Strategi Adaptasi Nelayan Isu dan Kondisi Pulau-pulau Kecil

2.1.5 Strategi Adaptasi Nelayan

Masyarakat pasti mengalami perubahan dalam hidupnya, karena tidak ada manusia yang statis pada satu titik. Perubahan yang terjadi bisa dalam waktu yang lama namun juga bisa dalam waktu yang cepat. Perubahan yang terjadi tidak hanya pada satu aspek, sebagaimana yang disebutkan oleh Soekanto 1982, bahwa perubahan-perubahan masyarakat dapat mengenai nilai-nilai sosial, norma- norma sosial, pola-pola perilaku organisasi, susunan lembaga kemasyarakatan, lapisan-lapisan dalam masyarakat, kekuasaan dan wewenang, interaksi sosial dan lain sebagainya. Perubahan yang terjadi dalam suatu masyarakat bukan semata- mata sebagai suatu kemajuan progress namun juga dapat berarti kemunduran dari bidang-bidang kehidupan tertentu Soekanto, 1982. Syarbani 2002 dalam Yulianto 2010 menjelaskan bahwa setiap masyarakat mengalami perubahan sepanjang masa. Perubahan yang terjadi ada yang samar, ada yang mencolok, ada yang lambat, ada yang cepat, ada yang sebagian atau terbatas dan ada yang menyeluruh. Samuel Koenig 1957 dalam Soekanto 1982 mengatakan bahwa perubahan sosial menunjuk pada modifikasi- modifikasi yang terjadi dalam pola-pola kehidupan manusia. Modifikasi-modikasi mana terjadi sebab intern maupun sebab ekstern. Salah satu dari sebab ekstern yang memicu terjadinya perubahan pada kehidupan yaitu adanya aktivitas pertambangan. Retna 2003 menyatakan bahwa adanya aktivitas masyarakat di lokasi pertambangan batubara sangat berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan hidup masyarakat yang terlibat dalam kegiatan pertambangan. Perubahan juga terjadi pada berbagai aspek pola kehidupan nelayan. Perubahan-perubahan terutama yang berkaitan dengan mata pencaharian sebagai nelayan berdampak pada keberlanjutan hidup. Perubahan iklim tentu berpengaruh terhadap strategi adaptasi yang dilakukan oleh nelayan, hal ini karena pekerjaan sebagai nelayan sangat tergantung pada musim untuk melaut dengan pendapatan yang fluktuatif terutama ketika musim paceklik. Kondisi tersebut mengakibatkan tingkat pendapatan nelayan pada sektor perikanan tidak pasti. Akibatnya, dalam kehidupan sehari-hari rumah tangga nelayan umumnya mengikutsertakan anggota rumah tangga lainnya seperti istri untuk bekerja dan pada musim paceklik nelayan bekerja pada sektor non perikanan untuk mencari pendapatan tambahan Pancasasti, 2008. Berbagai strategi adaptasi dilakukan nelayan untuk beradaptasi dengan kondisi yang dinamis untuk mempertahankan hidup. Strategi merupakan suatu pilihan yang digunakan terhadap beberapa alternatif pilihan yang tersedia, sedangkan strategi nafkah menurut Dharmawan 2001 adalah segala kegiatan atau keputusan yang diambil anggota rumah tangga untuk bertahan hidup survival dan atau membuat hidup lebih baik. Tujuan dari bertahan hidup ini adalah membangun beberapa strategi untuk keamanan dan keseimbangan mata pencaharian rumah tangga. Kusnadi 2000 dalam Rofikoh 2007 menjelaskan bahwa strategi adaptasi yang biasanya dilakukan adalah memobilisasi peran perempuan kaum istri dan anak-anaknya untuk mencari nafkah. Keterlibatan perempuan dalam mencari nafkah untuk keluarga di wilayah pesisir atau desa-desa nelayan tidak terlepas dari sistem pembagian kerja secara seksual the division of labour of sex yang berlaku pada masyarakat setempat. Carner 1984 menyatakan bahwa terdapat beberapa strategi yang dapat dilakukan oleh rumah tangga miskin pedesaan antara lain : 1. Melakukan beraneka ragam pekerjaan meskipun dengan upah yang rendah 2. Memanfaatkan ikatan kekerabatan serta pertukaran timbal balik dalam pemberian rasa aman dan perlindungan. 3. Melakukan migrasi ke daerah lain biasanya migrasi desa-kota sebagai alternatif terakhir apabila sudah tidak terdapat lagi pilihan sumber nafkah di desanya. Hasil penelitian Rofikoh 2007 menjelaskan tentang strategi adaptasi nelayan untuk survival dalam mensikapi tekanan untuk mempertahankan hidup terutama saat paceklik yaitu: Pertama, nelayan melakukan diversifikasi pekerjaan berdagang, bertani, buruh serabutan namun ada pula nelayan yang memilih tidak bekerja serabutan tetapi memperbaiki peralatan. Kedua, melibatkan peran perempuan dan anak pada kegiatan usaha berbasis perikanan dan kelautan pedagang pengecer, pengumpul ikan, pedagang besar, buruh upahan, maupun tenaga pengolah, peran wanita sangat strategis terutama pada ranah pasca panen dan pemasaran hasil perikanan. Kaum perempuan banyak terlibat dalam kegiatan pranata sosial ekonomi yang mereka bentuk seperti arisan, pengajian berdimensi kepentingan ekonomi, simpan pinjam dan jaringan sosial yang bisa dimanfaatkan untuk menunjang kelangsungan hidup keluarga. Ketiga, menjual barang berharga milik keluarga, berhutang pada saudara, koperasi atau juragan, dan sumbangan keluargapenghasilan maupun menganggur.

2.1.6 Sikap