Strategi Adaptasi Nelayan di Pulau Sebuku

responden atau 10 berasal dari Desa Rampa 6 . Hal ini karena ketidak pastian jumlah hasil tangkapan yang diperoleh nelayan setiap kali turun ke laut berdampak pada ketidak pastian pendapatan yang diperoleh nelayan, ketika sedang musim pendapatan nelayan tinggi namun ketika paceklik pendapatan nelayan berkurang. Terkait dengan hal tersebut, maka nelayan yang rajin turun ke laut dapat menutupi kekurangan untuk memenuhi kebutuhan ketika musim paceklik, berbeda dengan nelayan yang jarang bahkan tidak turun ke laut sama sekali ketika musim paceklik, sehingga pendapatan yang diperoleh tidak mampu mencukupi untuk memenuhi kebutuhan dan hanya mengandalkan tabungan ketika pendapatan mereka tinggi pada musim tangkap. Pendapatan dalam kurun waktu satu bulan nelayan di Desa Rampa mampu mencapai lebih dari Rp 600.000,00, bahkan pada saat musim tangkap dapat mencapai Rp 1.000.000,00 - Rp3.000.000,00 dalam satu hari. Pada musim paceklik atau musim angin tenggara nelayan yang pergi ke laut akan memperoleh pendapatan minimal Rp 20.000,00- Rp 100.000,00 hari. Sebanyak 11 responden atau 18,3 dari kedua desa tidak memiliki tabungan barang yang mudah dijual dengan minimal Rp500.000,- seperti sepeda motor kredit non kredit, emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya, dimana sebanyak 6 responden atau 20 berasal dari Desa Sekapung dan sebanyak 5 responden atau 16,7 berasal dari Desa Rampa. Hal ini berkaitan dengan kemampuan setiap rumah tangga dalam penggunaan pendapatan manajemen keuangan rumah tangga untuk mengatur keuangan ketika musim tangkap dan paceklik, terlihat dari barang-barang elektronik yang dimiliki, misalnya emas, televisi, kulkas dan sepeda motor.

5.2 Strategi Adaptasi Nelayan di Pulau Sebuku

Strategi merupakan suatu pilihan yang digunakan terhadap beberapa alternatif pilihan yang tersedia, sedangkan strategi nafkah menurut Dharmawan 2001 adalah segala kegiatan atau keputusan yang diambil anggota rumah tangga untuk bertahan hidup survival dan atau membuat hidup lebih baik. Tujuan dari 6 Berdasarkan pengisian langsung kuasioner kriteria BLT, menurut perkiraan mereka pendapatan yang diperoleh kurang dari Rp 600.000,00 namun setelah dihitung secara konkret pendapatan per kapita perbulan mereka lebih dari Rp 600.000,00. bertahan hidup ini adalah membangun beberapa strategi untuk keamanan dan keseimbangan mata pencaharian rumah tangga. Secara geografis, pulau kecil termasuk Pulau Sebuku dikelilingi oleh laut sehingga masyarakat yang tinggal di pulau kecil pada umumnya menggantungkan hidup pada sumberdaya alam di sekitar untuk bertahan hidup. Masyarakat nelayan menggantungkan hidup dari sumberdaya laut dan perikanan. Bekerja sebagai nelayan sudah dilakukan sejak lama dan turun-temurun sebagai salah satu strategi mereka untuk bertahan hidup. Terkait dengan perubahan yang terjadi karena faktor eksternal, yaitu kebijakan otonomi daerah, masuknya perusahaan tambang dan kondisi iklim, strategi adaptasi yang dilakukan oleh masyarakat nelayan beragam. Sebagaimana disebutkan dalam UU No 32 tahun 2004 pasal 1, bahwa desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia NKRI. Definisi lainnya di sebutkan oleh Salam 2007, bahwa desentralisasi adalah penyerahan kekuasaan wewenang, hak, kewajiban dan tanggung jawab sejumlah urusan pemerintahan dari pemerintah pusat ke daerah otonom sehingga daerah otonom itu dapat melakukan pengambilan keputusan, perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan dalam masalah-masalah pengelolaan pembangunan untuk mendorong dan meningkatkan kinerja pembangunan. Pulau Sebuku adalah pulau kecil yang di dalamnya terkandung sumberdaya alam termasuk tambang, hutan dan laut. Pengelolaan sumberdaya alam di Pulau Sebuku terutama sumberdaya tambang dikelola oleh swasta. Hal ini terkait dengan kewenangan pemerintah untuk memberi kesempatan pada perusahaan tambang swasta dalam rangka pengelolaan sumberdaya alam daerah termasuk diantaranya bahan tambang bijih besi dan batubara untuk kesejahteraan masyarakat dan pembangunan daerah. Swasta yang memperoleh izin beroperasi dalam rangka mengelola sumberdaya tambang di Pulau Sebuku membawa perubahan bagi masyarakat di Pulau Sebuku terutama yang bermata pencaharian berkebun, baik membuka peluang berusaha masyarakat maupun membuka lapangan pekerjaan sebagai buruh dan karyawan di perusahaan. Mereka mendapat ganti rugi dari perusahaan karena sebagian dari lahan milik mereka digunakan untuk kegiatan operasional perusahaan, berbeda dengan nelayan yang menggantungkan hidupnya dari hasil laut. Masyarakat yang pada awalnya hanya berkebun dan menyadap karet di hutan maupun bekerja sebagai nelayan, kini memiliki pilihan jenis mata pencaharian lainnya, yaitu menjadi buruh di perusahaan. Pilihan jenis mata pencaharian semakin beragam terutama bagi masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan tinggi, yaitu minimal SMP dan atau SMA agar dapat bekerja di perusahaan. Lokasi pertambangan yang terdapat di Pulau Sebuku disajikan dalam Gambar 3. Gambar 3. Sketsa Lokasi Pertambangan di Pulau Sebuku Strategi adaptasi yang dilakukan oleh nelayan baik nelayan di Desa Rampa maupun nelayan di Desa Sekapung dikategorikan menjadi kegiatan produktif dan kegiatan non produktif. Kegiatan produktif, termasuk diantaranya yaitu:

a. Bekerja di perusahaan tambang