Instrumen Penilaian Instrumen Penelitian

commit to user dalam mengikuti PBM, keaktifan siswa, dan tingkat partisipasi siswa dalam mengajukan pertanyaan maupun menjawab pertanyaan dari guru.

c. Wawancara

. Wawancara dilakukan antara peneliti dengan guru fisika. Wawancara dimaksudkan untuk memperoleh informasi tentang proses belajar mengajar fisika yang telah berlangsung meliputi keadaan siswa, pendekatan dan metode mengajar yang selama ini dilakukan, media pembelajaran yang digunakan, hasil belajar siswa, dan permasalahan yang dialami guru selama mengajar.

d. Kajian

Dokumentasi. Kajian dilakukan terhadap berbagai dokumen atau arsip yang ada, seperti kurikulum, rencana pelaksanaan pembelajaran yang dibuat guru, buku atau materi pelajaran, hasil nilai ulangan fisika, hasil nilai fisika siswa pada semester gasal.

e. Angket

Angket diberikan kepada siswa untuk mengetahui motivasi belajar fisika siswa. Angket yang diberikan berupa angket tertulis bersifat tertutup yang diberikan sebanyak tiga kali yaitu sebelum pemberian tindakan pra siklus, pada akhir siklus I, pada akhir siklus II.

2. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini digolongkan menjadi dua yaitu instrumen pembelajaran dan instrumen penilaian. a . Instrumen Pembelajaran 1 Satuan Pembelajaran 2 Rencana pembelajaran 3 Petunjuk pelaksanaan metode pembelajaran Langkah-langkah pembelajaran dan petunjuk pelaksanaan metode pembelajaran disusun oleh peneliti dengan tujuan agar dalam pelaksanaan PBM akan terstruktur dengan baik.

b. Instrumen Penilaian

1. Instrumen kemampuan kognitif fisika siswa. commit to user Untuk penilaian kemampuan kognitif fisika, menggunakan bentuk tes objektif. Adapun langkah pembuatan tes terdiri dari : a Membuat kisi-kisi soal tes b Menyusun soal tes c Mengadakan uji coba tes try Out Tes objektif tersebut terdiri dari 60 butir soal. Sebelum tes digunakan untuk mengambil data dalam penelitian, tes diujicobakan terlebih dahulu untuk mengetahui apakah instrumen tes kognitif tersebut telah memenuhi persyaratan tes yang baik yaitu dalam hal validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda. Uji coba instrumen tes kognitif dilakukan pada siswa yang telah memperoleh pelajaran fisika materi suhu dan kalor yaitu siswa kelas X4 SMAN 2 Wonogiri. 1 Taraf kesukaran Soal yang baik untuk alat ukur prestasi adalah soal yang mempunyai taraf kesukaran yang memadai, dalam arti soal tidak terlalu sulit dan tidak terlalu mudah. Untuk menentukan taraf kesukaran dari tiap-tiap item soal digunakan rumus Js B P = Suharsimi Arikunto, 2009: 208 Keterangan : P : indeks kesukaran B : banyaknya siswa yang menjawab soal betul Js : jumlah seluruh siswa peserta tes Menurut ketentuan indeks kesukaran sering terjadi klasifikasi sebagai berikut : a Soal sukar jika : 0,00 P ≤ 0,30 b Soal sedang jika : 0,30 P ≤ 0,70 c Soal mudah jika : 0,70 P ≤ 1,00 commit to user Hasil tes uji coba kemampuan kognitif, dari 60 soal yang diujicobakan, setelah dilakukan analisis untuk mengetahui tingkat kesukaran dari masing- masing soal diperoleh hasil sebagai berikut: 6 soal dikategorikan mudah, yaitu nomor 5, 7, 12, 14, 15, dan 43; 33 soal dikategorikan mempunyai tingkat kesukaran sedang, yaitu nomor 1, 4, 8, 9, 11, 16, 17, 19, 20, 21, 23, 24, 25, 29, 32, 33, 34, 36, 37, 38, 42, 44, 45, 46, 47, 48, 49, 50, 53, 55, 56, 59, dan 60; 21 soal dikategorikan sukar, yaitu nomor 2, 3, 6, 10, 13, 18, 22, 26, 27, 28, 30, 31, 35, 39, 40, 41, 51, 52, 54, 57, dan 58. Selengkapnya di lampiran 46 2 Daya pembeda Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai kemampuan tinggi dengan siswa yang kurang pandai kemampuan rendah. Untuk menghitung daya pembeda setiap soal, dapat digunakan rumus sebagai berikut : B A B B A A P P J B J B D − = − = Suharsimi Arikunto, 2009: 213 Keterangan : J : jumlah peserta tes J A : banyaknya siswa kelompok atas J B : banyaknya siswa kelompok bawah B A : banyaknya siswa kelompok atas yang menjawab benar B B : banyaknya siswa kelompok bawah yang menjawab benar P A : proporsi siswa kelompok atas yang menjawab benar P B : proporsi siswa kelompok bawah yang menjawab benar Daya pembeda nilai D diklsifikasikan sebagi berikut : a soal dengan 0,00 D ≤ 0,20 = jelek b soal dengan 0,20 D ≤ 0,40 = cukup c soal dengan 0,40 D ≤ 0,70 = baik d soal dengan 0,70 D ≤ 1,00 = baik sekali commit to user Hasil tes uji coba kemampuan kognitif, dari 60 soal yang diujicobakan, setelah dilakukan analisis untuk mengetahui daya pembeda dari masing- masing item diperoleh hasil sebagai berikut: 8 soal mempunyai daya pembeda jelek yaitu nomor 2, 6, 8, 17, 31, 53, 54, dan 58; 26 soal mempunyai daya pembeda cukup yaitu nomor 3, 5, 9, 10, 11, 13, 14, 19, 20, 21, 22, 24, 25, 26, 27, 34, 38, 39, 40, 41, 47, 49, 50, 52, 57 dan 59; 26 soal mempunyai daya pembeda baik, yaitu nomor 1, 4, 7, 12, 15, 16, 18, 23, 28, 29, 32, 33, 35, 36, 37, 42, 43, 44, 45, 46, 48, 51, 55, 56, dan 60. Selengkapnya di lampiran 46 3 Validitas Sebuah tes valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur. Teknik yang digunakan untuk menentukan validitas item tes obyektif pilihan ganda adalah dengan menggunakan teknik korelasi point Biserial dengan rumus : q p St Mt Mp pbi − = γ Suharsimi Arikunto, 2009: 79 Keterangan : γ pbi : koefisien korelasi biserial Mp : rerata skor dari subyek yang menjawab benar Mt : rerata skor total St : standar deviasi dari skor total p : proporsi siswa yang menjawab benar q : proporsi siswa yang menjawab salah q = 1 – p Kriteria tabel pbi γ γ ≥ : soal valid tabel pbi γ γ : soal tidak valid invalid Hasil tes uji coba kemampuan kognitif, dari 60 soal yang diujicobakan, setelah dilakukan analisis untuk mengetahui kevalidan dari masing-masing soal diperoleh hasil sebagai berikut: 50 soal tergolong valid, yaitu nomor 1, commit to user 3, 4, 6, 7, 9, 10, 11, 12, 13, 15, 16, 17, 18, 19, 21, 22, 23, 24, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 48, 49, 50, 51, 52, 55, 56, 57, 58, 59 dan 60; 10 soal tergolong invalid, yaitu nomor 2, 5, 8, 14, 20, 25, 26, 47, 53, dan 54. Selengkapnya di lampiran 46 4 Reliabilitas Reliabilitas sering diartikan dengan keajegan suatu tes apabila diteskan kepada subyek yang sama dalam waktu yang berlainan atau kepada subyek yang tidak sama pada waktu yang sama. Untuk menghitung reliabilitas digunakan rumus yang dikemukakan oleh Kuder dan Richardson yang dihitung dengan menggunakan rumus K-R 20, sebagai berikut : r 11 =       Σ −       − 2 2 1 S pq S n n Suharsimi Arikunto, 2009 : 101 Keterangan : r 11 : reliabilitas tes secara keseluruhan p : proporsi subyek yang menjawab item dengan benar q : proporsi subyek yang menjawab item dengan salah q = 1-p Σpq : jumlah hasil perkalian antara p dan q n : banyaknya item S : standar deviasi dari tes Hasil perhitungan tingkat reliabilitas tersebut kemudian dikonsultasikan dengan tabel r product moment. Apabila harga r hitung r tabel , maka dapat ditarik kesimpulan bahwa instrumen reliabel. Kriteria nilai reliabilitas : 0,8 ≤ 11 r 1 : sangat tinggi 0,6 ≤ 11 r 0,8 : tinggi 0,4 ≤ 11 r 0,6 : cukup 0,2 ≤ 11 r 0,4 : rendah 0,0 ≤ 11 r 0,2 : sangat rendah Suharsimi Arikunto, 2002:75 commit to user Setelah dilakukan analisis untuk mengetahui reliabilitas dari keseluruhan soal uji coba, diperoleh hasil bahwa untuk soal uji coba kemampuan kognitif r 11 reliabilitas instrumen lebih besar dari r tabel 0,967 0,361, sehingga soal dikatakan reliabel dengan tingkat realibilitas sangat tinggi. Selengkapnya di lampiran 46 2. Instrumen angket motivasi belajar fisika Langkah langkah pembuatan angket motivasi belajar fisika: a Membuat kisi-kisi angket motivasi belajar fisika, yaitu dengan: 1 menentukan kemampuan yang akan diukur 2 menentukan indikator dari kemampuan yang akan diukur 3 menentukan ruang lingkup dan banyaknya pernyataan untuk masing-masing sub variabel. b Menyusun item pertanyaan angket sesuai dengan indikator. c Mengujicobakan angket motivasi belajar untuk mengetahui validitas dan reliabilitas dari angket yang akan dibuat. Prosedur pemberian skor berdasarkan tingkat motivasi belajar fisika siswa, antara lain: a Untuk angket motivasi belajar fisika siswa pada item positif 1 jawaban sangat setuju dengan skor 4 2 jawaban setuju dengan skor 3 3 jawaban tidak setuju dengan skor 2 4 jawaban sangat tidak setuju dengan skor 1 b Untuk angket motivasi belajar fisika siswa pada item negatif 1 jawaban sangat setuju dengan skor 1 2 jawaban setuju dengan skor 2 3 jawaban tidak setuju dengan skor 3 4 jawaban sangat tidak setuju dengan skor 4 Reliabilitas dan validitas angket motivasi belajar dapat diketahui dengan menggunakan rumus-rumus berikut: a. Reliabilitas angket motivasi belajar commit to user Oleh karena pada pengukuran ini merupakan rentangan, maka digunakan rumus alpha. Suharsimi Arikunto, 2009:192 menyatakan rumus alpha digunakan untuk mencari tingkat reliabilitas instrumen tes yang skornya bukan 1 dan 0, misalnya angket untuk soal uraian”. Adapun rumus alpha yang dimaksud adalah sebagai berikut:         −       − = ∑ 2 2 11 1 1 t b k k r σ σ di mana: 11 r : reliabilitas instrumen k : banyaknya pertanyaan atau butir soal ∑ 2 b σ : jumlah varians skor tiap item 2 t σ : varians total N N X X b b b 2 2 2 ∑ ∑ ∑ − = σ N N X X t t t 2 2 2 ∑ ∑ ∑ − = σ Hasil perhitungan uji relaibilitas dengan rumus alpha ini dinterpretasikan sebagai berikut: 0,8 ≤ 11 r 1 : sangat tinggi 0,6 ≤ 11 r 0,8 : tinggi 0,4 ≤ 11 r 0,6 : cukup 0,2 ≤ 11 r 0,4 : rendah 0,0 ≤ 11 r 0,2 : sangat rendah Suharsimi Arikunto, 2009: 75 Setelah dilakukan analisis untuk mengetahui realibilitas dari keseluruhan angket uji coba, diperoleh hasil bahwa untuk angket uji coba r 11 reliabilitas instrumen lebih besar dari r tabel 0,953 0,349, sehingga angket dikatakan commit to user reliabel dengan tingkat realibilitas sangat tinggi. Selengkapnya di lampiran 21 b. Validitas angket motivasi belajar Untuk menghitung validitas item angket motivasi belajar fisika digunakan product moment: { } { } ∑ ∑ ∑ ∑ ∑ ∑ ∑ − − − = 2 2 2 2 Y Y N X X N Y X XY N r XY di mana : R xy : koefisien korelasi N : jumlah sampel X : skor item masing-masing responden Y : skor total jumlah dari keseluruhan item masing-masing responden Butir dinyatakan valid jika r xy r tabel Suharsimi Arikunto, 2009:160 Hasil tes uji coba angket motivasi belajar, dari 50 butir angket yang diujicobakan, setelah dilakukan analisis untuk mengetahui kevalidan dari masing-masing butir diperoleh hasil sebagai berikut: 41 butir tergolong valid, yaitu nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6,7, 8, 9, 10, 11, 12, 13,14, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22,23, 24, 25, 26, 27, 28, 32, 33,34,35, 37, 38,39, 40, 41, 44,46,47,49, dan 50; 9 butir pernyataan angket tergolong invalid, yaitu nomor 15, 29, 30, 31, 36, 42,45, dan 48. Selengkapnya di lampiran 26 3. Instrumen lembar observasi aktivitas belajar siswa Langkah langkah pembuatan lembar observasi aktivitas belajar siswa : a. Membuat kisi-kisi lembar observasi aktivitas belajar siswa yaitu dengan : 1 Menentukan aspek yang akan diukur 2 Menentukan indikator dari aspek yang akan diukur 3 Menentukan ruang lingkup dan banyaknya pernyataan untuk masing- masing sub variabel b. Menyusun item aktivitas belajar yang sesuai dengan indikator. commit to user Untuk menentukan validitas lembar observasi aktivitas belajar siswa dilakukan dengan cara : 1 Validitas isi berdasarkan kajian literatur 2 Validitas konten berdasarkan validasi ahli pembimbing Selengkapnya di lampiran 39

F. Teknik Pemeriksaan Validitas Data

Data yang telah berhasil diperoleh, dikumpulkan dan dicatat dalam pelaksanaan tindakan harus diusahakan kemantapan dan kebenarannya. Cara pengumpulan data dengan beragam teknik harus benar-benar sesuai dan tepat untuk menggali data yang diperlukan bagi penelitiannya. Teknik yang diperlukan untuk memeriksa validitas data yang digunakan dalam penelitian ini adalah trianggulasi. Menurut Elliot trianggulasi dilakukan berdasarkan tiga sudut pandang yaitu sudut pandang guru, sudut pandang siswa dan sudut pandang yang melakukan pengawasan atau observan Rochiati, 2005:169. Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik trianggulasi yang digunakan adalah trianggulasi metode. Teknik triangulasi metode dilakukan dengan mengumpulkan data tetap, menggunakan metode pengumpulan data yang berbeda-beda. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode pengumpulan data melalui teknik observasi, wawancara, angket, dan tes prestasi. Adapun skema dari pemeriksaan validitas data yang digunakan dapat dilihat dalam gambar berikut ini: Gambar 3.1 Skema Pemeriksaan Validitas Data Data Observasi Arsip Tes Angket Wawancara Sumber Data