Petani Penggarap Analisis Efisiensi Ekonomi

79 penggunaan luasan lahan satu hektar direkomendasikan untuk menggunakan pupuk SP-36 sebesar 150 kg, jadi untuk luasan lahan 0,84 hektar jumlah pupuk SP-36 yang seharusnya digunakan adalah sebesar 126 kg. Nilai kombinasi optimal dari penggunaan faktor produksi Pestisida padat sebesar 0,62 kg. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan pestisida padat harus dikurangi dari rata-rata penggunaan aktualnya yaitu sebesar 1,44 kg menjadi 0,62 kg. Nilai kombinasi optimal dari penggunaan faktor produksi Pestisida cair sebesar 61,47 ml. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan Pestisida cair harus dikurangi dari rata-rata penggunaan aktualnya yaitu sebesar 263,33 ml menjadi 61,47 ml. Nilai kombinasi optimal dari penggunaan faktor produksi tenaga kerja sebesar 51,31 HOK. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan tenaga kerja harus ditambah dari rata-rata penggunaan aktualnya yaitu sebesar 35,81 HOK menjadi 51,31 HOK untuk mencapai level efisien. Keterbatasan modal yang dimiliki petani dan upah tenaga kerja yang relatif tinggi menyebabkan petani sulit untuk menambah penggunaan tenaga kerja pada tingkat yang optimal.

6.4.2 Petani Penggarap

Tingkat efisiensi dari penggunaan faktor-faktor produksi pada usahatani padi di Desa Pasir Gaok yang diusahakan oleh petani penggarap dapat dilihat dari nilai rasio NPM dengan BKM seperti pada Tabel 17, dengan rata-rata produksi padi Y sebesar 1.881,67 kg dan harga jual padi Py pada tingkat petani sebesar Rp 2.000,00 per kg. Rasio NPM dengan BKM pada usahatani padi di Desa Pasir Gaok yang diusahakan oleh petani penggarap tahun 2009 disajikan pada Tabel 17. Analisis rasio pada Tabel 17 menggambarkan bahwa penggunaan faktor produksi petani penggarap di Desa Pasi Gaok belum efisien secara ekonomis. 80 Kesimpulan ini diambil karena rasio NPM dan BKM tidak sama dengan satu. Rasio antara NPM dan BKM untuk faktor produksi pupuk urea dan pupuk Kcl bernilai negatif yang disebabkan oleh nilai elastisitas koefisien regresi faktor produksi yang negatif. Hal ini mengakibatkan tingkat penggunaan faktor produksi pada level efisiensi tidak dapat diramalkan secara tepat, sebab secara teori apabila nilai NPM negatif, maka NPMX i tidak sama dengan PX i sehingga syarat keharusan untuk mencapai level efisiensi dalam penggunaan faktor produksi tidak terpenuhi. Diasumsikan bahwa penggunaan pupuk urea dan pupuk KCl sudah mencapai optimal pada pemakaian aktual petani pemilik penggarap yaitu masing- masing sebesar 93,87 kg pupuk urea dan 19,73 kg pupuk KCl. Bila dibandingkan dengan jumlah yang dianjurkan, penggunaan faktor produksi pupuk urea dan pupuk KCl pada kondisi optimal tersebut masih jauh di atas jumlah yang direkomendasikan yaitu untuk pupuk urea sebesar 250 kgha dan untuk pupuk KCl sebesar 100 kgha, jadi untuk luasan lahan 0,08 hektar diperlukan pupuk urea dan pupuk KCl masing-masing sebanyak 20 kg dan 8 kg. Faktor produksi benih, pupuk SP-36, pestisida cair dan tenaga kerja menghasilkan nilai rasio NPM dan BKM lebih besar dari satu. Sedangkan rasio NPM dan BKM untuk faktor produksi lahan dan pestisida padat lebih kecil dari satu. Nilai kombinasi optimal dari penggunaan faktor produksi luas lahan sebesar 0,08. Hal ini berarti bahwa penggunaan lahan harus dikurangi dari rata-rata penggunaan aktualnya sebesar 0,34 hektar menjadi 0,08 hektar untuk mencapai level efisien. 81 Tabel 17. Rasio NPM dengan BKM dan Kombinasi Penggunaan Faktor- Faktor Produksi yang Optimal Pada Usahatani Padi di Desa Pasir Gaok Per Luasan Lahan yang diusahakan Petani Penggarap Tahun 2009 Faktor Produksi Rata- rata Input Koefisien NPM BKM Rasio NPMBKM Kondisi Optimal Luas Lahan 0,34 0,0407 450493,94 1895000 0,24 0,08 Benih 25,47 0,0702 10372,46 5666,67 1,83 46,62 Pupuk Urea 93,87 -0,00851 -341,17 1894,48 -0,18 -93,87 Pupuk SP-36 41,9 0,06 5389,03 2403,57 2,24 93,94 Pupuk KCl 19,73 -0,005469 -1043,17 2500 -0,42 -19,73 Pestisida Padat 1,16 0,003435 11144,03 12184,21 0,91 1,06 Pestisida Cair 243,33 0,01388 214,67 173,96 1,23 300,27 Tenaga Kerja 51,06 0,7755 57157,66 20000 2,86 145,92 Sumber: Data primer diolah 2010 Faktor produksi pupuk SP-36, memiliki nilai kombinasi optimal sebesar 93,94 kg. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan pupuk SP-36 harus ditambah dari rata-rata penggunaan aktualnya sebesar 41,9 kg menjadi 93,94 kg. Bila dibandingkan dengan jumlah yang dianjurkan, penggunaan faktor produksi pupuk SP-36 pada kondisi optimal ini jauh lebih besar dari yang direkomendasikan. Pada penggunaan luasan lahan satu hektar direkomendasikan untuk menggunakan pupuk SP-36 sebesar 150 kg, jadi untuk luasan lahan 0,08 hektar jumlah pupuk SP-36 yang seharusnya digunakan adalah 12 kg. Nilai kombinasi optimal dari penggunaan faktor produksi pestisida padat sebesar 1,06 kg. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan pestisida padat harus dikurangi dari rata-rata penggunaan aktualnya yaitu sebesar 1,16 kg menjadi 1,06 kg. Nilai kombinasi optimal dari penggunaan faktor produksi pestisida cair sebesar 300,27 ml. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan pestisida cair harus ditambah dari rata-rata penggunaan aktualnya yaitu sebesar 243,33 ml menjadi 82 300,27 ml. Nilai kombinasi optimal dari penggunaan faktor produksi tenaga kerja sebesar 145,92 HOK. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan tenaga kerja harus ditambah dari rata-rata penggunaan aktualnya yaitu sebesar 51,06 HOK menjadi 145,92 HOK. Keterbatasan modal yang dimiliki petani penggarap dan upah tenaga kerja yang relatif tinggi menyebabkan petani sulit untuk menambah penggunaan tenaga kerja pada tingkat yang optimal. 83

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

Analisis pendapatan usahatani yang akan dilakukan merupakan perbandingan antara pendapatan usahatani padi petani pemilik penggarap dengan petani penggarap di Desa Pasir Gaok pada satu musim tanam. Analisis perbandingan ini akan menjelaskan perbedaan struktur biaya, pendapatan dan RC rasio dari kedua golongan petani. Bentuk analisis pendapatan usahatani padi secara umum merupakan selisih antara penerimaan dan biaya yang dikeluarkan. Analisis pendapatan dilakukan untuk membandingkan keuntungan atau manfaat yang diterima petani dalam usahatani padi di daerah penelitian. Jika dilihat dari sudut pandang bisnis, tentu usahatani padi di Desa Pasir Gaok tidak akan menguntungkan karena sebagian besar hasil produksinya tidak dijual. Tetapi masyarakat di daerah penelitian sangat merasakan manfaat dari menanam padi. Dengan menanam padi, masyarakat di Desa Pasir Gaok dapat menekan biaya untuk membeli beras. Hal ini disebabkan karena biaya untuk membeli makanan pokok atau beras memiliki proporsi yang paling besar dari total pengeluaran yang dikeluarkan masyarakat untuk membeli makanan. Penerimaan usahatani adalah nilai produksi yang diperoleh dalam jangka waktu tertentu. Sedangkan biaya atau pengeluaran usahatani adalah nilai penggunaan faktor-faktor produksi dalam melakukan proses produksi usahatani. Biaya dalam usahatani dibedakan menjadi biaya tunai dan biaya diperhitungkan. Biaya tunai usahatani merupakan pengeluaran tunai yang dikeluarkan oleh petani untuk pembelian barang dan jasa untuk kegiatan usahatani. Sedangkan biaya diperhitungkan merupakan pengeluaran yang secara tidak tunai dikeluarkan oleh petani.