memiliki hubungan dengan sikap nelayan tentang faktor eksternal kebijakan otonomi daerah, masuknya perusahaan tambang dan kondisi iklim.
2.3 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka hipotesis penelitian adalah
sebagai berikut:
1. Diduga semakin tinggi usia maka semakin positif sikap nelayan terhadap kebijakan otonomi daerah, masuknya perusahaan tambang dan kondisi
iklim. 2. Diduga semakin tinggi tingkat pendapatan maka semakin positif sikap
nelayan terhadap kebijakan otonomi daerah, masuknya perusahaan tambang dan kondisi iklim.
3. Diduga semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin positif sikap nelayan terhadap kebijakan otonomi daerah, masuknya perusahaan tambang
dan kondisi iklim. 4. Diduga semakin banyak jumlah tanggungan keluarga maka semakin positif
sikap nelayan terhadap kebijakan otonomi daerah, masuknya perusahaan tambang dan kondisi iklim.
5. Diduga semakin tinggi pengalaman melaut maka semakin positif sikap nelayan terhadap kebijakan otonomi daerah, masuknya perusahaan tambang
dan kondisi iklim.
2.4 Definisi Operasional
a. Dinamika kehidupan nelayan adalah perubahan yang terjadi pada pola kehidupan nelayan seiring berjalannya waktu, baik lambat maupun cepat
yang berhubungan dengan kehidupan nelayan di Pulau Sebuku. Dinamika kehidupan nelayan Pulau Sebuku yang dikaji dalam penelitian ini dibatasi
pada tiga aspek, yaitu kondisi kemiskinan, strategi adaptasi dan sikap nelayan tentang kebijakan otonomi daerah, masuknya perusahaan tambang
dan kondisi iklim. Dinamika kehidupan nelayan diketahui dengan mangajukan pertanyaan langsung pada responden dan informan
menggunakan metode wawancara mendalam.
b. Kemiskinan adalah suatu keadaan dimana seseorang tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar manusia. Kemiskinan dalam penelitian ini
diukur dengan menggunakan indikator yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik BPS, yaitu garis kemiskinan pangan dan non-pangan serta
kriteria rumah tangga miskin sasaran Bantuan Langsung Tunai BLT. Garis kemiskinan yang digunakan adalah garis kemiskinan BPS wilayah
perdesaan di Provinsi Kalimantan Selatan. Selain menggunakan indikator garis kemiskinan untuk menentukan penduduk miskin, digunakan juga 14
indikator kriteria rumah tangga miskin sasaran BLT. Terdapat 14 kriteria untuk menentukan rumah tangga miskin, yaitu:
1 Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m
2
per orang 2 Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah bambu kayu murahan
3 Jenis dinding tempat tinggal dari bambu rumbia kayu berkualitas rendah tembok tanpa diplester
4 Tidak memiliki fasilitas buang air besar bersama-sama dengan rumah tangga lain
5 Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik 6
Sumber air minum berasal dari sumur mata air tidak terlindung sungai air hujan
7 Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar arang
minyak tanah 8 Hanya mengkonsumsi daging susu ayam satu kali dalam seminggu
9 Hanya membeli lebih satu stel pakaian baru dalam setahun 10 Hanya sanggup makan sebanyak satu dua kali dalam sehari
11 Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas poliklinik 12
Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah: petani dengan luas lahan 500 m
2
, buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan dan atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan dibawah Rp 600.000,-
perbulan 13
Pendidikan tertinggi kelapa keluarga: tidak sekolah tidak tamat SD hanya SD
14 Tidak memiliki tabungan barang yang mudah dijual dengan minimal
Rp 500.000,- seperti sepeda motor kredit non kredit, emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya.
Untuk jawaban setiap item : Ya
skor 1 Tidak
skor 0 Total skor minimum = 0,
Total skor maksimum = 14 Kriteria penilaian :
memenuhi 14 kriteria = sangat miskin
di beri kode 1 memenuhi 11
– 13 kriteria = miskin di beri kode 2
memenuhi 9 – 10 kriteria
= hampir miskin di beri kode 3
memenuhi 9 kriteria = tidak miskin
di beri kode 4 c. Strategi adaptasi adalah segala kegiatan atau keputusan yang diambil
anggota rumah tangga untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan dan bertahan hidup. Strategi adaptasi diketahui dengan mangajukan pertanyaan
langsung kepada responden dan informan menggunakan metode wawancara mendalam.
d. Sikap nelayan adalah kecenderungan individu untuk menanggapi suatu objek, yaitu kebijakan otonomi daerah, masuknya perusahaan tambang dan
kondisi iklim baik dalam bentuk tanggapan positif maupun tanggapan negatif. Sikap terhadap faktor eksternal diukur menggunakan skala likert
berskala lima Rakhmat, 1997. Cara mengukur dan memberi skor sikap responden baik terhadap kebijakan
otonomi daerah, masuknya perusahaan tambang dan kondisi iklim. Untuk jawaban setiap item :
Sangat setuju skor 4
Setuju skor 3
Netralragu-ragu skor 2
Tidak setuju skor 1
Sangat tidak setuju skor 0
Total skor minimum = 0, Total skor maksimum = 40
Penjumlahan skor setiap pertanyaan dari masing-masing aspek disebut sebagai skor sikap nelayan baik terhadap kebijakan otonomi daerah,
masuknya perusahaan tambang dan kondisi iklim dibagi dengan jumlah pertanyaan dari masing-masing aspek yang kemudian dikategorikan dengan
menggunakan rumus Rank Spearman, yaitu: R = nilai maksimal-nilai minimal
Jumlah rank a. sikap terhadap kebijakan otonomi daerah, masuknya perusahaan tambang
atau kondisi iklim dengan total skor berada pada interval 0 x ≤ 0,8 diberi skor 0
b. sikap terhadap kebijakan otonomi daerah, masuknya perusahaan tambang atau kondisi iklim dengan total skor berada pada interval 0,8 x ≤ 1,6
diberi skor 1 c. sikap terhadap kebijakan otonomi daerah, masuknya perusahaan tambang
atau kondisi iklim dengan total skor berada pada interval 1,6 x ≤ 2,4 diberi skor 2
d. sikap terhadap kebijakan otonomi daerah, masuknya perusahaan tambang atau kondisi
iklim dengan total skor berada pada interval 2,4 x ≤ 3,2 diberi skor 3
e. sikap terhadap kebijakan otonomi daerah, masuknya perusahaan tambang atau kondisi iklim dengan total skor berada pada interval 3,2 x ≤ 4,0
diberi skor 4
Penjumlahan dari skor setiap pertanyaan dari masing-masing aspek disebut sebagai skor sikap nelayan baik terhadap kebijakan otonomi daerah,
masuknya perusahaan tambang dan kondisi iklim yang dikategorikan menjadi:
a. sikap nelayan baik kebijakan otonomi daerah, masuknya perusahaan tambang atau kondisi iklim jika kecenderungan jawaban sangat setuju dan
setuju dikategorikan sebagai sikap positif, dengan total skor berada pada interval 21 x ≤ 40 diberi kode 2
b. sikap nelayan baik kebijakan otonomi daerah, masuknya perusahaan tambang atau kondisi iklim jika kecenderungan jawaban sangat tidak
setuju dan tidak setuju dikategorikan sebagai sikap negatif, dengan total skor berada pada interval 0 x ≤ 20 diberi kode 1
e. Karakteristik individu nelayan dilihat dari: Usia adalah lama tahun hidup responden hingga pada saat penelitian
dilakukan. Usia diukur dengan mangajukan pertanyaan langsung kepada responden. Usia dibagi dalam tiga kategori berdasarkan rata-rata usia
responden secara emic, yaitu: a. Tinggi : usia responden 50 tahun
– 64 tahun = skor 3 b. Sedang : usia responden 35 tahun
– 49 tahun = skor 2 c. Rendah : usia responden 20 tahun
– 34 tahun = skor 1 Tingkat pendapatan ialah jumlah uang dalam rupiah yang diperoleh
responden dari mata pencaharian sebagai nelayan yang dihitung per bulan. Tingkat pendapatan diukur dengan mangajukan pertanyaan
langsung kepada responden. Tingkat pendapatan dibagi dalam tiga kategori berdasarkan rata-rata jumlah pendapatan responden secara emic,
yaitu: a. Tinggi :
pendapatan yang
diperoleh perbulan
responden Rp3.000.00
0 ≤ x Rp 4.500.000 = skor 3 b. Sedang :
pendapatan yang
diperoleh perbulan
responden Rp1.500.000 ≤ x Rp 3.000.000 = skor 2
c. Rendah : pendapatan
yang diperoleh
perbulan responden
Rp1.500.000 = skor 1 Tingkat pendidikan ialah jenjang pendidikan formal terakhir yang pernah
di tempuh responden. Tingkat pendidikan diukur dengan mangajukan pertanyaan langsung kepada responden berdasarkan rata-rata tingkat
pendidikan responden secara emic. a. Tidak sekolah
=skor 1 b. Tidak tamat SD =skor 2
c. Tamat SD =skor 3
d. Tidak tamat SMP =skor 4 e. Tamat SMP
=skor 5 Jumlah tanggungan keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang
masih menjadi tanggungan dalam memenuhi kebutuhan hidup. Jumlah tanggungan keluarga diukur dengan mangajukan pertanyaan langsung
kepada responden. Jumlah tanggungan keluarga dibagi dalam tiga kategori berdasarkan rata-rata jumlah tanggungan keluarga responden
secara emic. a. Banyak : jumlah tanggungan keluarga responden 4-5 orang = skor 3
b. Sedang : jumlah tanggungan keluarga responden 2-3 orang = skor 2 c. Sedikit : jumlah tanggungan keluarga responden 0-1 orang = skor 1
Pengalaman melaut adalah lamanya seseorang berprofesi sebagai nelayan dan pergi melaut yang diukur dengan satuan tahun. Pengalaman melaut
diukur dengan mangajukan pertanyaan langsung kepada responden. Pengalaman melaut dibagi dalam tiga kategori berdasarkan rata-rata
Pengalaman melaut responden secara emic, yaitu: a. Tinggi : pengalaman melaut responden
40 ≤ x 60 tahun= kode 3 b. Sedang : pengalaman melaut responden
20 ≤ x 40 tahun = kode 2 c. Rendah : pengalaman melaut responden
0 ≤ x 20 tahun = kode 1
BAB III PENDEKATAN LAPANGAN
3.1 Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan kombinasi metode kuantitatif dan kualitatif. Strategi penelitian kualitatif yang digunakan dalam penelitian adalah metode studi
kasus yang bersifat deskriptif, untuk mengetahui bagaimana faktor eksternal kebijakan otonomi daerah, masuknya perusahaan tambang dan kondisi iklim
berpengaruh terhadap dimensi kehidupan nelayan di pulau kecil yang dilihat dari tiga aspek, yaitu kondisi kemiskinan, strategi adaptasi dan sikap nelayan.
Pendekatan kualitatif merupakan prosedur penelitian yang mementingkan diperolehnya informasi atau data dari subyek penelitian secara alamiah,
berdasarkan pengalaman sosial mereka masing-masing, dan data yang didapatkan merupakan data deskriptif berupa kata-kata dari subyek penelitian.
Pendekatan kuantitatif merupakan penelitian yang menggambarkan atau menjelaskan suatu masalah yang hasilnya dapat digeneralisasikan. Penelitian
kuantitatif menggunakan metode survei. Penelitian kuantitaif ini bersifat explanatory research yang menjelaskan hubungan-hubungan kausal antara
variabel melalui pengujian hipotesa Singarimbun, 1989. Pendekatan kuantitatif ini digunakan untuk melihat bagaimana hubungan antara karakteristik individu
nelayan usia, tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga dan pengalaman melaut dengan sikap nelayan mengenai kebijakan
otonomi daerah, masuknya perusahaan tambang dan kondisi iklim. Data kuantitatif diperoleh dari pengumpulan data melalui instrumen utama penelitian
survei, yaitu kuesioner.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Pulau Sebuku merupakan Kecamatan di Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan. Pulau Sebuku dibagi dalam delapan desa, yaitu Desa Sungai Bali, Desa
Rampa, Desa Ujung, Desa Serakaman, Desa Belambus, Desa Mandin, Desa Kanibungan dan Desa Sekapung. Dari delapan desa tersebut, penelitian ini
dilakukan di Desa Rampa dan Desa Sekapung. Lokasi penelitian dipilih secara