Tidak berbeda jauh, peran istri nelayan di Desa Sekapung juga membantu dalam proses pasca panen dan menjemur ikan. Hanya saja terdapat kelompok istri
nelayan binaan perusahaan batubara dalam mengolah ikan tenggiri menjadi kerupuk amplang. Kerupuk amplang dijual ke Kota dan menjadi pemasukan
tambahan. Beberapa orang ada yang bekerja menyadap karet di kebun dan sebagian lainnya memecah kayu untuk membuat jalan aspal yang kemudian dibeli
oleh perusahaan. Kegiatan ini menambah penghasilan keluarga, sedangkan peran pemuda ada yang membuka jasa cuci motor dan bengkel.
f. Mengadakan kegiatan pranata sosial ekonomi arisan
Arisan merupakan salah satu cara mereka menabung dan strategi adaptasi komunitas. Arisan dapat diikuti namun tidak diwajibkan untuk seluruh rumah
tangga nelayan di Desa Rampa dengan membayar Rp30.000,00 setiap hari dengan jumlah arisan yang didapat sebesar Rp6.000.000,00. Uang ini yang kemudian
digunakan untuk membeli perahu, jaring ataupun alat tangkap lain maupun bahan bakar dan keperluan melaut lainnya serta keperluan hidup mereka. Kaum
perempuan banyak terlibat dalam kegiatan pranata sosial ekonomi yang mereka bentuk seperti arisan untuk menunjang kelangsungan hidup keluarga. Arisan yang
terdapat di Desa Rampa ada beberapa jenis, yaitu Rp50.000,00 minggu, Rp500.000,00 bulan maupun Rp100.000,00 hari. Hanya saja jarang nelayan
yang ikut arisan dengan membayar Rp100.000,00 hari karena dirasa cukup berat dan tidak mampu, sehingga pilihan arisan dengan membayar Rp100.000,00 hari
banyak diikuti oleh para agen dan pedagang besar.
g. Memiliki dan mengganti jenis alat tangkap sesuai musim tangkapan
Terkait dengan kondisi iklim, pulau kecil memiliki karakteristik geografis yang berbeda dengan pulau besar maupun benua, salah satunya adalah suhu udara
stabil dan iklim sering berbeda dengan pulau besar terdekat Bengen, 2002c. Jika terjadi perubahan iklim yang tidak menentu pada pulau besar, maka iklim pada
pulau kecil cenderung stabil. Hal ini terlihat dari kemampuan nelayan memprediksi kapan musim tangkap dan kapan musim paceklik, nelayan juga
mampu memprediksi kapan musim ikan, cumi, udang windu, kepiting, udang lobster maupun jenis hasil tangkapan lainnya.
Strategi adaptasi yang dilakukan oleh nelayan di Desa Rampa dalam menghadapi perubahan musim dengan cara mengganti jenis alat tangkap
berdasarkan jenis hasil tangkap sesuai musim dan memiliki lebih dari satu jenis alat tangkap untuk masing-masing musim hasil tangkap. Wilayah tangkap nelayan
Desa Rampa lebih luas termasuk Selat Sebuku dan Selat Makassar. Tangkapan utama nelayan di Desa Rampa adalah udang, cumi dan ikan. Strategi yang
dilakukan oleh nelayan yaitu menyesuaikan jenis alat tangkap yang digunakan untuk menangkap udang, cumi maupun ikan berbeda. Ketika musim udang windu
dari bulan Januari hingga bulan Mei, maka jaring yang mereka gunakan adalah lampara dasar mini dengan mata jaring lebih kecil untuk udang kecil dan
menggunakan gondrong rengge tramell nett untuk udang yang berukuran besar. Pada jangka waktu bulan yang sama, dengan menggunakan jenis alat
tangkap lampara dasar mini dengan ukuran mata jaring yang lebih besar untuk menangkap cumi-cumi. Musim ikan ada pada setiap musim, namun untuk ikan
jenis habu-habu maupun ikan selangat ada pada jangka waktu bulan Juni hingga Desember, dengan jenis alat tangkap menggunakan gill nett. Sebagaimana hasil
wawancara dengan Bapak SB pada tanggal 15 Maret 2011. “Kalo air lagi besar kita cari udang, alat yang kita pake ya
gondrong, tapi kalo lagi ga musim udang kita tetep kelaut cari ikan pake alatnya pancing ikan, kalo ikan ga ada musimnya, ada terus
disini. Nah, kalo lagi musim cumi baru kita “narik” menggunakan jenis alat tangkap lampar dasar mini. Tetapi kalo lagi ga musim
udang atau cumi ya kita bisa aja cari lobster atau kepiting. Jadi kita
disini pake alat tangkapnya sesuai musim tangkap.” Berbeda dengan keadaan nelayan di Desa Rampa, nelayan di Desa
Sekapung tidak dapat melaut jika terjadi musim angin tenggara atau musim paceklik. Pada saat ini angin bertiup kencang menyebabkan ombak besar tidak
memungkinkan bagi nelayan untuk tetap pergi ke laut satu hari penuh, mereka hanya pergi hingga siang atau menjelang siang, namun beberapa nelayan memilih
tidak pergi ke laut sama sekali ketika musim angin tenggara. Hal ini juga karena letak geografis Desa Sekapung berada di ujung sebelah selatan dan langsung
berhadapan dengan Selat Makassar sebagai wilayah tangkap. Sebagaimana hasil wawancara dengan bapak DL pada tanggal 19 Maret 2011.
“Wah kalo udah masuk bulan 6 Juni pang nelayan disini mulai jarang turun ke laut, Mbak. Apalagi bulan 7 Juli dan 8 Agustus,
umaa. Soalnya disini pernah gin ada kapal nelayan yang tenggelam kebawa ombak waktu melaut sampe 2 hari di laut baru ketemu, Mbak.
Serem juga, daripada nyawa yang jadi korban mending diem aja di rumah ga usah ke laut
.”
h. Jenis armada tangkap yang digunakan