Analisis Efisiensi Faktor Produksi Analisis Pendapatan Usahatani

39 multikolinearitas yang sempurna maka akan diperoleh nilai R 2 yang tinggi tetapi tidak ada koefisien variabel dugaan yang signifikan. 2. Normalitas Salah satu cara mengecek normalitas adalah dengan probabilitas normal. Melalui propability plot of RESI 1 ini masing-masing nilai pengamatan dipasangkan dengan nilai harapan pada distribusi normal. Normalitas terpenuhi apabila titik-titik data terkumpul di sekitar garis lurus, selanjutnya dilakukan analisis dengan Kormogorov-Smirnov KS. 3. Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas adalah untuk melihat apakah terdapat ketidaksamaan varians dari residual satu ke pengamatan yang lain. Model regresi yang memenuhi persyaratan adalah dimana terdapat kesamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap atau disebut homoskedastisitas. Pengujian dilakukan dengan melihat plot antara residu dengan prediksinya. Jika bentuk tebaran plot tersebut menyebar secara acak dan tidak membentuk suatu pola, maka asumsi heteroskedastisitas terpenuhi atau tidak terjadi.

4.3.2 Analisis Efisiensi Faktor Produksi

Pengujian terhadap efisiensi ekonomi adalah untuk mengetahui tingkat pencapaian efisiensi ekonomi usahatani padi, yaitu apakah sumberdaya input telah dikombinasikan secara optimal, dan apakah keuntungan maksimum dapat dicapai. Doll dan Orazem 1984 menyatakan ada dua kondisi untuk mencapai efisiensi ekonomi yaitu: a Syarat keharusan necessary condition, syarat ini menyatakan bahwa proses produksi harus berada pada daerah dua yaitu ketika elastisitas produksi antara 40 nol dan satu daerah rasional. Syarat keharusan menunjukkan tingkat efisiensi teknis yang harus dipenuhi. b Syarat kecukupan sufficien condition. Syarat ini merupakan indicator pilihan dan berhubungan dengan tujuan individu, masyarakat dan nilai-nilai yang berlaku. Syarat kecukupan ini sifatnya subjektif dan berbeda di antara individu karena tujuan mereka berdua. Indikator pilihan ini membantu petani atau pengusaha menemukan kombinasi faktor produksinya untuk mencapai tujuan dari syarat tersebut. Keuntungan maksimum tercapai apabila Nilai Produk Marjinal NPM sama dengan Biaya Korbanan Marginal BKM, atau dengan kata lain rasio NPM dan BKM sama dengan satu, berarti setiap tambahan biaya yang dikeluarkan untuk faktor produksi mampu memberikan tambahan penerimaan dalam jumlah yang sama dengan tambahan biayanya. kriteria pengujian: 1. Rasio NPM dan BKM lebih besar dari satu NPMBKM 1, artinya penggunaan input belum efisien, input perlu ditambah untuk mencapai efisiensi. 2. Rasio NPM dan BKM Lebih kecil dari satu NPMBKM 1, artinya penggunaan input belum efisien, input perlu dikurangi untuk mencapai efisiensi.

4.3.3 Analisis Pendapatan Usahatani

Pendapatan merupakan selisih antara penerimaan dan pengeluaran total Soekartawi et al, 1986. Pendapatan menjadi ukuran yang diperoleh dari penggunaan faktor-faktor produksi kerja, pengelolaan dan modal baik milik sendiri maupun pinjaman. Penerimaan merupakan hasil kali jumlah fisik output 41 dengan harga yang diterima rupiah. Pengeluaran adalah pengeluaran dalam usaha untuk benih dan bibit, tenaga kerja, pupuk, pestisida, penyusutan alat serta sewa lahan. Pendapatan dalam usahatani dibagi menjadi dua yaitu pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. Pendapatan total usahatani dianalisis dengan rumus Soekartawi et al, 1985: Y Total = NP – BT + BD ………………………………………………. 4.3 Sedangkan pendapatan tunai usahatani dianalisis dengan rumus: Y Tunai = NP –BT ……………………………………………………….. 4.4 Dimana: NP = Nilai produk, merupakan hasil kali jumlah produk dengan harga Rp BT = Biaya tunai usahatani Rp BD = Biaya yang diperhitungkan Rp Y Tunai = Pendapatan atas biaya tunai Rp Y Total = Pendapatan atas biaya total Rp

4.3.4 Analisis Rasio Penerimaan dan Biaya RC Ratio