Kondisi Sosial .1 Kondisi Sosial Desa Rampa Pendidikan Tenaga Kerja Suku

mereka bekerja pada perusahaan tambang terutama masyarakat yang memiliki ijazah dan keterampilan bekerja di lapang. Pada awalnya seluruh nelayan Desa Sekapung memiliki armada dan jenis alat tangkap sendiri dengan hasil tangkap udang, ikan tenggiri, cumi dan ikan teri minimal yang dapat diperoleh pada saat musim adalah 10 sampai 50 kghari. Kini jumlah masyarakat yang bermata pencaharian sebagai nelayan sudah berkurang dan tersebar pada pekerjaan lainnya diluar nelayan, hal ini terlihat dari jumlah armada dan alat tangkap yang tersisa di desa yang dimiliki oleh nelayan. Mereka menggunakan jenis armada yang sama, yaitu Kapal Motor KM dengan mesin “domping” berkekuatan mulai dari 20 PK hingga 30 PK. Pertumbuhan ekonomi nelayan di Desa Sekapung tidak terlepas dari peranan agen atau biasa disebut penukar pengumpul. Agen membeli hasil tangkap nelayan dan menjualnya ke Kotabaru. Di sisi lain, tidak adanya lembaga maupun pihak lain yang membantu dalam pemasaran hasil tangkapan nelayan, seperti Koperasi Unit Desa KUD maupun Tempat Pelelangan Ikan TPI sehingga agen sangat berperan besar bagi perekonomian nelayan di Desa Sekapung. Pertumbuhan ekonomi masyarakat secara keseluruhan didorong oleh perusahaan tambang batubara melalui bantuan infrastruktur desa dan keterampilan membuat kerupuk amplang bagi kelompok ibu-ibu. 4.3 Kondisi Sosial 4.3.1 Kondisi Sosial Desa Rampa Kondisi sosial masyarakat Desa Rampa dapat ditunjukkan oleh beberapa hal, diantaranya :

a. Pendidikan

Pendidikan penduduk Desa Rampa masih rendah, mayoritas mereka berpendidikan hanya sampai bangku Sekolah Dasar SD karena alasan membantu orang tua melaut dan tidak memiliki biaya untuk sekolah. Hal ini berdampak pada rendahnya SDM masyarakat nelayan Desa Rampa. Kesadaran akan pentingnya pendidikan sudah baik, terlihat dari tingkat pendidikan anak-anak di Desa Rampa mulai dari taman kanak-kanak hingga Sekolah Menengah Atas, bahkan beberapa menyekolahkan anaknya di luar kota, baik Banjarmasin maupun kota-kota lainnya.

b. Tenaga Kerja

Pada awalnya mayoritas masyarakat Desa Rampa adalah nelayan, mereka secara turun-temurun melakukan pekerjaan sebagai nelayan. Masuknya perusahaan tambang menyerap tenaga kerja dari masyarakat sekitar untuk bekerja menjadi karyawan maupun buruh. Dari sisi penyerapan tenaga kerja, prosentasi tenaga kerja yang berasal dari masyarakat lokal masih kecil dibanding dengan pekerja non-lokal. Hal ini terkait masih rendahnya tingkat pendidikan dan keterampilanskill SDM lokal. Sebagian besar dari masyarakat Desa Rampa yang bekerja di perusahaan adalah pendatang yang menyewa tempat tinggal di Desa Rampa.

c. Suku

Masyarakat Desa Rampa terdiri dari beberapa suku, diantaranya suku Banjar, Bugis, Mandau dan Bajau. Mayoritas suku di Desa Rampa adalah suku Banjar. Terdapat pendatang yang bekerja di perusahaan namun tinggal menetap di Desa Rampa. Pendatang banyak berasal dari Jawa dan Sumatera. Bahasa yang digunakan sehari-hari adalah bahasa Banjar. Tidak terdapat persaingan mata pencaharian antara masyarakat lokal dengan pendatang. Eratnya hubungan kekeluargaan digambarkan dengan tingginya kesadaran saling tolong-menolong sesama warga desa sebagai salah satu bentuk strategi adaptasi yang dilakukan. Selain itu, mereka saling bekerja sama ketika melakukan akfitas di laut seperti memberi tumpangan pada nelayan lain yang tidak memiliki perahu jenis Kapal Motor KM walaupun waktu melaut ditentukan oleh pemilik kapal.

d. Kesehatan