Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

hal ini penilaian juga dapat dijadikan sebagai dasar dalam menentukan kemajuan hasil belajar. Penilaian harus dilaksanakan dengan tepat. Penilaian yang tepat berarti dapat melayani kebutuhan peserta didik. Apabila terjadi kesalahan dalam melaksanakan atau memberikan penilaian, maka dapat mengakibatkan pengambilan keputusan yang kurang tepat sehingga dapat menjurus kepada terganggunya proses pembelajaran secara menyeluruh. Dengan mengukur keberhasilan pembelajaran secara tepat maka dapat meningkatkan motivasi belajar, dan mendeteksi hambatan dan masalah yang dihadapi peserta didik serta dapat mengetahui kelemahan program pendidikan yang ditempuhnya. Guru adalah pihak yang bertugas untuk mengembangkan potensi peserta didik, dengan menentukan strategi pembelajaran, metode pembelajaran, pendekatan yang digunakan dan model penilaian yang digunakan. Menyelenggarakan penilaian proses dan hasil belajar merupakan bagian dari kompetensi pedagogik yang harus dikuasai oleh setiap guru. Untuk melaksanakan tugas tersebut dengan baik, maka seorang guru harus mempelajari peraturan perundang-undangan tentang penilaian pendidikan, salah satunya adalah Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan. Dalam Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan 2013 dinyatakan bahwa pada Kurikulum 2013 untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik guru dapat melakukan penilaian melalui penilaian otentik, penilaian diri, penilaian berbasis portofolio, ulangan, ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, ujian tingkat kompetensi, ujian mutu tingkat kompetensi, ujian nasional, dan ujian sekolahmadrasah. Implementasi Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013 membawa implikasi terhadap sistem, model, aspek, teknik dan prosedur penilaian terhadap peserta didik. Pada Kurikulum 2013, penilaian tidak menekankan pada apa yang telah dicapai oleh peserta didik tetapi lebih kepada bagaimana peserta didik mencapai tujuan yang telah ditentukan. Oleh karena itu, guru harus dapat mengumpulkan berbagai informasi tentang peserta didik yang dapat digunakan untuk membuat keputusan tentang peserta didik. Keputusan yang dibuat guru secara spesifik adalah evaluasi. Sudaryono 2012 : 22 mengemukakan bahwa fungsi penting bagi pendidik dalam mengevaluasi hasil belajar peserta didik adalah memberikan umpan balik kepada peserta didik dalam mempertimbangkan efektifitas dan efisiensi dari proses pembelajaran yang dilakukan. Pengetahuan dan pemahaman pada pencapaian hasil belajar peserta didik akan membantu guru untuk mengadakan refleksi guna memperbaiki kinerjanya di masa yang akan datang. Evaluasi dilakukan tidak hanya di akhir program tetapi pada setiap kesempatan dapat dilakukan. Kenyataan di lapangan masih ada guru dalam melaksanakan penilaian kurang komprehensif. Guru lebih banyak memperhatikan aspek kognitif saja, sedangkan aspek afektif dan psikomotor terabaikan, akibatnya masyarakat sebagai pengguna jasa pendidikan sering mengeluh terhadap produk pendidikan. Padahal dalam Kurikulum 2013, penilaian yang dilaksanakan oleh guru harus mencakup tiga aspek yaitu aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotor. Meskipun Kurikulum 2013 telah diterapkan satu tahun yang lalu, di lapangan masih memunculkan berbagai pro dan kontra baik dari pemerintah maupun tenaga pendidik guru. Salah satu yang menjadi perdebatan adalah penilaian yang harus dilaksanakan oleh guru untuk mengukur hasil belajar peserta didik. Untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik guru dapat melakukan berbagai macam aspek penilaian. Hal tersebut yang menyebabkan guru masih belum siap untuk melaksanakan penilaian sesuai dengan peraturan yang telah berlaku. Di lapangan, masih banyak guru yang belum sepenuhnya mengerti dan memahami tentang konsep penilaian atau pengukuran ketercapaian hasil belajar dalam Kurikulum 2013. Hal ini dikarenakan proses sosialisasi dan pelatihan terkait Kurikulum 2013 yang kurang maksimal. Padahal sebagai evaluator, guru harus memiliki kemampuan dalam memahami teknik evaluasi, baik tes maupun nontes yang meliputi jenis masing-masing teknik, karakteristik, prosedur pengembangan, serta cara menentukan baik atau tidaknya ditinjau dari berbagai segi, validitas, reliabilitas, daya beda dan tingkat kesukaran soal. Selain itu, hanya beberapa guru saja yang baru menerima pelatihan Kurikulum 2013 dalam suatu sekolah. Kondisi sekolah juga kurang mendukung untuk diterapkan Kurikulum 2013. Seperti sarana dan prasarana sekolah yang belum memadai, kemampuan guru dan peserta didik, serta kondisi sekolah yang belum siap menerapkan Kurikulum 2013. Padahal Kurikulum 2013 ini secara serentak akan diimplementasikan pada tahun ajaran 20142015 di seluruh wilayah Indonesia. Dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti, pemahaman guru terhadap konsep-konsep penilaian pembelajaran menurut Permendikbud Nomor 66 tahun 2013 masih bervariasi dan belum maksimal sehingga masih banyak guru yang belum siap untuk melaksanakan penilaian pembelajaran. Guru beranggapan bahwa terlalu banyak aspek yang menjadi indikator penilaian hasil belajar peserta didik. Selain itu, guru yang telah menerapkan Kurikulum 2013 dalam melaksanakan penilaian hasil belajarnya masih ada yang belum sesuai dengan amanat yang terkandung dalam Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan . Hal ini menimbulkan ketidaksesuaian antara peraturan dalam Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan dengan pelaksanaan yang terjadi di lapangan senyatanya. Mata pelajaran yang diberikan sesuai dengan Kurikulum 2013 di jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas SMA berbeda dengan kurikulum lama yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP, khususnya pada mata pelajaran Ekonomi. Pada kurikulum sebelumnya selain materi pokok ekonomi, dalam mata pelajaran Ekonomi di SMA juga memuat materi pokok akuntansi yang diberikan di kelas XI dan XII jurusan IPS sekarang IIS. Namun dengan adanya perubahan kurikulum, materi pokok akuntansi hanya diberikan di kelas XII jurusan IIS. Sedangkan kelas X dan XI IIS hanya diberikan materi pokok ekonomi. Namun penerapan Kurikulum 2013 yang baru saja berjalan satu tahun menyebabkan kelas XII belum menggunakan kurikulum tersebut, dimana kelas XII masih menggunakan KTSP. Berdasarkan situasi tersebut, maka penelitian dibatasi hanya pada pelaksanaan penilaian pembelajaran Ekonomi, bukan pembelajaran Akuntansi. Penilaian pembelajaran Ekonomi merupakan proses memberikan nilai atau angka terhadap hasil belajar Ekonomi peserta didik. Guru dapat melaksanakan sistem penilaian kelas selama proses pembelajaran berlangsung. Dengan menggunakan sistem penilaian kelas, maka diharapkan penilaian yang dilakukan oleh guru dapat mencerminkan penilaian yang sebenarnya. Penilaian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan atau keberhasilan peserta didik dalam proses pembelajaran Ekonomi. Selain itu, penilaian ini juga dapat digunakan sebagai alat untuk mengukur apakah tujuan pembelajaran Ekonomi telah tercapai dengan melihat hasil belajar peserta didik. Sesuai dengan rencana pemerintah sejak tahun 2013, Kurikulum 2013 telah diterapkan di beberapa sekolah di Indonesia, tidak terkecuali di Kabupaten Pemalang. Pada tahun ajaran 20132014, seluruh jenjang pendidikan telah menerapkan Kurikulum 2013 termasuk SMA di wilayah Kabupaten Pemalang. Berdasarkan situasi yang telah dijelaskan, maka jelaslah guru-guru harus menyesuaikan teknik penilaian yang sudah lama diterapkan dengan teknik penilaian yang baru sesuai dengan standar penilaian pendidikan dalam Kurikulum 2013 yang diharapkan mampu meningkatkan kualitas pendidikan nasional. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman guru terhadap konsep penilaian dan mengevaluasi pelaksanaan penilaian berdasarkan Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013. Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk mengkaji sejauh mana Pemahaman guru terhadap konsep penilaian berdasarkan Permendikbud Nomor 66 tahun 2013 dan Evaluasi Pelaksanaan Penilaian Pembelajaran Ekonomi berdasarkan Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013 di SMA Negeri di Kabupaten Pemalang.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, maka dapat diidentifikasi berbagai permasalahan sebagai berikut: 1. Kurikulum 2013 masih memunculkan berbagai pro dan kontra, khususnya pada aspek penilaian yang harus dilaksanakan oleh guru untuk mengukur hasil belajar peserta didik. 2. Guru dalam melaksanakan penilaian kurang komprehensif. Guru lebih banyak memperhatikan aspek kognitif saja, sedangkan aspek afektif dan psikomotor terabaikan. 3. Masih banyak guru yang belum sepenuhnya mengerti dan memahami tentang konsep penilaian atau pengukuran ketercapaian hasil belajar dalam Kurikulum 2013. 4. Proses sosialisasi dan pelatihan terkait Kurikulum 2013 yang kurang maksimal. 5. Kondisi sekolah kurang mendukung untuk diterapkan Kurikulum 2013. Seperti sarana dan prasarana sekolah yang belum memadai, kemampuan guru dan peserta didik, serta kondisi sekolah yang belum siap menerapkan Kurikulum 2013. 6. Pemahaman guru terhadap konsep-konsep penilaian pembelajaran menurut Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013 masih bervariasi dan belum maksimal sehingga masih banyak guru yang belum siap untuk melaksanakan penilaian pembelajaran. 7. Guru beranggapan bahwa terlalu banyak aspek yang menjadi indikator penilaian hasil belajar peserta didik. 8. Guru yang telah menerapkan Kurikulum 2013 dalam melaksanakan penilaian hasil belajarnya masih ada yang belum sesuai dengan amanat yang terkandung dalam Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan

C. Pembatasan Masalah

Berkaitan dengan luasnya permasalahan yang dihadapi oleh guru dalam pelaksanaan penilaian maka permasalahan yang akan diteliti dibatasi pada Evaluasi Pemahaman dan Pelaksanaan Penilaian Pembelajaran Ekonomi berdasarkan Permendikbud Nomor 66 tahun 2013.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka permasalahan yang dapat dirumuskan adalah: 1. Bagaimanakah pemahaman guru tentang konsep penilaian berdasarkan Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013? 2. Bagaimanakah pelaksanaan penilaian pembelajaran Ekonomi berdasarkan Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013?

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan, penelitian yang dilakukan mempunyai tujuan untuk: 1. Mengetahui pemahaman guru tentang konsep penilaian berdasarkan Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013. 2. Mengevaluasi pelaksanaan penilaian pembelajaran Ekonomi berdasarkan Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian yang dilaksanakan mempunyai manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat secara teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan menambah wawasan, referensi dan pengetahuan baik bagi peneliti maupun pihak lain sebagai bahan acuan dan bahan pertimbangan bagi penelitian sejenis di masa yang akan datang. 2. Manfaat secara praktis a. Bagi peneliti