Teori Produksi KERANGKA PEMIKIRAN

setengah normal u it ~ |N0,σ v 2 | dan menggunakan metode pendugaan Maximum Likelihood. Metode pendugaan Maximum Likelihood Estimation MLE pada model stochastic frontier dilakukan melalui proses dua tahap. Tahap pertama menggunakan metode OLS untuk menduga parameter teknologi dan input produksi β m . Tahap kedua menggunakan metode MLE untuk menduga keseluruhan parameter faktor produksi β m , intersep β dan varians dari kedua komponen kesalahan v i dan u i σ v 2 dan σ u 2 .

3.2. Efisiensi Produksi

Suatu metode produksi dapat dikatakan lebih efisien dari metode lainnya jika metode tersebut menghasilkan output yang lebih besar pada tingkat korbanan yang sama. Suatu metode produksi yang menggunakan korbanan yang paling kecil, juga dikatakan lebih efisien dari metode produksi lainnya, jika menghasilkan nilai output yang sama besarnya. Tujuan produsen untuk mengelola usahataninya adalah untuk meningkatkan produksi dan keuntungan. Asumsi dasar dari efisiensi adalah untuk mencapai keuntungan maksimum dengan biaya minimum. Kedua tujuan tersebut merupakan faktor penentu bagi produsen dalam pengambilan keputusan untuk usahataninya. Dalam pengambilan keputusan usahatani, seorang petani yang rasional akan bersedia menggunakan input selama nilai tambah yang dihasilkan oleh tambahan input tersebut sama atau lebih besar dengan tambahan biaya yang diakibatkan oleh tambahan input itu. Efisiensi merupakan perbandingan output dengan input yang digunakan dalam suatu proses produksi. Secara umum konsep efisiensi didekati dari dua sisi pendekatan yaitu dari sisi alokasi penggunaan input dan dari sisi output yang dihasilkan. Pendekatan dari sisi input yang dikemukakan Farrell 1957, membutuhkan ketersediaan informasi harga input dan sebuah kurva isoquant yang menunjukkan kombinasi input yang digunakan untuk menghasilkan output secara maksimal. Pendekatan dari sisi output merupakan pendekatan yang digunakan untuk melihat sejauh mana jumlah output secara proporsional dapat ditingkatkan tanpa mengubah jumlah input yang digunakan. Menurut Lau dan Yotopoulos 1971 konsep efisiensi dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu: 1 efisiensi teknis technical efficiency, 2 efisiensi harga price efficiency, dan 3 efisiensi ekonomis economic efficiency. Efisiensi teknis mengukur tingkat produksi yang dicapai pada tingkat penggunaan input tertentu. Seorang petani secara teknis dikatakan lebih efisien dibandingkan petani lain, apabila dengan penggunaan jenis dan jumlah input yang sama, diperoleh output fisik yang lebih tinggi. Efisiensi harga atau efisiensi alokatif mengukur tingkat keberhasilan petani dalam usahanya untuk mencapai keuntungan maksimum yang dicapai pada saat nilai produk marginal setiap faktor produksi yang diberikan sama dengan biaya marginalnya atau menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menggunaan input dengan proporsi yang optimal pada masing- masing tingkat harga input dan teknologi yang dimiliki. Efisiensi ekonomis adalah kombinasi antara efisiensi teknis dan efisiensi harga. Menurut Sugianto 1982, efisiensi ekonomis dapat diukur dengan kriteria keuntungan maksimum profit maximization dan kriteria biaya minimum cost minimization. Efisiensi ekonomi akan tercapai bila kenaikan hasil sama dengan nilai penambahan faktor-faktor produksi atau nilai marginal NPM dari faktor- faktor produksi sama dengan biaya korbanan marginalnya BKM. Dengan kata lain, menurut Bravo et al. 1993, rasio produk marginal untuk tiap pasangan input sama dengan rasio harganya. Efisiensi teknis dianggap sebagai kemampuan untuk berproduksi pada isoquant batas, sedangkan alokatif mengacu pada kemampuan untuk berproduksi pada tingkat output tertentu dengan menggunakan rasio input pada biaya yang minimum. Sebaliknya, inefisiensi teknis mengacu pada penyimpangan dari isoquant frontier, sedangkan inefisiensi alokatif mengacu pada penyimpangan dari rasio input pada biaya minimum. Konsep efisiensi dari sisi input diilustrasikan oleh Farrell 1957. Konsep efisiensi ini diasumsikan pada kondisi Constant Return to Scale. Pada Gambar 5, kurva isoquant frontier SS’ menunjukkan kombinasi input per output x 1 y dan x 2 y yang efisien secara teknis untuk menghasilkan output Y = 1. Titik P dan Q menggambarkan dua kondisi suatu perusahaan dalam berproduksi menggunakan kombinasi input dengan proporsi input x 1 y dan x 2 y yang sama. Keduanya berada pada garis yang sama dari titik O untuk memproduksi satu unit Y . Titik P berada di atas kurva isoquant, sedangkan titik Q menunjukkan perusahaan beroperasi pada kondisi secara teknis efisien karena beroperasi pada kurva isoquant frontier. Titik Q mengimplikasikan bahwa perusahaan memproduksi sejumlah output yang sama dengan perusahaan di titik P, tetapi dengan jumlah input yang lebih sedikit. Jadi, rasio OPOQ menunjukkan efisiensi teknis TE perusahaan P, yang menunjukkan proporsi dimana kombinasi input pada P dapat diturunkan, rasio input per output x 1 y : x 2 y konstan, sedangkan output tetap Gambar 5. Sumber: Farrell, 1957; Coelli at al., 2005; Greene, 2008 Gambar 5. Efisiensi Teknis dan Alokatif Jika harga input tersedia, efisiensi alokatif AE dapat ditentukan. Garis isocost AA’ digambarkan menyinggung isquant SS’ di titik Q’ dan memotong garis OP di titik R. Titik R menunjukkan rasio input-output optimal yang meminimumkan biaya produksi pada tingkat output tertentu karena slope isoquant sama dengan slope garis isocost. Titik Q secara teknis efisien tetapi secara alokatif inefisien karena perusahaan di titik Q berproduksi pada tingkat biaya yang lebih tinggi daripada di titik Q’. Jarak OR-OQ menunjukkan penurunan biaya produksi jika produksi terjadi di titik Q’ secara alokatif dan teknis efisien, sehingga efisiensi alokatif AE untuk perusahaan yang beroperasi di titik P adalah rasio OROQ. Oleh Farrell 1957, efisiensi alokatif ini juga disebut sebagai efisiensi harga price efficiency. Menurut Kumbakhar dan Lovell 2000, produsen dikatakan efisien secara teknis jika dan hanya jika tidak mungkin lagi memproduksi lebih banyak output dari yang telah ada tanpa mengurangi sejumlah output lainnya atau dengan menambah sejumlah input tertentu. Menurut Bakhshoodeh dan Thomson 2001, petani yang efisien secara teknis adalah petani yang menggunakan lebih sedikit input dari petani lainnya untuk memproduksi sejumlah ouput pada tingkat tertentu atau petani yang dapat menghasilkan output yang lebih besar dari petani lainnya dengan menggunakan sejumlah input tertentu. Berdasarkan definisi di atas, efisiensi teknis dapat diukur dengan pendekatan dari sisi output dan sisi input. Pengukuran efisiensi teknis dari sisi output indeks efisiensi Timmer merupakan rasio dari output observasi terhadap output batas. Indeks efisiensi ini digunakan sebagai pendekatan untuk mengukur efisiensi teknis di dalam analisis stochastic frontier. Pengukuran efisiensi teknis dari sisi input merupakan rasio dari input atau biaya batas frontier terhadap input atau biaya observasi. Bentuk umum dari ukuran efisiensi teknis yang dicapai oleh observasi ke-i pada waktu ke-t didefinisikan sebagai berikut Coelli, 1996: = | , ∗ | , = [ − ] ……………………………..…………… 3.5 dimana nilai TE i antara 0 dan 1 atau 0 TE i 1. Pada saat produsen telah menggunakan sumberdayanya pada tingkat produksi yang masih mungkin ditingkatkan, berarti efisiensi teknis tidak tercapai karena adanya faktor-faktor penghambat. Tetapi banyak faktor yang mempengaruhi tidak tercapainya efisiensi teknis dalam fungsi produksi. Penentuan sumber dari inefisiensi teknis ini tidak hanya memberikan informasi tentang sumber potensial dari inefisiensi, tetapi juga saran bagi kebijakan yang harus diterapkan atau dihilangkan untuk mencapai tingkat efisiensi total. Ada beberapa efek model efisiensi teknis yang sering digunakan dalam penelitian empiris menggunakan analisis stochastic frontier. Coelli et al. 1998 membuat model efek inefisiensi teknis diasumsikan bebas dan distribusinya terpotong normal dengan variabel acak yang tidak negatif. Untuk usahatani ke-i pada tahun ke-t, efek inefisiensi teknis u it diperoleh dengan pemotongan terhadap distribusi Nμ it ,σ|, dengan rumus: μ it = δ + Z it δ + w it ............................................................................................ 3.6 dimana Z it adalah variabel penjelas yang merupakan vektor dengan ukuran 1xM yang nilainya konstan, δ adalah parameter skala yang dicari nilainya dengan ukuran Mx1 dan w it adalah variabel acak. Sebuah usahatani dalam mencapai keuntungannya harus mengalokasikan biaya secara minimum dari input yang ada, atau berarti sebuah usahatani berhasil mencapai efisiensi alokatif. Dengan demikian, akhirnya akan diperoleh fungsi biaya frontier dual yang bentuk persamaannya sebagai berikut: C = Cy i ,p i ,β i + u i ............................................................................................ 3.7 dimana: C = biaya produksi y i = jumlah output p i = harga input β i = koefisien parameter u i = error term efek inefisiensi biaya Efisiensi ekonomi economic efficiency didefinisikan sebagai rasio total biaya produksi minimum yang diobservasi C dengan total biaya produksi aktual C Ogundari dan Ojo, 2006. = ∗ = | , , | , , = [ . ] ……………………………………...3.8 dimana EE bernilai 0 EE 1. Efisensi ekonomis ini merupakan gabungan dari efisiensi teknis dan alokatif. Pengukuran efisiensi teknis, alokatif dan ekonomis dengan menggunakan kedua pendekatan tersebut secara terintegrasi, membutuhkan sebuah fungsi produksi yang bersifat homogen. Fungsi produksi yang memenuhi kriteria homogenitas adalah fungsi produksi Cobb-Douglas.

3.3. Kerangka Pemikiran Konseptual

Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan usahatani kakao, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor internal berasal dari lingkungan petani kakao antara lain tingkat harga input variabel, tingkat harga input tetap, jumlah produksi, kualitas produksi kakao serta perilaku petani dalam mengalokasikan input-input maupun penanganan pascapanen. Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi pendapatan usahatani kakao adalah tingkat harga yang diterima petani, jumlah pembelian hasil oleh pasar dan kebijakan pemerintah. Disisi lain, usahatani kakao adalah kegiatan untuk memproduksi yang pada akhirnya akan dinilai dari biaya yang dikeluarkan dan penerimaan yang diperoleh. Oleh karena itu, untuk lebih meningkatkan pendapatan usahatani kakao rakyat yang diperlukan adalah bagaimana mengalokasikan faktor-faktor produksi usahatani agar lebih efisien. Tingkat efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi biji kakao berpengaruh pada output dan pendapatan petani kakao. Berdasarkan skema kerangka pemikiran konseptual, dapat dijelaskan bahwa produksi biji kakao kering ditentukan oleh produksi biji kakao basah yang dihasilkan usahatani kakao rakyat dalam bentuk biji kakao difermentasi maupun biji kakao yang tidak difermentasi. Sedangkan nilai produksi ditentukan secara bersama-sama oleh dua faktor yaitu faktor input produksi dan faktor inefisensi produksi. Faktor input produksi terdiri dari jumlah tenaga kerja, jumlah pupuk N, jumlah pupuk P, jumlah pupuk K, jumlah pestisida, luas lahan yang diusahakan serta umur tanaman kakao. Sedangkan faktor inefisiensi produksi terdiri dari umur petani, tingkat pendidikan petani, pengalaman petani dalam berusahatani kakao, jumlah persil yang diusahakan untuk tanaman kakao, status lahan yang diusahakan untuk tanaman kakao serta status penerapan teknologi fermentasi. Secara skematis, kerangka pemikiran penelitian dapat dilihat pada Gambar 6. Gambar 6. Skema Kerangka Pemikiran Konseptual Faktor Inefisiensi Produksi:  Umur petani  Pendidikan petani  Pengalaman usaha  Jumlah persil yang diusahakan  Status lahan yang diusahakan  Status penerapan teknologi fermentasi Usahatani Kakao Rakyat Faktor Produksi:  Tenaga kerja  Jumlah pupuk N  Jumlah pupuk P  Jumlah pupuk K  Jumlah pestisida  Luas lahan  Umur tanaman Produksi Biji Kakao Basah Proses Pengolahan Fermentasi Proses Pengolahan Tidak Fermentasi Pengeluaran  Input Produksi  Harga Input Pendapatan Usahatani Kakao Produksi Biji Kakao Kering Penerimaan  Outputproduksi  Harga output Produksi yang dihasilkan dengan menerapkan teknologi fermentasi pada biji kakao maupun tidak menerapkan teknologi fermentasi pada biji kakao akan dapat menghasilkan pendapatan usahatani yang dihitung melalui besarnya penerimaan yang diperoleh dan pengeluaran. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran faktor apa yang mempengaruhi produksi kakao di Bali dan efisiensi produksi yang dihasilkan dengan menerapkan teknologi fermentasi. Kemudian dengan menerapkan teknologi fermentasi pada biji kakao juga diperoleh tingkat pendapatan usahatani kakao.