Pengeluaran per kapita adalah besarnya pengeluaran rumah tangga untuk setiap anggota rumah tangga, sehingga jumlah anggota rumah tangga sangat
berpengaruh terhadap pengeluaran per kapita. Pembudidaya ikan di Desa Bojong
Jengkol sebanyak 28 orang 96,5 tergolong tidak miskin memiliki
pengeluaran per kapita per tahun lebih besar dari Rp 880.0000,00 dan sisanya
3,4 tergolong miskin memiliki pengeluaran per kapita per tahun berkisar
antara Rp 660.000,00 sampai Rp 880.000,00 Lampiran 8. Rata-rata pengeluaran per kapita per tahun keluarga pembudidaya ikan di Desa Bojong
Jengkol adalah sebesar Rp 2.510.497,00. Nilai pengeluaran per kapita terbesar adalah Rp 6.300.000,00 dan nilai pengeluaran per kapita terkecil adalah sebesar
Rp 840.000,00 Tabel 23. Jumlah pengeluaran untuk makanan atau untuk non makanan sangat
dipengaruhi oleh besarnya pendapatan yang dimiliki. Pembudidaya ikan yang memiliki nilai pengeluaran per kapita per tahun terbesar memiliki pendapatan
rumah tangga per bulan sebesar Rp 2.230.000,00. Pengeluaran per kapita per tahun yang terkecil dikeluarkan oleh pembudidaya yang memiliki pendapatan
rumah tangga Rp 715.000,00 per bulan. Nilai pengeluaran per kapita per tahun yang kecil juga dipengaruhi oleh tidak adanya anggota rumah tangga yang masih
sekolah sehingga tidak ada pengeluaran untuk pendidikan. Tabel 23. Pendapatan dan Pengeluaran per Kapita per Tahun Rumah Tangga
Pembudidaya Ikan di Desa Bojong Jengkol Tahun 2005
No PendapatanPengeluaran Tahun
Nilai Terbesar Rupiah
Nilai Terkecil Rupiah
Nilai Rata-rata Rupiah
1 Pendapatan per kapita 16.800.000
1.058.200 4.828.644
2 Pengeluaran per kapita 6.300.000
840.000 2.510.497
5.7.3 Indikator Keadaan Tempat Tinggal
Keadaan tempat tinggal dapat memberikan gambaran mengenai tingkat kesejahteraan rumah tangga, karena tempat tinggal merupakan salah satu
kebutuhan pokok disamping kebutuhan pangan, sandang, pendidikan dan kesehatan. Tempat tinggal yang baik adalah yang memenuhi syarat kesehatan dan
lokasinya dekat dengan fasilitas lingkungan seperti sekolah, tempat berobat dan pasar.
Pembudidaya ikan di Desa Bojong Jengkol seluruhnya sudah memakai atap dari genting. Bilik tempat tinggal pembudidaya ikan sebanyak 28 orang
96,5 sudah menggunakan tembok dan hanya 1 orang 3,4 yang masih setengah tembok menggunakan bambu. Status penguasaan bangunan atau
tempat tinggal pembudidaya, sebanyak 27 orang 93 adalah milik sendiri dan 2 orang 7 masih menumpang di rumah orang tua, mertua atau keluarga lainnya.
Lantai rumah sudah terbuat dari porselen sebanyak 8 orang 27,6, sebanyak 6 orang 20,7 terbuat dari ubin, sebanyak 14 orang 48,3 terbuat dari plester
dan hanya 1 orang 3,4 yang masih terbuat dari papan atau triplek. Luas lantai rumah pembudidaya ikan bervariasi, sebanyak 10 orang 34,5 memiliki lantai
luas, sebanyak 10 orang 34,5 memiliki lantai sedang dan 9 orang lainnya 31 memiliki lantai sempit.
Penjumlahan lima elemen keadaan tempat tinggal diatas, menghasilkan nilai antara 15 sampai 21 skor 3, artinya seluruh pembudidaya ikan 100 di
Desa Bojong Jengkol sudah memiliki tempat tinggal yang sudah permanen Lampiran 9. Tempat tinggal yang sudah permanen menunjukkan bahwa rumah
tangga pembudidaya ikan di Desa Bojong Jengkol, sudah menjadikan kebutuhan tempat tinggal sebagai salah satu kebutuhan yang harus dipenuhi setelah
kebutuhan sandang dan pangan. Pendapatan sangat berpengaruh terhadap jenis tempat tinggal pembudidaya ikan. Semakin tinggi pendapatan yang diperoleh
pembudidaya ikan, semakin lengkap fasilitas yang dimiliki.
5.7.4 Indikator Fasilitas Tempat Tinggal
Tempat tinggal yang ideal membutuhkan fasilitas, baik fasilitas dalam tempat tinggal maupun fasilitas lingkungannya. Dalam pengukuran tingkat
kesejahteraan rumah tangga, yang dilihat adalah fasilitas di dalam tempat tinggal itu sendiri.
Sebanyak 1 orang 3,4 pembudidaya ikan memiliki pekarangan yang luas, sebanyak 3 orang 10,3 memiliki pekarangan yang sedang dan sebanyak
25 orang 86,2 memiliki pekarangan yang sempit. Fasilitas hiburan yang dimiliki, sebanyak 28 orang 96,6 memiliki televisi dan sisanya 3,4 sudah
memiliki video. Fasilitas pendingin yang dimiliki, sebanyak 8 orang 27,6
sudah memiliki lemari es, sebanyak 5 orang 17,2 memiliki kipas angin dan sebagian besar, yaitu sebanyak 16 orang 55,2 tidak menggunakan fasilitas
pendingin apapun atau alami. Fasilitas penerangan yang dimiliki, seluruh pembudidaya ikan 100 sudah menggunakan listrik sebagai sumber
penerangan. Bahan bakar yang digunakan sebagian besar masih menggunakan minyak tanah, yaitu sebanyak 28 orang 96,6 dan sisanya sudah menggunakan
kompor gas 3,4. Sumber air untuk keperluan sehari-hari, sebanyak 26 orang 89,7 berasal dari sumur dan sebanyak 3 orang 10,3 berasal dari sumur bor.
Fasilitas MCK yang dimiliki sebagian besar pembudidaya ikan sudah memiliki kamar mandi sendiri, yaitu sebanyak 27 orang 93 dan sebanyak 2 orang 7
masih menggunakan kamar mandi umum. Berdasarkan perhitungan yang dilakukan, sebanyak 5 orang 17,2
memiliki fasilitas tempat tinggal lengkap skor 21 – 27 dan sebanyak 24 orang 82,8 memiliki fasilitas tempat tinggal sedang atau cukup skor 14 – 20
Lampiran 9. Fasilitas tempat tinggal yang sedang atau cukup, disebabkan karena pendapatan yang diperoleh pembudidaya ikan sebagian besar masih
digunakan untuk pengeluaran makanan dan pendidikan. Kelengkapan fasilitas pokok suatu tempat tinggal akan menentukan kenyamanan suatu tempat tinggal
dan juga menentukan kualitas suatu tempat tinggal. Fasilitas pokok yang terpenting adalah tersedianya sarana penerangan listrik, air dan kamar mandi.
5.7.5 Indikator Kesehatan