik dapat belajar dari siapa saja dan di mana saja seperti dari lingkungan siswa.


(38)

5) Penguatan Materi

Penguatan materi dilakukan dengan cara pendalaman dan perluasan materi yang relevan bagi peserta didik. Materi yang digunakan tidak hanya diperoleh dari buku sumber, melainkan guru dapat mengembangkan sendiri materi ajar dari berbagai sumber atau referensi yang tersedia melalui media cetak maupun internet sesuai kreatifitas guru.

Berlandaskan hal-hal tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa rasional dan elemen perubahan Kurikulum 2013 adalah hal yang sangat mendesak untuk segera diimplementasikan oleh sekolah-sekolah agar dapat mempersiapkan sejak dini siswa yang memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia di masa yang akan datang. Implementasi Kurikulum 2013 harus segera dilaksanakan, karena mengingat begitu penting dan mendesaknya kebutuhan pendidikan yang lebih baik di Indonesia. Berdasarkan elemen perubahan di atas, pemerintah melakukan perubahan dalam Standar Nasional Pendidikan pada Kurikulum 2013.

Kompetensi yang harus dicapai pada tiap akhir jenjang kelas dinamakan kompetensi inti. Kompetensi inti merupakan anak tangga yang harus ditapak peserta didik untuk sampai pada kompetensi lulusan jenjang SMP/MTs. Kompetensi inti bukan untuk diajarkan melainkan


(39)

untuk dibentuk melalui pembelajaran berbagai kompetensi dasar dari sejumlah mata pelajaran yang relevan. Kompetensi inti bukan untuk diajarkan melainkan untuk dibentuk melalui pembelajaran berbagai kompetensi dasar dari sejumlah mata pelajaran yang relevan. Kompetensi inti menyatakan kebutuhan kompetensi peserta didik, sedangkan mata pelajaran adalah pasokan kompetensi. Dengan demikaian, kompetensi inti berfungsi sebagai unsur pengorganisasi (organisasi elemen) kompetensi dasar.

c. Pendidikan Karakter

Dalam kamus Bahasa Indonesia, karakter merupakan sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang menjadi ciri khas seseorang. Dumadi (dalam Adisusilo, 2012:76) menjelaskan bahwa karakter berasal dari bahasa Yunani “charassein” yang berarti barang atau alat untuk menggores, yang kemudian dipahami sebagai setempel atau “cap”, berarti sifat-sifat yang melekat pada seseorang. Kertajaya (dalam Hidayatullah, 2010:13) menjelaskan karakter merupakan ciri khas yang dimiliki oleh suatu benda atau individu”. Gunawan (2012:3) mengemukakan bahwa karakter merupakan keadaan asli dari dalam diri individu yang membedakannya dengan orang lain.

Berdasarkan pendapat ketiga ahli tersebut yakni Dumadi yang mengatakan karakter merupakan sifat-sifat yang melekat pada seseorang sedangkan Kertajaya berpendapat bahwa karakter ciri khas


(40)

yang dimiliki oleh individu. Gunawan (2012:3) berpendapat karakter merupakan keadaan asli yang membedakan individual. Dapat disimpulkan dari ketiga pendapat tersebut bahwa karakter merupakan sifat-sifat atau budi pekerti yang menjadi ciri khas dari setiap individu yang membedakannya dengan orang lain. Ciri khas di sini dapat diartikan sebuah keutuhan kepribadian yang melekat dalam diri individu sebagai kekuatan moral dalam dirinya dan bertingkah laku sesuai dengan nilai yang terdapat di masyarakat.

Koesuma (dalam Muslich, 2013:70) memaparkan bahwa karakter sama dengan kepribadian. Ini berarti kepribadian merupakan ciri atau kharasteristik dari diri seseorang yang diterima dari lingkungan, misalnya keluarga dari masa kecil. Suyanto (dalam Muslich, 2013:70) juga menyatakan bahwa karakter adalah sebuah cara berpikir tiap individu untuk bekerjasama dalam keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Hal ini dipahami oleh Muslich (2013:71) bahwa karakter

berkaitan dengan moral, berkonotasi “positif” bukan netral.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa karkter merupakan ciri khas atau karaktersistik tiap individu yang diperoleh dari lingkungan keluarga sehingga individu tersebut terbentuk kepribadian yang bermoral dan individu dapat bekerjasama dengan masyarakat, bangsa dan negara.

Samani (dalam Maksudin 2013:7) memaparkan bahwa pendidikan karakter berpatok pada sikap jujur, cerdas, punya cita-cita dan olahraga.


(41)

Pendidikan karakter juga diperluas dengan budi pekerti luhur, kerja keras, dan disiplin. Menurut Lincona (dalam Salahudin dan Alkrienchie-chie, 2013:45) pendidikan karakter diterapkan secara sistematis dan berkelanjutan akan membuat anak cerdas dalam emosinya. Adapun pendidikan karakter menurut Salahudin dan Alkrienchiechie (2013:45) adalah pendidikan budi pekerti yaitu, melibatkan aspek pengetahuan, perasaan dan tindakan.

Hill (dalam Muslich, 2013:38) mengatakan bahwa pendidikan karakter merupakan pendidikan yang mengajarkan kebiasaan cara berpikir dan berperilaku yang membantu individu untuk hidup dan bekerja bersama sebagai keluarga, masyarakat, dan bernegara, serta membantu mereka untuk membuat keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan. Salahudin dan Alkrienchiechie (2013:45) menambahkan bahawa peran sekolah sangat penting dalam usaha pembentukan karakter, di mana pendidikan karakter diartikan sebagai usaha sekolah yang dilakukan secara bersama oleh guru, pimpinan sekolah dan seluruh warga sekolah melalui semua kegiatan sekolah untuk membentuk ahlak dan watak melalui berbagai kebaikan yang terdapat dalam ajaran agama.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti yang mengembangkan kecerdasan emosional dan membantu membentuk kepribadian yang berahlak dan berwatak sehingga dapat bekerjasama


(42)

dengan masyarakat dan negara serta mampu bertanggungjawab atas segala keputusan yang dibuatnya. Dalam pelaksanaan pendidikan karakter, sekolah berperan penting dalam menanamkan pendidikan karakter yang diintegrasikan dalam semua kegiatan yang dilakukan. Peran penting sekolah dalam penanaman pendidikan karakter dapat membantu siswa untuk menjadi pribadi yang berwatak dan mengaplikasikannya dalam kehidupannya.

Pendidikan karakter diselenggarakan untuk mewujudkan manusia yang berakhlak mulia dan bermoral baik sehingga kelangsungan hidup manusia dapat terpelihara (Maksudin, 2013:58). Salahudin dan Alkrienchichi (2013:45) mengatakan bahwa pendidikan karakter bertujuan untuk mengembangkan karakter siswa agar mampu mewujudkan nilai-nilai luhur Pancasila. Sejalan dengan pendapat tersebut, UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta tanggung jawab.


(43)

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter telah tercantum dalam sistem pendidikan nasional (Sisdiknas). Tujuan dari pendidikan karakter dapat mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang bukan hanya cakap dalam pengetahuan namun memiliki kepribadian yang kukuh dan akhlak yang mulia.

Definisi lain juga dikemukakan oleh Gaffar (dalam Kesuma, 2011:5), bahwa pendidikan karakter adalah “sebuah proses transformasi nilai-nilai kehidupan untuk ditumbuhkembangkan dalam kepribadian seseorang sehingga menjadi satu dalam perilaku kehidupan orang itu”. Kesuma dkk (2011:5) juga mendefinisikan pendidikan karakter dalam setting sekolah sebagai “pembelajaran yang mengarah pada penguatan dan pengembangan perilaku anak secara utuh yang didasarkan pada suatu nilai tertentu yang dirujuk oleh sekolah”. Pentingnya pendidikan karakter ini bertujuan untuk memfasilitasi penguatan dan pengembangan nilai-nilai tertentu sehingga terwujud perilaku anak, baik ketika proses sekolah maupun setelah proses sekolah atau lulus.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa nilai karakter bangsa Indonesia ialah memaknai nilai-nilai luhur universal dan nilai-nilai luhur Pancasila. Nilai-nilai luhur ini dijadikan sebagai pandangan filosofis dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Nilai-nilai tersebut selaras dengan nilai-nilai yang terdapat dalam lima pilar karakter.


(44)

d. Pendekatan Tematik Integratif

Pada Kurikulum 2013 pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran yaitu pendekatan tematik integratif. Pendekatan tematik integratif menurut Ahmadi (2014:225) adalah “pembelajaran yang menggunakan tema dalam mengaitkan beberapa materi ajar sehingga dapat memberikan pengalaman yang bermakna pada siswa”. Daryanto (2014:45-46) juga menjelaskan bahwa tematik integratif adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema sentral untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran ke dalam topik-topik tertentu, sehingga topik tersebut dapat dikembangkan ke dalam konsep-konsep yang sesuai dengan tema sentralnya.

Kurikulum 2013 SD/MI menggunakan pendekatan pembelajaran tematik integratif dari kelas I sampai kelas IV. Pembelajaran tematik integratif merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema (Majid, 2014:86).

Beberapa prinsip yang berkenaan dengan pembelajaran tematik integratif menurut Majid (2014:89) adalah sebagai berikut.

1) Pembelajaran tematik integratif memiliki satu tema yang aktual, dekat dengan dunia siswa dan ada dalam kehidupan sehari-hari. Tema ini menjadi alat pemersatu materi yang beragam dari beberapa mata pelajaran.


(45)

2) Pembelajaran tematik integratif perlu memilih materi beberapa mata pelajaran yang mungkin saling terkait.

3) Pembelajaran tematik integratif tidak boleh bertentangan dengan tujuan kurikulum yang berlaku tetapi sebaliknya, pembelajaran tematik integratif harus mendukung pencapaian tujuan utuh kegiatan pembelajaran yang termuat di dalam kurikulum.

4) Materi pembelajaran yang dapat dipadukan dalam satu tema selalu mempertimbangkan karakteristik siswa seperti minat, kemampuan, kebutuhan, dan pengetahuan awal.

5) Materi pelajaran yang dipadukan tidak terlalu dipaksakan, artinya materi yang tidak mungkin dipadukan tidak usah dipadukan.

Adapun karakteristik dari pembelajaran tematik ini yang diutarakan oleh Hesty (dalam Majid, 2014:90) adalah sebagai berikut.

1) Holistik, suatu gejala atau peristiwa yang menjadi pusat perhatian dalam pembelajaran tematik diamati dan dikaji dari beberapa bidang sekaligus.

2) Bermakna, pengkajian suatu fenomena dari berbagai macam aspek, memungkinkan terbentuknya semacam jalinan antara skema yang dimiliki oleh siswa.

3) Autentik, pembelajaran tematik memungkinkan siswa memahami secara langsung konsep dan prinsip yang ingin dipelajari.


(46)

4) Aktif, pembelajaran tematik dikembangkan dengan berdasar pada pendekatan inquiry discovery di mana siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan beberapa penjelasan teori di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik integratif adalah pembelajaran tematik terpadu yang memadukan beberapa mata pelajaran menggunakan tema sebagai pemersatu dengan mengintegrasikan konteks hasil belajar, pengalaman belajar, dan konten belajar, sehingga dapat memberikan pembelajaran bermakna kepada peserta didik.

e. Pendekatan Saintifik

Barringer (dalam Abidin, 2014:125) mengemukakan bahwa “pembelajaran saintifik merupakan pembelajaran yang menuntut siswa berpikir secara sistematis dan kritis dalam upaya memecahkan masalah yang penyelesaiannya tidak mudah dilihat. Abidin (2014:127) juga menjelaskan “pendekatan saintifik pada dasarnya adalah model pembelajaran yang dilandasi pendekatan ilmiah dalam pembelajaran yang diorientasikan guna membina kemampuan siswa memecahkan masalah melalui serangkaian aktivitas inkuiri yang menuntut kemampuan berpikir kritis, berpikir kreatif, dan berkomunikasi dalam upaya meningkatkan pemahaman siswa.

Adapun langkah-langkah pembelajaran dalam pendekatan saintifik, antara lain:


(47)

1) Mengamati. 2) Menanya. 3) Menalar. 4) Mencoba.

5) Mengomunikasikan.

f. Penilaian Autentik

Penilaian autentik (authentic assessment) adalah suatu proses pengumpulan pelaporan dan penggunaan informasi tentang hasil belajar siswa dengan menerapkan prinsip-prinsip penilaian, pelaksanaan berkelanjutan, bukti-bukti autentik, akurat dan konsisten sebagai akuntibilitas publik (pusat kurikulum, 2009). Hal ini sejalan dengan pendapat Johnson (dalam Majid, 2014:56), yang mengatakan bahwa penilaian autentik memberikan kesempatan luas kepada siswa untuk menunjukkan apa yang telah dipelajari dan apa yang telah dikuasai selama proses pembelajaran.

Kunandar (2014:35) mengatakan bahwa salah satu penekanan dalam kurikulum 2013 adalah penilaian autentik (authentik assesment). Sebenarnya dalam kurikulum sebelumnya, yakni Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sudah memberi ruang terhadap penilaian autentik, tetapi dalam implementasi di lapangan belum berjalan secara optimal. Melalui kurikulum 2013 ini, penilaian autentik menjadi


(48)

penekanan yang serius di mana guru dalam melakukan penilaian hasil belajar peserta didik benar-benar memerhatikan penilaian autentik.

Jadi, dari pemaparan para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa penilaian autentik adalah kegiatan menilai peserta didik yang menekankan pada apa yang seharusnya dinilai, baik proses maupun hasil dengan berbagai instrumen penilaian yang disesuaikan dengan tuntutan kompetensi yang ada di Standar Komptensi (SK) atau Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD). Dalam penilaian autentik, memperhatikan keseimbangan antara penilaian kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang disesuaikan dengan perkembangan karateristik peserta didik sesuai dengan jenjangnya.

2. Lembar Kerja Siswa

a. Pengertian Lembar Kerja Siswa

Majid (2009:176) mengungkapkan bahwa lembar kerja siswa (student work sheet) merupakan lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh siswa. Lembar kerja ini berisi petunjuk dan langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas yang diberikan oleh guru kepada siswanya. Tugas-tugas yang diberikan kepada siswa dapat berupa tugas teori dan atau tugas praktik. Tugas teoritis misalnya tugas membaca sebuah artikel tertentu, kemudian membuat rangkuman yang selanjutnya dipresentasikan, sedangkan tugas praktis dapat berupa kerja laboratorium atau kerja lapangan, misalnya survei tentang harga


(49)

bawang merah dan bawang putih dalam kurun waktu tertentu di suatu tempat atau dapat berupa menyelesaikan suatu permasalahan. Tim Penyusun Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Depdiknas (2004:23) menjelaskan bahwa lembar kerja siswa merupakan lembaran-lembaran yang berisi tugas yang harus dikerjakan siswa. Jadi, dari kedua pendapat ahli di atas, ditemukan kesamaan bahwa lembar kerja siswa merupakan lembaran-lembaran yang berisi tugas yang harus dikerjakan oleh siswa.

Trianto (2010:212) mengatakan bahwa “lembar kegiatan siswa merupakan lembaran yang berisi pedoman bagi siswa untuk melakukan kegiatan terprogram”. Depdikbud dalam Trianto (2010:212) menjelaskan bahwa lembar kegiatan siswa merupakan alat belajar siswa yang memuat berbagai kegiatan yang akan dilakukan oleh siswa secara aktif. Kegiatan yang diberikan dapat berupa pengamatan, eksperimen, dan pengajuan pertanyaan.

Belawati (2003:322) mengemukakan bahwa LKS bukan merupakan “Lembar Kegiatan Siswa”, akan tetapi Lembar Kerja Siswa”. LKS merupakan materi ajar yang sudah dikemas sedemikian rupa sehingga siswa diharapkan dapat mempelajari materi ajar tersebut secara mandiri. Dalam LKS, siswa akan mendapatkan materi, ringkasan, dan tugas yang berkaitan dengan materi. Selain itu, dalam LKS, siswa dapat menemukan arahan yang terstruktur untuk memahami materi yang diberikan.


(50)

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa LKS merupakan lembaran-lembaran yang berisi materi, ringkasan, dan petunjuk yang harus dikerjakan oleh siswa.

b. Karakteristik Lembar Kerja Siswa

Trianto (2010:212) menjelaskan bahwa lembar kerja siswa dibagi dalam dua karakteristik, yaitu 1) lembar kerja yang berisi sarana untuk melatih, mengembangkan keterampilan peserta didik dalam menemukan konsep dalam suatu tema, dan lembar kerja ini tidak terstruktur; 2) lembar kerja siswa yang dirancang untuk membimbing siswa dalam suatu proses pembelajaran tanpa bimbingan guru dan lembar kerjanya terstruktur. Dalam menyusun lembar kerja siswa, ada beberapa kriteria yang harus ditentukan yaitu 1) mengacu pada kurikulum; 2) mendorong siswa untuk belajar dan bekerja; 3) bahasa yang digunakan mudah dipahami oleh peserta didik; dan 4) tidak dikembangkan untuk menguji konsep-konsep yang sudah diujikan guru dengan cara duplikasi.

Ibrahim (dalam Trianto, 2010:213) mengungkapkan bahwa dalam mengembangkan lembar kerja, siswa harus memenuhi beberapa persyaratan yaitu: persyaratan pedagogik, persyaratan konstruksi, dan teknis. Maksud dari persyaratan pedagogik adalah lembar kegiatan siswa yang dibuat harus berdasarkan asas-asas pembelajaran yang efektif, seperti memberi proses menemukan konsep dan petunjuk


(51)

mencari tahu. Maksud dari persyaratan konstruksi adalah dalam mengembangkan lembar kerja siswa, harus menggunakan bahasa yang mudah dipahami yang sesuai dengan usianya, menggunakan struktur kalimat yang sederhana dan pendek, serta jelas. Selain itu, harus memiliki tujuan belajar jelas, memiliki identitas untuk memudahkan mengadministrasinya. Maksud dari persyaratan teknis adalah dalam mengembangkan lembar kerja siswa, harus mencakup tulisan, gambar, dan tampilan.

c. Jenis-jenis Lembar Kerja Siswa

Setiap LKS disusun dengan materi dan tugas-tugas tertentu yang dikemas sedemikian rupa untuk tujuan tertentu. Prastowo (2014:208) mengemukakan ada 5 jenis LKS yaitu sebagai berikut.

1) LKS yang Penemuan (Membuat Siswa Menemukan Suatu Konsep) Sesuai dengan prinsip konstruktivisme, seseorang akan belajar jika ia aktif mengkonstruksi pengetahuan di dalam otaknya. Ini merupakan salah satu karakteristik pembelajaran tematik. LKS jenis ini memuat apa yang harus dilakukan siswa, meliputi: melakukan, mengamati, dan menganalisis. Rumuskan langkah-langkah yang harus dilakukan siswa kemudian mintalah siswa untuk mengamati fenomena hasil kegiatannya, dan berilah pertanyaan analisis yang membantu siswa mengaitkan fenomena yang diamati dengan konsep yang akan dibangun siswa dalam benaknya.


(52)

2) LKS yang Aplikatif-Integratif (Membuat Siswa Menerapkan dan Mengintegrasikan Berbagai Konsep yang Telah Ditemukan)

Di dalam suatu pembelajaran, setelah siswa berhasil menemukan konsep, siswa selanjutnya kita latih untuk menerapkan konsep yang telah dipelajari tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Berikut ini contoh LKS yang membantu siswa menerapkan cara merawat anggota tubuh dalam kehidupan sehari-hari. Caranya dengan memberikan tugas kepada mereka untuk bertanya dan menonton video, kemudian meminta mereka berlatih mencuci tangan dan menggosok gigi. Dengan siswa dilatih untuk mencuci tangan sebelum makan dan gosok gigi setelah makan, maka hal ini telah memberikan jalan bagi terimplementasikannya keterampilan merawat anggota tubuh bagi siswa.

3) LKS yang Penuntun (Berfungsi sebagai Penuntun Belajar)

LKS penuntun berisi pertanyaan atau jawabannya ada di dalam buku. Siswa dapat mengerjakan LKS tersebut jika ia membaca buku, sehingga fungsi utama LKS ini ialah membantu siswa mencari, menghafal, dan memahami materi pembelajaran yang terdapat di dalam buku.

4) LKS yang Penguatan (Berfungsi sebagai Penguatan)

LKS penguatan diberikan setelah siswa selesai mempelajari topik tertentu. Materi pembelajaran yang dikemas di dalam LKS penguatan lebih menekankan dan mengarahkan kepada pendalaman


(53)

dan penerapan materi pembelajaran yang terdapat di dalam buku ajar.

5) LKS yang Praktikum (Berfungsi sebagai Petunjuk Praktikum) Kita dapat menggabungkan petunjuk praktikum ke dalam kumpulan LKS. Dengan demikian, dalam bentuk LKS ini, petunjuk praktikum merupakan salah satu konten dari LKS.

Trianto (2011:244) menjelaskan bahwa lembar kerja siswa dibagi menjadi dua macam yaitu: (1) lembar kegiatan yang berisi sarana untuk melatih, mengembangkan keterampilan, dan menemukan konsep dalam suatu tema atau yang disebut dengan lembar kerja siswa tak berstruktur, (2) lembar kerja siswa yang dirancang untuk membimbing siswa dalam suatu proses belajar mengajar dengan atau tanpa bimbingan guru atau yang disebut dengan lembar kerja siswa berstruktur.

LKS yang digunakan dalam pengembangan adalah gabungan antara LKS yang penemuan (membuat siswa menemukan suatu konsep), LKS yang aplikatif-integratif (membuat siswa menerapkan dan mengintegrasikan berbagai konsep yang telah ditemukan), LKS yang penuntun (berfungsi sebagai penuntun belajar), dan LKS yang praktikum (berfungsi sebagai petunjuk praktikum).

d. Langkah-langkah Penyusunan Lembar Kerja Siswa

Prastowo (2014:280) mengemukakan bahwa ada beberapa langkah yang harus diperhatikan dalam menyusun LKS, antara lain.


(54)

1) Menentukan tujuan pembelajaran yang akan dicapai siswa ke dalam LKS

Dalam langkah ini harus menentukan desain menurut tujuan pembelajaran.

2) Pengumpulan materi

Langkah yang perlu dilakukan adalah menentukan materi dan tugas yang akan dimasukkan ke dalam LKS. Bahan yang akan dimuat dalam LKS dapat dikembangkan sendiri atau dapat memanfaatkan materi yang sudah ada.

3) Menyusun elemen atau unsur-unsur LKS

Peda bagian ini, guru mengintegrasikan desain (hasil langkah pertama) dengan tugas (sebagai hasil langkah kedua) hasilnya akan memproduk LKS.

4) Pemeriksaan dan penyempurnaan

Pada langkah ini, sebelum LKS dibagikan kepada siswa, guru harus melakukan pengecekan kembali terhadap LKS yang sudah dikembangkan dan memperbaiki jika ada kesalahan. Guru harus mencermati kembali apakah LKS yang sudah dikembangkan sudah sesuai dengan tujuan yang akan dicapai siswa, sesuai dengan materi dan tujuan pembelajaran. Jadi, LKS yang sudah dikembangkan segera dilakukan evaluasi. Cara mengevaluasinya dengan meminta siswa untuk mengomentari LKS setelah menggunakan LKS ini.


(55)

Masukan siswa akan digunakan untuk penyempurnaan LKS yang dikembangkan.

Dalam menyusun Lembar Kerja Siswa, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu sebagai berikut.

1) Lembar Kerja Siswa disusun oleh guru mata pelajaran sehingga sesuai dengan tingkat kesiapan, situasi, keadaan siswa dan keadaan sekolah.

2) Materi Lembar Kerja Siswa disesuaikan dengan Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator.

3) Materi sesuai dengan standar materi belajar yang disusun secara baik sesuai dengan materi ajar.

4) Menentukan jenis atau macam Lembar Kerja Siswa agar penulisannya sesuai.

5) Guru memperkaya sumber sebanyak mungkin untuk memperkaya materi dalam pengajaran.

6) Membuat gambaran teknik pelaksanaan secara singkat. 7) Siswa secara efektif dijadikan subjek dalam proses belajar. 8) Waktu yang digunakan harus tepat.


(56)

e. Keunggulan dan Kelemahan Lembar Kerja Siswa

Lismawati (2010:40) menjelaskan bahwa lembar kegiatan siswa memiliki keunggulan dan kelemahan. Keunggulan dan kelemahannya adalah sebagai berikut.

1) Keunggulan Lembar Kegiatan Siswa

a) Dapat dipelajari di mana saja dan kapan saja tanpa harus menggunakan alat khusus.

b) Dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk belajar tentang fakta dan mampu menggali prinsip-prinsip umum dan abstrak dengan menggunakan argumentasi yang realistis. c) Dapat memaparkan kata-kata, angka-angka, notasi musik,

gambar dua dimensi, serta diagram dengan proses yang sangat cepat.

d) Secara ekonomis, lebih hemat dibandingkan dengan media pembelajaran yang lainnya.

2) Kelemahan Lembar Kerja Siswa

a) Sulit memberikan bimbingan kepada pembacanya yang mengalami kesulitan memahami bagian-bagian tertentu.

b) Sulit memberikan umpan balik untuk pertanyaan yang diajukan.

c) Memiliki banyak kemungkinan jawaban atau pertanyaan yang membutuhkan jawaban yang kompleks dan mendalam.


(57)

d) Memerlukan pengetahuan prasyarat agar siswa dapat memahami materi yang dijelaskan. Siswa yang tidak memenuhi asumsi pengetahuan prasyarat ini akan mengalami kesulitan dalam memahami.

3. Pendekatan Saintifik

a. Pengertian Pendekatan Saintifik

Sani (2014:50) menegaskan bahwa pendekatan saintifik berkaitan erat dengan metode saintifik. Metode saintifik (ilmiah) pada umumnya melibatkan kegiatan pengamatan atau observasi yang dibutuhkan untuk perumusan hipotesis atau mengumpulkan data. Metode ilmiah pada umumnya dilandasi dengan pemaparan data yang diperoleh melalui pengamatan atau percobaan. Daryanto (2014:51) menjelaskan secara detail bahwa pendekatan dengan pembelajaran saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruksi konsep, hukum, atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau merumuskan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan, mengomunikasikan konsep, hukum, atau prinsip yang “ditemukan”.

Dari berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pendekatan saintifik merupakan pendekatan ilmiah yang melibatkan


(58)

proses mengamati (mengindera), menanya, menalar, mencoba, dan mengomunikasikan. Pendekatan ilmiah diyakini sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Dalam pelaksanaan proses tersebut, bantuan guru sangat diperlukan, akan tetapi, dalam hal ini, guru hanya bertugas sebagai fasilitator dan pembimbing jika siswa melakukan kekeliruan.

b. Karakteristik Pembelajaran Menggunakan Pendekatan Saintifik Pendekatan saintifik memiliki berbagai karakteristik. Daryanto (2014:53) menjelaskan karakteristik pembelajaran dengan metode saintifik adalah sebagai berikut.

1) Berpusat pada siswa.

2) Melibatkan keterampilan proses sains dalam mengkonstruksi konsep, hukum, atau prinsip.

3) Melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa.

4) Dapat mengembangkan karakter siswa.

c. Tujuan Pembelajaran Menggunakan Pendekatan Saintifik

Hosnan (2014:36) mengatakan bahwa tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik didasarkan pada keunggulan pendekatan tersebut.


(59)

Beberapa tujuan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik, sebagai berikut.

1) Untuk meningkatkan kemampuan intelek.

2) Untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik.

3) Terciptanya kondisi pembelajaran di mana siswa merasa bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan.

4) Diperolehnya hasil belajar yang tinggi.

5) Untuk melatih siswa dalam mengomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis artikel ilmiah.

6) Untuk mengembangkan karakter siswa.

Hosnan (2014:37) mengemukakan pendapatnya mengenai prinsip-prinsip pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik, antara lain. 1) Pembelajaran berpusat pada siswa.

2) Pembelajaran membentuk students self concept. 3) Pembelajaran terhindar dari verbalisme.

4) Pembelajaran memberikan kesempatan pada siswa untuk mengasimilasi dan mengakomodasi konsep, hukum, dan prinsip. 5) Pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan

berpikir siswa.

6) Pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa dan motivasi mengajar guru.


(60)

7) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih kemampuan dalam komunikasi.

8) Adanya proses validasi terhadap konsep, hukum, dan prinsip yang dikonstruksi siswa dalam struktur kognitifnya.

d. Langkah-langkah Pendekatan Saintifik

Sani (2014:54) menjelaskan langkah-langkah pendekatan saintifik sebagai berikut.

1) Mengamati (observing)

Observasi adalah menggunakan panca indra untuk memperoleh informasi. Pengamatan dapat dilakukan secara kuantitaif dan kualitatif. Pengamatan kualitatif mengandalkan panca indra dan hasilnya dideskripsikan secara naratif, sedangkan pengamatan kuantitatif untuk melihat karakteristik benda.

2) Menanya

Aktivitas menanya sangat penting untuk meningkatkan keingintahuan dalam diri siswa dan mengembangkan kemampuan mereka untuk belajar sepanjang hayat. Guru perlu mengajukan pertanyaan dalam upaya memotivasi siswa untuk mengajukan pertanyaan.


(61)

3) Mencoba

Sebuah percobaan dapat dilakukan untuk memancing minat siswa menyelidiki fenomena alam yang diamati ketika melakukan percobaan.

4) Menalar

Kompetensi mengolah informasi melalui penalaran dan berpikir rasional merupakan kompetensi penting yang harus dimiliki oleh siswa.

5) Mengomunikasikan

Kemampuan untuk membangun jaringan dan berkomunikasi perlu dimiliki oleh siswa karena kompetensi tersebut sama pentingnya dengan pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman. Bekerjasama dalam sebuah kelompok merupakan salah satu cara untuk membentuk kemampuan siswa untuk dapat membangun jaringan dan berkomunikasi.

Hosnan (2014:39) menjelaskan langkah-langkah pendekatan saintifik sebagai berikut.

1) Mengamati

Metode observasi adalah salah satu strategi pembelajaran yang menggunakan pendekatan kontekstual dan media asli dalam rangka membelajarkan siswa yang mengutamakan kebermaknaan proses belajar.


(62)

2) Menanya

Kegiatan menanya adalah mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati.

3) Mencoba

Mencoba/eksperimen dapat didefinisikan sebagai kegiatan terisi dan direncanakan untuk menghasilkan data untuk menjawab masalah atau menguji hipotesis

4) Menalar

Istilah menalar dalam kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah dalam kurikulum 2013 untuk menggambarkan bahwa guru dan peserta didik merupakan pelaku aktif. Titik tekannya tentu dalam banyak hal dan situasi peserta didik harus lebih aktif dari pada guru.

5) Mengomunikasikan

Pada tahapan ini, peserta didik diharapkan dapat mengomunikasikan hasil pekerjaan yang telah disusun baik secara bersama-sama dalam kelompok dan atau secara individu dari hasil kesimpulan yang telah dibuat bersama.

Langkah-langkah pendekatan saintifik yang digunakan di dalam LKS adalah mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengomunikasikan.


(63)

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian relevan yang sesuai dengan penelitian pengembangan Lembar Kerja Siswa adalah:

Penelitian yang pertama adalah Mustofa (2013) dengan judul

Pengembangan Lembar Kerja Siswa Berbasis Observasi Pada Taman

Sekolah Sebagai Sumber Belajar Sains di SDN 1 Tinjomoyo”. Hasil

penelitian ini menunjukkan penilaian kelayakan LKS oleh pakar materi sebesar 90% (sangat layak), pakar desain sebesar 96% (sangat layak), dan guru sebesar 93,18% (sangat layak). Hasil pengujian LKS pada kelas skala kecil (kelas IVB) menunjukkan: rerata aktivitas siswa sebesar 94,6%, siswa tuntas belajar sebanyak 90%, dengan rerata nilai sebesar 7,08. Selanjutnya pengujian pada kelas skala besar (kelas IVA) menunjukkan peningkatan, yaitu: rerata aktivitas siswa sebesar 100%, siswa tuntas belajar sebanyak 92,11%, dengan rerata nilai sebesar 7,84. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa pengembangan LKS berbasis observasi taman sekolah, layak untuk digunakan sebagai bahan ajar sains di SDN 1 Tinjomoyo, Semarang.

Penelitian yang kedua oleh Oktavianingrum (2014) dengan judul “ Pengembangan Lembar Kerja Siswa dengan Media Gambar untuk

Meningkatkan Minat Siswa dalam Pembelajaran Ekonomi SMA Kelas X”.

Pengembangan lembar kerja siswa dengan media gambar dalam penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah: 1) analisis kebutuhan, 2) mengidentifikasi materi yang akan dikembangkan, 3) mendesain lembar kerja


(64)

siswa dengan media gambar, 4) produksi lembar kerja siswa dengan media gambar, 5) validasi, uji coba, dan revisi produk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) hasil penilaian produk oleh ahli materi termasuk dalam kriteria “sangat baik” dengan rerata skor sebesar 4,87, 2) hasil penilaian produk oleh ahli media pembelajaran termasuk dalam kriteria “sangat baik” dengan rerata skor sebesar 4,72, 3) hasil penilaian produk oleh guru mata pelajaran termasuk dalam kriteria “baik” dengan rerata skor sebesar 4,10, (4) hasil penilaian produk pada uji coba perorangan termasuk dalam kriteria “sangat baik” dengan rerata skor sebesar 4,46, 5) hasil penilaian produk pada uji coba kelompok kecil termasuk dalam kriteria “sangat baik” dengan rerata skor sebesar 4,52, 6) hasil penilaian produk pada uji coba lapangan termasuk dalam kriteria “sangat baik” dengan rerata skor sebesar 4,72 7) hasil pengukuran minat siswa mengikuti pembelajaran ekonomi menggunakan lembar kerja siswa dengan media gambar dikategorikan “sangat tinggi” dengan nilai mean 46,2.

Penelitian yang ketiga oleh Fitri (2014) dengan judul “Pengembangan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) Tematik Integratif pada Materi Garis

Paralel untuk Sekolah Dasar Kelas IV”. Jenis penelitian ini adalah penelitian

pengembangan (Development Research) dengan mengadopsi prosedur formative evaluation. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) LKS Tematik Integratif pada Materi Garis Paralel untuk Sekolah Dasar Kelas IV termasuk dalam kategori valid dari aspek materi, konstruksi, dan bahasa dengan skor rata-rata 4,18, 2) LKS Tematik Integratif pada Materi Garis Paralel untuk


(1)

Tema 4 Aku dan Sekolahku | Subtema 1 Tugas-tugas Sekolahku 291

4. Sikap Spiritual

Indikator 1.1.1 Berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan kepercayaan masing-masing.

Teknik Penilaian Observasi.

Instrumen Lembar observasi.

Berilah tanda cek (√) sesuai dengan kenyataan yang ada pada siswa!

Petunjuk:

Lembaran ini diisi oleh guru untuk menilai sikap peserta didik dalam berdoa. Berilah tanda cek (√) pada kolom skor sesuai sikap yang ditampilkan oleh peserta didik, dengan kriteria sebagai berikut :

Nama Peserta Didik : ……….

Kelas : ……….

Minggu ke-...Bulan...2015

Subtema : Tugas-tugas Sekolahku

No. Nama Peserta

Didik

Perilaku Yang Diamati

Skala Akhir Perilaku

Syukur

Berdoa pada saat memulai dan mengakhiri pelajaran Khusuk dalam beribadah

Rubrik Penilaian Sikap Spiritual

Kriteria Baik Sekali Baik Cukup Kurang

4 3 2 1

Perilaku Syukur Selalu menunjukkan rasa syukur Sering menunjukkan rasa syukur Kadang-kadang menunjukkan rasa syukur Tidak menunjukkan rasa syukur Berdoa pada saat memulai dan mengakhiri pelajaran Selalu melakukan doa pada saat memulai dan mengakhiri pelajaran Sering melakukan doa pada saat memulai dan mengakhiri pelajaran Kadang-kadang melakukan doa pada saat memulai dan mengakhiri pelajaran Tidak melakukan doa pada saat memulai dan mengakhiri pelajaran Khusuk dalam beribadah Selalu khusuk dalam beribadah Sering khusuk dalam beribadah Kadang-kadang khusuk dalam beribadah Tidak pernah khusuk dalam beribadah

NA = Perolehan skor x 100 Skor maksimal


(2)

Tema 4 Aku dan Sekolahku | Subtema 1 Tugas-tugas Sekolahku 292

Keterangan:

 Perolehan skor adalah skor yang diperoleh peserta didik dari kriteria yang ada.

 Skor maksimal adalah skor tertinggi dari setiap sikap. (skor maksimal = 12).

B. Muatan Pelajaran : PPKn 1. Pengetahuan

Indikator 3.1.1 Memberikan contoh perilaku di sekolah yang sesuai dengan makna simbol dari sila kelima Pancasila dalam lambang negara Garuda Pancasila.

Teknik Penilaian Tes tertulis

Instrumen Soal dan kunci jawaban

Jawablah soal berikut ini dengan teliti! 1. Sebutkan sila kelima Pancasila! (1)

2. Apa simbol dari sila kelima Pancasila? (1)

3. Sebutkan contoh perilaku yang sesuai dengan sila kelima

Pancasila! (2) Kunci Jawaban

1. Sila kelima dalam Pancasila adalah keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

2. Simbol dari sila kelima Pancasila adalah rantai.

3. Contoh perilaku yang sesuai dengan sila kelima Pancasila adalah membantu teman

dan menjunjung tinggi nilai kekeluargaan.

Penilaian dan Pedoman Penskoran

No. Kriteria Penilaian Skor

1. Siswa mampu menjawab soal dengan tepat. 1

2. Siswa mampu menjawab soal dengan tepat. 1

3. Siswa mampu menjawab 2 contoh dengan tepat 2

Siswa mampu menjawab 1 contoh dengan tepat 1

2. Keterampilan

Indikator 4.1.1 Menceritakan perilaku di sekolah sesuai makna simbol dari sila kelima Pancasila dalam lambang negara Garuda Pancasila.

NA = Perolehan skor x 100 Skor maksimal


(3)

Tema 4 Aku dan Sekolahku | Subtema 1 Tugas-tugas Sekolahku 293

Teknik Penilaian Unjuk Kerja

Instrumen Tugas dan rubrik penilaian unjuk kerja

Ceritakanlah perilakumu di sekolah sesuai dengan sila kelima Pancasila!

Rubrik Menceritakan Perilaku di Sekolah

No. Kriteria

4 Baik sekali 3 Baik 2 Cukup 1 Perlu bimbingan

1. Pelafalan Suaranya

lantang dan didengar oleh seluruh kelas. Suaranya tidak didengar oleh deretan belakang kelas. Suaranya didengar oleh sebagian kelas saja. Hanya membaca untuk dirinya sendiri sehingga tidak didengar oleh seluruh kelas.

2. Keberanian Mengajukan diri

sendiri saat diminta untuk bercerita.

Maju ke depan kelas ketika diminta oleh guru.

Takut maju ke depan kelas ketika diminta oleh guru.

Tidak mau maju ke depan kelas ketika diminta oleh guru.

3. Penggunaan

Bahasa Menggunakan bahasa Indonesia dan intonasi yang jelas ketika bercerita. Menggunakan bahasa Indonesia dan intonasinya kurang jelas ketika bercerita. Kadang-kadang menggunakan bahasa Indonesia dan intonasinya kurang jelas ketika bercerita. Tidak menggunakan bahasa Indonesia dan intonasinya kurang jelas ketika bercerita.

3. Sikap Sosial/Individu

Indikator 2.3.1 Menunjukkan sikap toleransi antarteman yang berbeda pendapat.

Teknik Penilaian Observasi.

Instrumen Lembar observasi sikap toleransi.

Berilah tanda cek (√) sesuai dengan kenyataan yang ada pada siswa!

Petunjuk:

Lembaran ini diisi oleh guru untuk menilai sikap peserta didik dalam kegiatan diskusi. Berilah tanda cek (√) pada kolom skor sesuai sikap yang ditampilkan oleh peserta didik, dengan kriteria sebagai berikut :

Nama Peserta Didik : ……….

NA = Perolehan skor x 100 Skor maksimal


(4)

Tema 4 Aku dan Sekolahku | Subtema 1 Tugas-tugas Sekolahku 294

Kelas : ……….

Minggu ke-...Bulan...2015

Subtema : Tugas-tugas Sekolahku

No. Nama peserta didik

Pengembangan Sikap

Toleransi Keterangan SB B C K

Catatan: SB: Sangat Baik, B:Baik, C: Cukup, K: Kurang.

Sangat Baik, jika siswa selalu toleransi dan peduli antara teman yang berbeda pendapat.

Baik, jika siswa sering toleransi dan peduli antara teman yang berbeda pendapat. (1 kali tidak toleransi dan peduli).

Cukup, jika siswa kadang-kadang toleransi dan peduli antara teman yang berbeda pendapat. (2 kali tidak toleransi dan peduli).

Kurang, jika siswa tidak toleransi dan peduli antara teman yang berbeda pendapat. (3 kali atau lebih tidak toleransi dan peduli).

4. Sikap Spiritual

Indikator 1.1.1 Bersyukur atas keberagaman individu sebagai anugerah Tuhan Yang maha Esa.

Teknik Penilaian Observasi.

Instrumen Lembar observasi.

Berilah tanda cek (√) sesuai dengan kenyataan yang ada pada siswa!

Petunjuk:

Lembaran ini diisi oleh guru untuk menilai sikap peserta didik dalam berdoa. Berilah tanda cek (√) pada kolom skor sesuai sikap yang ditampilkan oleh peserta didik, dengan kriteria sebagai berikut :

Nama Peserta Didik : ……….

Kelas : ……….

Minggu ke-...Bulan...2015


(5)

Tema 4 Aku dan Sekolahku | Subtema 1 Tugas-tugas Sekolahku 295

No. Nama Peserta

Didik

Perilaku Yang Diamati

Skala Akhir Perilaku

Syukur

Berdoa pada saat memulai dan

mengakhiri pelajaran

Khusuk dalam beribadah

Rubrik Penilaian Sikap Spiritual

Kriteria Baik Sekali Baik Cukup Kurang

4 3 2 1

Perilaku Syukur

Selalu

menunjukkan rasa syukur

Sering

menunjukkan rasa syukur

Kadang-kadang menunjukkan rasa syukur

Tidak

menunjukkan rasa syukur Berdoa pada

saat memulai dan

mengakhiri pelajaran

Selalu

melakukan doa pada saat memulai dan mengakhiri pelajaran

Sering

melakukan doa pada saat memulai dan mengakhiri pelajaran

Kadang-kadang melakukan doa pada saat memulai dan mengakhiri pelajaran

Tidak melakukan doa pada saat memulai dan mengakhiri pelajaran Khusuk

dalam beribadah

Selalu khusuk dalam

beribadah

Sering khusuk dalam

beribadah

Kadang-kadang khusuk dalam beribadah

Tidak pernah khusuk dalam beribadah

Keterangan:

 Perolehan skor adalah skor yang diperoleh peserta didik dari kriteria yang ada.

 Skor maksimal adalah skor tertinggi dari setiap sikap. (skor maksimal = 12) NA = Perolehan skor x 100


(6)

296 Biodata Penulis

Ayu Rachmayani lahir di Ende, Flores, Provinsi NTT, 30 Desember 1994. Pendidikan dasar diperoleh di SD GMIT Ende 4 dan tamat pada tahun 2006. Pendidikan menengah pertama diperoleh di SMP Negeri 1 Ende, tamat pada tahun 2009. Pendidikan menengah atas diperoleh di SMA Negeri 1 Ende dan tamat pada tahun 2012.

Pada tahun 2012, peneliti melanjutkan studi ke perguruan tinggi dan terdaftar sebagai mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada Falkutas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Pendidikan di perguruan tinggi diakhiri dengan menulis skripsi yang berjudul “Pengembangan LKS Menggunakan Pendekatan Saintifik Subtema Tugas-tugas Sekolahku untuk Siswa Kelas Dua (II) Sekolah