Pemasaran untuk usaha pembenihan ikan patin biasanya dilakukan keluar daerah. Daerah pemasarannya yaitu : Kalimantan, Sulawesi dan Sumatera. Para
pembudidaya ikan di Desa Bojong Jengkol tidak langsung memasarkan sendiri benihnya, tetapi melalui seorang tengkulak yang terdapat di Desa Bojong Jengkol.
Menurut pembudidaya ikan, kalau benih langsung dijual di tempat pemasarannya, akan menghabiskan biaya transportasi yang besar. Harga satu benih ikan bisa
mencapai tiga kali lipat dari harga yang ditetapkan oleh tengkulak. Kendala biaya inilah yang membuat pembudidaya ikan masih tergantung kepada tengkulak.
Pembudidaya ikan skala besar mungkin tidak terlalu masalah, tetapi pembudidaya ikan di Desa Bojong Jengkol sebagian besar adalah skala menengah ke bawah.
Pembudidaya ikan konsumsi biasanya mempunyai langganan sendiri untuk memasarkan ikannya. Pembeli biasanya datang sendiri untuk membeli ikan yang
diinginkan. Pembudidaya ikan nila biasanya memasok ikan ke pasar Ciampea.
5.3.2 Penerimaan Usaha
Penerimaan usaha budidaya ikan diperoleh dari hasil penjualan ikan. Penerimaan usaha dan pengeluaran usaha merupakan dua komponen yang
menentukan besarnya pendapatan usaha budidaya ikan. Salah seorang pembudidaya ikan ada yang menerapkan pola bagi hasil dalam menjalankan
sahanya. Porsi bagi hasil tersebut adalah 70 untuk pemilik dan 30 untuk buruh atau pekerja dari total keuntungan yang didapat. Rata-rata usaha
pembenihan berproduksi 12 kali dalam setahun. Sedangka usaha pembesaran ataupun usaha pembenihan dan usaha pembesaran yang dilakukan secara
bersama-sama membutuhkan waktu 3 sampai 11 bulan atau berproduksi 1 sampai 4 kali dalam setahun. Hasil perhitungan kemudian dikonversi dalam satuan bulan.
Harga benih ikan patin rata-rata adalah Rp 60,00 per benih dan rata-rata pembudidaya ikan menghasilkan 40.000 sampai 60.000 benih per produksi.
Harga ikan konsumsi rata-rata per kilo gram adalah Rp 10.000,00 untuk ikan mas, Rp 5.000,00 untuk ikan nila, Rp 5.500,00 sampai Rp 6.000,00 untuk ikan bawal
dan Rp 17.000,00 untuk ikan gurame. Rata-rata kuantitas ikan konsumsi yang dihasilkan berkisar antara 60 kilo gram sampai 6 kwintal per produksi.
Penerimaan usaha budidaya ikan di Desa Bojong Jengkol yang terbesar adalah Rp 6.000.000,00 per bulan dan peneriman usaha yang terkecil adalah
sebesar Rp 140.500,00 per bulan. Rata-rata penerimaan usaha dari usaha budidaya ikan adalah sebesar Rp 1.450.231 Tabel 15.
Usaha budidaya yang dilakukan oleh pembudidaya ikan yang memiliki peneriman terbesar adalah pembenihan ikan patin. Jumlah kolam yang digunakan
untuk induk sebanyak 1 buah dan memiliki 20 akuarium untuk penyimpanan benih ikan patin. Usaha pembenihan ikan patin merupakan usaha utamanya dan
sudah dilakukan dari tahun 1998. Penerimaan usaha budidaya yang terkecil dilakukan oleh responden yang melakukan usaha pembesaran ikan nila.
Penerimaan usaha budidaya yang kecil disebabkan karena usaha budidaya yang dilakukan hanya sekedar iseng atau hobi saja dan kolam yang dimiliki hanya satu
buah kolam.
5.3.3 Pengeluaran Usaha