Konsep dan Prinsip Pengembangan Ekowisata

b. Wisata budaya cultural tourism, merupakan wisata dengan kekayaan budaya sebagai obyek wisata dengan penekanan pada aspek pendidikan. c. Ekowisata Ecotourism, green tourism atau alternative tourism, merupakan wisata berorientasi pada lingkungan untuk menjembatani kepentingan perlindungan sumberdaya alamlingkungan dan industri kepariwisataan.

2.4. Konsep dan Prinsip Pengembangan Ekowisata

Pada hakekatnya ekowisata yang melestarikan dan memanfaatkan alam dan budaya masyarakat, jauh lebih ketat dibanding dengan hanya keberlanjutan. Pembangunan ekowisata berwawasan lingkungan jauh lebih terjamin hasilnya dalam melestarikan alam dibanding dengan keberlanjutan pembangunan. Sebab ekowisata tidak melakukan eksploitasi alam, tetapi hanya menggunakan jasa alam dan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pengetahuan, fisik dan psikologis wisatawan Fandeli Muchlison 2000. Dalam kaitannya dengan ekowisata, From 2004 in Damanik dan Weber 2006 menyusun tiga konsep dasar tentang ekowisata yaitu sebagai berikut : Pertama , perjalanan outdoor dan di kawasan alam yang tidak menimbulkan kerusakan lingkungan. Kedua, wisata ini mengutamakan penggunaan fasilitas yang diciptakan dan dikelola oleh masyarakat kawasan wisata. Ketiga, perjalanan wisata ini menaruh perhatian besar pada lingkungan alam dan budaya lokal. Pemilihan ekowisata sebagai konsep pengembangan dari wisata air didasarkan pada lima unsur utama Yoeti 2000 in Agustin 2007, yaitu: 1. Ekowisata sangat bergantung pada kualitas sumberdaya alam khususnya perairan, peninggalan sejarah dan budaya. 2. Melibatkan masyarakat. 3. Ekowisata air meningkatkan kesadaran dan apresiasi terhadap alam dan perairan itu sendiri, nilai-nilai peninggalan sejarah dan budaya. 4. Tumbuhnya pasar ekowisata air di tingkat nasional dan internasional. 5. Ekowisata air sebagai sarana mewujudkan ekonomi berkelanjutan. Dengan kata lain, ekowisata air menawarkan konsep low invest-high value bagi sumberdaya dan lingkungan perairan serta menjadikan sarana bagi partisipasi masyarakat, karena aset produksi menggunakan dan milik masyarakat lokal. Menurut The Ecotourism Society Eplerwood 1999 in Fandeli 2000, menyebutkan ada delapan prinsip dalam kegiatan ekowisata yaitu: 1 Mencegah dan menanggulangi dari aktivitas wisatawan yang mengganggu terhadap alam dan budaya 2 Pendapatan langsung untuk kawasan, mengatur agar kawasan yang digunakan untuk ekowisata dan manajemen pengelola kawasan pelestarian dapat menerima langsung penghasilan atau pendapatan. Retribusi dan conservation tax dapat dipergunakan secara langsung untuk membina, melestarikan dan meningkatkan kualitas kawasan pelestarian alam. 3 Pendidikan konservasi lingkungan. Mendidik wisatawan dan masyarakat setempat akan pentingnya arti konservasi. Proses pendidikan ini dapat dilakukan langsung di alam. 4 Meningkatkan penghasilan masyarakat. Keuntungan secara nyata terhadap ekonomi masyarakat dari kegiatan ekowisata mendorong masyarakat menjaga kelestarian kawasan alam. 5 Partisipasi masyarakat dalam perencanaan. Masyarakat diajak dalam merencanakan pengembangan ekowisata. Demikian pula di dalam pengawasan, peran masyarakat diharapkan ikut secara aktif. 6 Menjaga daya dukung lingkungan. Pada umumnya lingkungan alam mempunyai daya dukung yang lebih rendah dengan daya dukung kawasan buatan. Meskipun mungkin permintaan sangat banyak, tetapi daya dukunglah yang membatasi. 7 Menjaga keharmonisan dengan alam. Semua upaya pengembangan termasuk pengembangan fasilitas dan utilitas harus tetap menjaga keharmonisan dengan alam. Apabila ada upaya disharmonize dengan alam akan merusak produk wisata ekologis ini. Hindarkan sejauh mungkin penggunaan minyak, mengkonservasi flora dan fauna serta menjaga keaslian budaya masyarakat. 8 Meningkatkan devisa buat pemerintah. Apabila suatu kawasan pelestarian dikembangkan untuk ekowisata, maka devisa dan belanja wisatawan didorong sebesar-besarnya dinikmati oleh negara atau negara bagian atau pemerintah daerah setempat.

2.5. Kesesuaian dan Daya Dukung Kawasan