Bekerja di perusahaan tambang

Strategi adaptasi yang dilakukan oleh nelayan baik nelayan di Desa Rampa maupun nelayan di Desa Sekapung dikategorikan menjadi kegiatan produktif dan kegiatan non produktif. Kegiatan produktif, termasuk diantaranya yaitu:

a. Bekerja di perusahaan tambang

Masuknya perusahaan tambang membawa perubahan pada kehidupan masyarakat secara umum di Pulau Sebuku, terutama perubahan yang berkaitan dengan sosial dan ekonomi masyarakat. Perubahan karena masuknya perusahaan tambang tidak terlalu berdampak bagi kehidupan nelayan di Desa Rampa, perubahan lebih berdampak pada masyarakat nelayan yang bekerja pada perusahaan. Tidak semua nelayan yang melamar bekerja pada perusahaan diterima karena tidak memenuhi persyaratan sebagai karyawan. Hal ini karena kualitas Sumber Daya Manusia SDM di Desa Rampa masih rendah, rata-rata pendidikan hanya sampai bangku Sekolah Dasar SD, sedangkan untuk bekerja di perusahaan memiliki batas pendidikan yang sudah ditentukan minimal SMA. Di samping pendidikan dan kualitas SDM yang masih rendah, nelayan di Desa Rampa juga tidak memiliki kemampuan dan pengalaman selain menjadi nelayan. Sebagian besar dari mereka memilih tetap menjadi nelayan walaupun hasil yang diperoleh tidak pasti setiap kali melakukan trip dibandingkan dengan mendapat upah yang jelas setiap bulan dari perusahaan namun berada dibawah aturan dan tekanan atasan mandor. Sebagian dari anak-anak nelayan di Desa Rampa sudah menempuh pendidikan hingga minimal tamat SMP dan bekerja sebagai buruh di perusahaan tambang bijih besi di Pulau Sebuku. Nelayan dengan tingkat pendidikan lebih tinggi yang memenuhi syarat bekerja di perusahaan terutama apabila kenal dengan salah satu orang di dalam perusahaan akan lebih dipermudah jika ingin bekerja di perusahaan, namun bekerja di bagian lapangan. Beberapa nelayan yang sudah bekerja di perusahaan tetap tidak meninggalkan pekerjaan sebelumnya turun ke laut, mereka tetap melakukan aktifitas penangkapan jika sedang off dan atau ketika sedang pergantian shift sebagai strategi untuk mendapat pendapatan lebih banyak karena tidak hanya mengandalkan salah satu mata pencaharian saja. Berbeda dengan nelayan di Desa Rampa, nelayan di Desa Sekapung banyak terserap menjadi tenaga kerja pada perusahaan tambang batubara pada saat perusahaan mulai berdiri dengan sistem kontrak, sehingga ketika kontrak sudah habis dan terjadi pergantian manajemen pada tahun 2008, banyak karyawan yang kembali menjadi nelayan walaupun beberapa dari mereka memilih keluar desa untuk bekerja pada perusahaan lain dan atau menoreh karet di hutan. Ada nelayan yang menjadi karyawan namun tetap melakukan aktifitas melaut sebagai pekerjaan sampingan pengisi waktu luang. Tujuan mereka bekerja di perusahaan bagi beberapa nelayan hanya untuk mengumpulkan modal, sebagaimana hasil wawancara dengan Bapak SF pada tanggal 21 Maret 2011. “Sebenernya saya masuk ke perusahaan niatnya untuk ngumpulin modal aja, karena lebih enak jadi nelayan atau buka usaha sendiri daripada kerja di perusahaan. Kalo jadi nelayan kita bebas kapan aja mau turun ke laut, kalo kerja di perusahaan banyak aturan, kerja juga dibawah komando dari jam 6 pagi sampe jam 6 malem. Tapi ya kalo di perusahaan kita jelas dalam satu bulan pasti dapat gaji, ga kaya nelayan kan ga pasti, untung- untungan.” Terdapat nelayan yang memang tidak memilih bekerja di perusahaan sebagai mata pencaharian karena merasa gaji yang diperoleh tidak sesuai, sebagaimana hasil wawancara dengan JR pada tanggal 24 Maret 2011. “Kerja di perusahaan engga cukup buat kasih makan anak- anak, engga mencukupi kebutuhan hidup. Paling tinggi dapat gaji hanya Rp1.800.000,00. Mending ke laut walau untung-untungan tapi bisa dapat Rp1000.000,00 satu hari kalo lagi rejeki. Asal kita turun pasti dapat kadang Rp30.000,00, Rp50.000,00, Rp100.000,00 atau Rp200.000,00 tapi pasti dapat, bahkan bisa lebih gede daripada gaji di perusahaan, Mbak.”

b. Memperluas jangkauan wilayah tangkap