Karakteristik Responden GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

UPPT biasanya dilaksanakan bersamaan dengan kegiatan UP3HP dan PPL, seperti sekolah lapang, dan lain-lain. Diagram venn kelembagaan adalah gambaran situasi kelembagaan di desa yang menjelaskan tentang manfaat, pengaruh dan kedekatan hubungan suatu kelembagaan dengan masyarakatnya. Diagram venn kelembagaan digambarkan dengan simbol yang sangat sederhana, yaitu lingkaran. Semakin besar lingkaran menggambarkan semakin besarnya keberadaan lembagainstitusi tersebut di dalam masyarakat desa. Peran lembagainstitusi bagi masyarakat desa dapat dilihat dari jauh dekatnya lingkaran tersebut digambar Gambar 7. Gambar 7. Diagram Venn Kelembagaan Agribisnis Kakao di Desa Mundeh Kauh, Kecamatan Selemadeg Barat, Kabupaten Tabanan Berdasarkan Gambar 7 dapat dilihat bahwa peran koperasi subak abian berada di dalam lingkaran Desa Mundeh Kauh karena lembaga tersebut dibentuk sendiri oleh masyarakat subak abian untuk membantu mereka dalam hal penyediaan sarana produksi dan pemasaran hasil. Lingkaran koperasi subak abian beririsan dengan lingkaran perusahaan daerah dan lingkaran perusahaan daerah Desa Mundeh Kauh Koperasi subak abian Persh. Daera h PT. Bumi Tangerang Subak Abian Pucaksari i PPL Dinas Kab. UP3HP UPPT KUD Pengepul bersinggungan dengan lingkaran pihak swasta PT. Bumi Tangerang untuk menunjukkan bahwa pemasaran biji kakao terfermentasi dari petani subak abian ke pihak swasta terjadi secara tidak langsung. Biji kakao petani yang telah dibeli oleh koperasi subak abian dan telah difermentasi selanjutnya dipasarkan oleh pihak koperasi subak abian kepada PT. Bumi Tangerang melalui perusahaan daerah. Pemasaran biji kakao di Desa Mundeh Kauh pada umunya terbagi menjadi 2 jenis yaitu biji kakao fermentasi dan biji kakao tidak fermentasi. Pemasaran biji kakao dilakukan setelah biji kakao yang dihasilkan petani kering dengan proses penjemuran sampai dengan kadar air 8-11 persen. Petani dalam memasarkan hasil kakaonya sebagian besar dijual kepada tengkulak atau pedagang pengumpul. Hal ini disebabkan karena hasil biji kakao tidak melalui proses fermentasi pada saat pengolahan biji kakao. Sedangkan biji kakao yang dihasilkan dengan proses fermentasi pada saat pengolahan biji kakao, pemasarannya dilakukan melalui Subak Abian. Subak abian yang ditunjuk untuk mengelola pemasaran pada biji kakao hasil fermentasi adalah Subak Abian Pucaksari. Subak abian ini ditunjuk karena memiliki hubungan yang baik dengan perusahaan swasta serta pemerintah daerah. Pemerintah daerah dalam hal ini berperan memberikan informasi harga kakao khususnya yang telah dilakukan fermentasi pada proses pengolahan biji kakao. Perusahaan swasta yang juga sebagai eksportir yang akan membeli hasil produksi kakao yang dihasilkan petani di Desa Mundeh Kauh akan mendatangi langsung ke Subak Abian Pucaksari. Adapun penentuan harga biji kakao fermentasi akan disepakati oleh perusahaan swasta yaitu PT. Bumi Tangerang dan pihak petani. Pemerintah daerah dalam hal ini hanya sebagai saksi dalam penentuan harga tersebut. Sedangkan harga biji kakao yang tidak difermentasi biasanya ditetapkan oleh pedagang pengumpultengkulak dengan selisih harga dibawah harga kakao fermentasi sebesar Rp. 2.000 – Rp. 3.000 per kilogram. Tahun 2012 harga biji kakao fermentasi sebesar Rp. 23.000 per kilogram, sedangkan harga biji kakao tidak fermentasi sebesar Rp. 20.500 per kilogram. Petani yang tidak menerapkan teknologi fermentasi tidak mampu menegosiasikan harga biji kakaonya kepada tengkulakpedagang pengumpul karena tidak memiliki pilihan penjualan. Hal ini disebabkan karena jarak Desa Mundeh Kauh ke pasar kecamatan sangat jauh jika ditempuh menggunakan kendaraan bermotor serta akses jalan yang kurang baik dengan topografi pegunungan. Lingkaran lembaga UPPT dan KUD hanya memotong sedikit ke dalam lingkaran Desa Mundeh Kauh menunjukkan bahwa meskipun keberadaan kedua lembaga tersebut dinilai cukup besar dalam masyarakat subak abian, namun peran UPPT dan KUD dirasakan tidak terlalu besar sedang, bahkan cenderung kecil untuk UPPT karena petani subak abian kurang mengenal lembaga ini. Lingkaran KUD yang bersinggungan dengan lingkaran koperasi subak abian untuk menunjukkan bahwa ada hubungan antara kedua koperasi tersebut, yaitu KUD menjadi penyedia pupuk bagi koperasi subak abian.

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1. Deskripsi Statistik Input Output

Tingkat keberhasilan petani di dalam suatu proses produksi usahatani yang dikelolanya tidak terlepas dari kondisi yang dimiliki dari petani sendiri, antara lain seperti: umur petani, tingkat pendidikan, pengalaman bertani, lahan milik dan luas garapannya faktor internal. Kesemuanya itu sebagai pencerminan dari karakteristik yang dimiliki petani dan sebagai tolok ukur terhadap sikap penerimaan dari berbagai masukan teknologi usahatani. Namun disamping faktor internal tersebut diatas juga akan dipengaruhi oleh adanya dukungan faktor luar faktor eksternal seperti: ketersediaan paket teknologi dengan sarana produksinya secara lokalitas di tingkat usahatani, kredit produksi, harga input produksi dan hasil produksi yang memadai, lembaga pemasaran serta lembaga penyuluhan di wilayah kerjanya. Berdasarkan fungsi produksi yang diamati, penggunaan input dan produksi kakao yang dihasilkan oleh petani yang melakukan proses pengolahan biji kakao dengan fermentasi yaitu penggunaan tenaga kerja, pupuk N, pupuk P, pupuk K, pestisida, luas lahan dan umur tanaman. Penggunaan input produksi dan produksi kakao pada kelompok yang menerapkan teknologi fermentasi di Kabupaten Tabanan, Bali Tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18. Penggunaan Input Produksi dan Produksi Kakao pada Kelompok yang Menerapkan Teknologi Fermentasi di Kabupaten Tabanan, Bali Tahun 2012 No. Variabel Input – Output Minimum Maksimum Rata- rata Standar Deviasi 1. Produksi kg 70,00 1950,00 727,17 509,82 2. Tenaga Kerja HOK 7,50 230,75 67,39 54,90 3. Pupuk N kg 50,00 766,00 272,75 182,50 4. Pupuk P kg 25,00 466,00 140,67 94,63 5. Pupuk K kg 25,00 466,00 139,00 94,67 6. Pestisida liter 3,00 25,00 9,42 5,66 7. Luas Lahan Ha 0,71 7,82 2,41 1,69 8. Umur Tanaman Thn 15,00 25,00 21,62 2,25 Produksi kakao pada kelompok petani yang menerapkan teknologi fermentasi pada biji kakao yang dihasilkan nilai rata-rata produksi sebesar 727,17 kg, dengan nilai minimum sebesar 70 kg dan nilai maksimum sebesar 1.950 kg. Sedangkan berdasarkan penggunaan input tenaga kerja yang dicurahkan kelompok petani yang menerapkan teknologi fermentasi pada biji kakao diperoleh nilai rata-rata sebesar 67,39 HOK, dengan nilai minimum sebesar 7,50 HOK dan nilai maksimum sebesar 230,75 HOK. Berdasarkan penggunaan input pupuk N, kelompok petani yang menerapkan teknologi fermentasi pada biji kakao yang dihasilkan diperoleh nilai rata-rata sebesar 272,75 kg dengan nilai minimum sebesar 50 kg dan nilai maksimum sebesar 766 kg. Penggunaan input pupuk P pada kelompok petani yang menerapkan teknologi fermentasi pada biji kakao yang dihasilkan diperoleh nilai rata-rata sebesar 140,67 kg dengan nilai minimum sebesar 25 kg dan nilai maksimum sebesar 466 kg. Penggunaan input pupuk K pada kelompok petani yang menerapkan teknologi fermentasi pada biji kakao yang dihasilkan diperoleh nilai rata-rata sebesar 139 kg dengan nilai minimum sebesar 25 kg dan nilai maksimum sebesar 466 kg. Penggunaan input pestisida pada kelompok petani yang menerapkan teknologi fermentasi pada biji kakao yang dihasilkan diperoleh nilai rata-rata sebesar 9,42 liter dengan nilai minimum sebesar 3 liter dan nilai maksimum sebesar 25 liter. Berdasarkan luas lahan garapan yang diusahakan pada usahatani kakao, kelompok petani yang menerapkan teknologi fermentasi pada biji kakao yang dihasilkan diperoleh nilai rata-rata sebesar 2,41 hektar dengan nilai minimum sebesar 0,71 hektar dan nilai maksimum sebesar 7,82 hektar. Sedangkan berdasarkan umur tanaman kakao yang diusahakan, kelompok petani yang menerapkan teknologi fermentasi pada biji kakao yang dihasilkan diperoleh nilai rata-rata yaitu 21,62 tahun dengan nilai minimum umur tanaman kakao yaitu 15 tahun dan nilai maksimum umur tanaman kakao yaitu 25 tahun. Produksi kakao yang dihasilkan pada kelompok petani yang tidak menerapkan teknologi fermentasi pada biji kakao yang diperoleh nilai rata-rata produksi sebesar 734,13 kg, dengan nilai minimum sebesar 75 kg dan nilai maksimum sebesar 3.000 kg. Sedangkan penggunaan input tenaga kerja pada kelompok petani yang tidak menerapkan teknologi fermentasi pada biji kakao diperoleh nilai rata-rata sebesar 57,76 HOK, dengan nilai minimum sebesar 7,63 HOK dan nilai maksimum sebesar 222,38 HOK. Penggunaan input produksi dan produksi kakao pada kelompok yang tidak menerapkan teknologi fermentasi di Kabupaten Tabanan, Bali Tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19. Penggunaan Input Produksi dan Produksi Kakao pada Kelompok yang Tidak Menerapkan Teknologi Fermentasi di Kabupaten Tabanan, Bali Tahun 2012 No. Variabel Input – Output Minimum Maksimum Rata-rata Standar Deviasi 1. Produksi kg 75,00 3.000,00 734,13 743,59 2. Tenaga Kerja HOK 7,63 222,38 57,76 56,99 3. Pupuk N kg 50,00 800,00 242,05 218,48 4. Pupuk P kg 25,00 316,00 119,55 96,17 5. Pupuk K kg 25,00 300,00 116,43 93,43 6. Pestisida liter 2,00 25,00 12,55 7,28 7. Luas Lahan Ha 0,30 8,42 2,12 1,95 8. Umur Tanaman Thn 15,00 30,00 21,30 3,38 Berdasarkan penggunaan input pupuk N pada kelompok petani yang tidak menerapkan teknologi fermentasi pada biji kakao yang dihasilkan diperoleh nilai rata-rata sebesar 242,05 kg dengan nilai minimum sebesar 50 kg dan nilai maksimum sebesar 800 kg. Sedangkan penggunaan input pupuk P pada kelompok petani yang tidak menerapkan teknologi fermentasi pada biji kakao yang dihasilkan diperoleh nilai rata-rata sebesar 119,55 kg dengan nilai minimum sebesar 25 kg dan nilai maksimum sebesar 316 kg. Penggunaan input pupuk K pada kelompok petani yang tidak menerapkan teknologi fermentasi pada biji kakao yang dihasilkan diperoleh nilai rata-rata sebesar 116,43 kg dengan nilai minimum sebesar 25 kg dan nilai maksimum sebesar 300 kg. Penggunaan input pestisida pada kelompok petani yang tidak menerapkan teknologi fermentasi pada biji kakao yang dihasilkan diperoleh nilai rata-rata sebesar 12,55 liter dengan nilai minimum sebesar 2 liter dan nilai maksimum sebesar 25 liter. Sedangkan berdasarkan luas lahan garapan pada kelompok petani yang tidak menerapkan teknologi fermentasi pada biji kakao yang dihasilkan diperoleh nilai rata-rata sebesar 2,12 hektar dengan nilai minimum sebesar 0,30 hektar dan nilai maksimum 8,42 hektar. Berdasarkan umur tanaman kakao pada kelompok petani yang tidak menerapkan teknologi fermentasi pada biji kakao yang dihasilkan diperoleh nilai rata-rata yaitu 21,30 tahun dengan nilai minimum umur tanaman kakao yaitu 15 tahun dan nilai maksimum umur tanaman kakao yaitu 30 tahun. Penggunaan input produksi dan produksi yang dihasilkan petani terkadang berbeda antara petani satu dengan yang lainnya. Data yang diperoleh dalam penelitian ini terdiri dari 2 kelompok petani yang berbeda dalam penerapan teknologi yaitu teknologi pengolahan biji kakao dengan difermentasi dan tidak difermentasi. Uji beda penggunaan input produksi dan produksi biji kakao antara kelompok yang menerapkan teknologi fermentasi dan tidak menerapkan teknologi fermentasi pada biji kakao terdiri dari tujuh variabel yaitu: produksi, tenaga kerja, pupuk N, pupuk P, pupuk K, pestisida, dan umur tanaman kakao. Uji beda penggunaan input produksi dan produksi kakao yang dihasilkan antara kelompok petani yang menerapkan teknologi fermentasi dan tidak menerapkan teknologi fermentasi dalam proses pengolahan biji kakao dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20. Uji Beda Penggunaan Input Produksi dan Produksi Kakao per Hektar antara Kelompok yang Menerapkan Teknologi Fermentasi dengan Tidak Menerapkan Teknologi Fermentasi di Kabupaten Tabanan, Bali Tahun 2012 No. Variabel Input – Output Rata-rata t-hitung Fermentasi Tidak Fermentasi 1. Produksi kg 301,13 325,55 -1,376 2. Tenaga kerja HOK 26,61 26,48 0,081 3. Pupuk N kg 117,74 118,59 -0,138 4. Pupuk P kg 61,41 62,19 -0,177 5. Pupuk K kg 60,61 60,76 -0,036 6. Pestisida liter 4,47 8,18 -5,035 7. Umur tanaman Thn 21,62 21,30 0,563 Keterangan: = berbeda nyata pada taraf α 10 = berbeda nyata pada taraf α 5 = berbeda nyata pada taraf α 1