commit to user
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan sektor yang sangat menentukan kualitas hidup suatu bangsa. Tinggi rendahnya kualitas suatu bangsa dapat diukur dari tingkat
pendidikan warga negaranya. Sehingga dapat dikatakan bahwa kegagalan pendidikan berimplikasi pada gagalnya suatu bangsa, dan keberhasilan pendidikan
secara otomatis membawa keberhasilan suatu bangsa. Oleh sebab itu, untuk memperbaiki kehidupan suatu bangsa, harus dimulai dari penataan dalam segala
aspek dalam pendidikan, mulai dari aspek tujuan, sarana, pembelajaran, manajerial, dan aspek lain yang secara langsung maupun tidak langsung
berpengaruh terhadap kualitas pembelajaran. Pembelajaran merupakan bagian atau elemen yang memiliki peran sangat
dominan untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas. Sebaliknya, pembelajaran juga memiliki pengaruh yang menyebabkan kualitas pendidikan
menjadi rendah, artinya pembelajaran sangat tergantung dari kemampuan guru dalam melaksanakan atau mengemas proses pembelajaran. Pembelajaran yang
dilaksanakan secara baik dan tepat akan memberikan kontribusi sangat dominan bagi siswa, sebaliknya pembelajaran yang dilaksanakan dengan cara yang tidak
baik akan menyebabkan potensi siswa sulit dikembangkan atau diberdayakan. Dewasa ini proses pembelajaran dituntut selalu menyesuaikan dengan
dinamika masyarakat, karena pembelajaran yang statis dan konvensional cenderung membuat siswa bosan dan tidak memiliki motivasi untuk belajar. Suatu
pembelajaran akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan mengetahuinya. Demikian sehingga diperlukan terobosan baru dalam
pembelajaran yang memungkinkan guru untuk mengajarkan suatu materi kepada siswa dengan menarik.
Salah satu pembelajaran yang berorientasi hal tersebut adalah pembelajaran kontekstual. Wina Sanjaya 2008 : 255 berpendapat, “Contextual
Teaching and Learning CTL adalah suatu strategi pembelajaran yang
1
commit to user
1 menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat
menekankan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan
mereka”. Selain itu setiap siswa mempunyai gaya yang berbeda dalam belajar.
Perbedaan yang dimiliki siswa tersebut oleh Bobbi Deporter dalam Wina Sanjaya 2008:262 dinamakan sebagai unsure modalitas belajar. Menurutnya ada tiga tipe
gaya belajar siswa yaitu tipe visual, auditorial, dan kinestetis. Tipe visual adalah gaya belajar dengan cara melihat, artinya siswa akan lebih cepat belajar dengan
cara menggunakan indra penglihatan. Tipe auditorial adalah tipe belajar dengan cara menggunakan alat pendengarannya. Sedangkan tipe kinestetis adalah tipe
belajar dengan cara bergerak, bekerja, dan menyentuh. Sebagai fasilitator pembelajaran, guru hendaknya mampu berinovasi dan
berkreasi dalam rangka merancang suatu pembelajaran yang menarik dan bermakna bagi siswa. Sesuai tuntutan perkembangan teknologi, guru hendaknya
mampu mengembangkan pembelajaran yang memanfaatkan media komputer sebagai sarana untuk menampilkan konsep-konsep fisika yang abstrak menjadi
terlihat konkret. Guru dapat memanfaatkan program Macromedia Flash 8 untuk membuat animasi-animasi fisika. Guru juga dapat memanfaatkan program GOM
Player dan Windows Media Classic untuk menampilkan film pendek dalam pembelajaran fisika. Sehingga dengan memanfaatkan dua program di atas
diharapkan siswa akan lebih tertarik dan mudah memahami konsep-konsep fisika. Media film pendek merupakan media yang mampu mengkombinasikan
dua gaya belajar yaitu tipe visual dan auditorial. Dengan film pendek, siswa mampu melihat dan mendengar suatu kejadian fisika yang tidak dapat ditampilkan
media lainnya. Melalui film pendek dapat ditampilkan ilustrasi yang konkret tentang sebuah konsep dan aplikasi dari sebuah materi fisika yang sebelumnya
kelihatan abstrak sehingga dari situ kemampuan siswa dalam memahami sebuah fenomena fisika dapat lebih baik
Keberhasilan siswa dalam belajar dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, secara garis besar adalah faktor intern dalam diri dan faktor ekstern luar diri
commit to user
lingkungan. Faktor intern berasal dari dalam diri individu masing-masing, hal itu berupa kemauan ataupun kemampuan yang lain dari individu tersebut yang dapat
mengendalikannya. Faktor ekstern adalah faktor yang berasal dari luar, hal tersebut dapat berasal dari lingkungan sekitar, baik lingkungan keluarga,
masyarakat bahkan bisa berasal dari kegiatan belajar mengajar itu sendiri. Dalam kaitannya dengan faktor intern, contoh yang mudah dilihat adalah
adanya motivasi. Seperti yang dikemukakan Mc Donald dalam Sardiman 2010:74 bahwa motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi
yang ada pada diri manusia untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu. Sehingga untuk belajar secara rutin, siswa memerlukan motivasi dari dalam
dirinya. Sedangkan untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa, guru harus pintar-pintar untuk memberikan rangsangan. Dan salah satu rangsangan yang
dapat diberikan adalah dengan melaksanakan pembelajaran yang menarik, yang menggugah rasa ingin tahu siswa dan menghadirkan suasana yang menyenangkan
dalam kegiatan belajar mengajar. SMAN 1 Wonogiri adalah salah satu sekolah favorit di wilayah Kabupaten
Wonogiri sehingga sebagian besar siswanya merupakan siswa-siswa yang memiliki nilai ujian nasional di atas rata-rata. Kendati demikian, dari hasil
wawancara dengan guru kelas X di SMAN 1 Wonogiri dan observasi di kelas X3 yang dilakukan peneliti, diperoleh suatu fakta tentang permasalahan yang terjadi
di kelas tersebut. Adapun permasalahan adalah sebagai berikut: 1. Kurang tertariknya siswa terhadap mata pelajaran fisika. Ini disebabkan
paradigma mereka bahwa fisika adalah pelajaran yang membosankan karena identik dengan menghitung dan menghafal rumus.
2. Kurang optimalnya pemanfaatan media pembelajaran oleh guru fisika. Dalam mengajar guru terbiasa menggunakan media powerpoint untuk menjelaskan
materi. Tetapi penggunaan media ini hanya bersifat informatif artinya hanya berisi tulisan tentang materi tanpa disertai animasi yang menarik perhatian
siswa.
commit to user
3. Kondisi siswa yang kurang aktif dalam mengikuti pelajaran Fisika. Hal ini ditunjukkan oleh sikap siswa yang enggan bertanya maupun menjawab
pertanyaan guru 4. Metode guru dalam mengajar yang sering berceramah pasif membuat
pembelajaran kurang menarik. 5. Rendahnya kemampuan kognitif fisika siswa. Hal ini diperkuat dengan tingkat
ketuntasan siswa kelas X3 hanya sebesar 12,12 untuk materi alat-alat optik dengan batas ketuntasan minimal 67.
Oleh karena itu, dari uraian permasalahan tersebut, peneliti mencoba untuk
mengatasinya dengan mengajukan judul penelitian ”Penerapan Pembelajaran Kontekstual Melalui Film Pendek Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar
Dan Kemampuan Kognitif Fisika Siswa :Penelitian Tindakan Kelas” B.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka dapat diidentifikasi masalah-masalah yang timbul sebagai berikut:
1. Kemajuan suatu negara dapat dilihat dari tinggi rendahnya tingkat pendidikan warga negaranya.
2. Pembelajaran yang dilaksanakan dengan baik dapat memberikan hasil belajar yang baik bagi siswa.
3. Inovasi dan kreativitas guru dalam memanfaatkan media komputer diperlukan agar pembelajaran menjadi lebih menarik.
4. Keberhasilan belajar siswa dipengaruhi oleh faktor intern dan ekstern. 5. Salah satu faktor intern tersebut adalah motivasi
C. Pembatasan Masalah