jawaban juga dapat meningkat; akuntabilitas siswa berkembang karena siswa harus saling melaporkan hasil pemikiran masing-masing dan berdiskusi dengan
pasangannya, kemudian pasangan-pasangan tersebut harus berbagi dengan seluruh kelas. Jumlah anggota kelompok yang kecil mendorong setiap anggota untuk
terlibat secara aktif, sehingga siswa jarang atau bahkan tidak pernah berbicara di depan kelas paling tidak memberikan ide atau jawaban karena pasangannya.
Adapun langkah-langkah dalam pembelajaran Think Pair Share menurut Trianto 2009: 81-82 adalah:
1 Berfikir Thinking guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang
dikaitkan dengan pelajaran, dan meminta siswa menggunakan waktu untuk berpikir sendiri jawaban atau masalah.
2 Berpasangan Pairing guru meminta siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh dan mengerjakan LK.
3 Berbagi Sharing
guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi dengan keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan. Dalam hal ini siswa
mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas.
2.1.6.1 Teori Konstruktivisme yang MendukungModel Pembelajaran KooperatifThink Pair Share
1. Piaget
Teori pembelajaran kontruktivisme merupakan teori pembelajaran kognitif yang baru dalam psikologi pendidikan yang menyatakan bahwa siswa harus
menemukan sendiri dan menstransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan
tidak sesuai lagi. Perspektif kognitif-konstruktivis, yang menjadi landasan Think Pair Share
banyak mengadopsi pendapat Piaget Arends, 2008: 46-47. Perspektif ini menyatakan bahwa pelajar dengan umur berapapun terlibat secara aktif dalam
proses mendapatkan informasi dan mengontruksikan pengetahuannya sendiri. Pengetahuan tidak statis, tetapi berevolusi dan berubah secara konstan selama
pelajar mengkontruksikan pengalaman-pengalaman baru yang memaksa mereka untuk mendasarkan diri pada dan memodifikasi pengetahuan sebelumnya.
2. Vygotsky
Vygotsky Arends, 2008: 47 seperti halnya Piaget yang percaya bahwa intelek berkembang ketika individu menghadapi pengalaman baru dan
membingungkan, ketika mereka berusaha mengatasi diskrepansi yang ditimbulkan oleh pengalaman-pengalaman. Model Pembelajaran Kooperatif didasari oleh teori
belajar Konstruktivisme, Vigotsky dalam Trianto, 2009: 226 menyatakan bahwa dalam teori belajar konstruktivisme siswa harus
menemukan
sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan
aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan,
mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah dengan ide-ide.
3. Konstruktivisme dan Think Pair Share
Berdasarkan teori konstruktivis tersebut, dapat disimpulkan siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Guru sebagai fasilitator
dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberi kesempatan
siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk
belajar. Guru dapat memberi stimulus untuk merangsang siswa ke pemahaman yang lebih tinggi.
Dalam membangun sendiri pengetahauannya, peserta didik dapat memperoleh pengetahuan melalui kegiatan yang beraneka ragam dengan guru
sebagai fasilitator. Kegiatan itu dapat berupa diskusi kelompok kecil, diskusi kelas, mengerjakan tugas kelompok, tugas untuk mengerjakan kedepan 2-3 siwa
dalam waktu yang sama dan untuk soal yang sama dan tugas menyampaikan penjelasan atau mengkomunikasikan pendapat atau presentasi tentang sesuatu
yang terkait dengan materi. Dengan kegiatan yang beraneka ragam peserta didik akan membangun pengetahuan sendiri melalui membaca, diskusi, tanya jawab,
kerja kelompok, pengamatan, pencatatan, pengerjaan dan presentasi. Teori belajar konstruktivisme mendukung pendekatan kooperatif tipe
Think Pair Share berbantuan Macromedia Flash karena dalam proses