Usaha Perikanan Budidaya Keragaan Usaha Perikanan Responden

5.2.6 Sarana dan Prasarana Keamanan

Kondisi ketenteraman dan ketertiban di wilayah Desa Bojong Jengkol secara umum tergolong aman. Gangguan keamanan yang terjadi tahun 2004 antara lain, pencurian ternak dan ikan. Sarana keamanan yang dimiliki Desa Bojong Jengkol adalah 19 buah pos hansip dengan jumlah hansip pertahanan sipil sebanyak 48 orang. Hansip memiliki kelembagaan di Pemerintah Kabupaten Bogor dengan adanya kantor Kesbang Kesatuan Bangsa dan Linmas Perlindungan Masyarakat yang mengatur keberadaan Hansip di tingkat Kabupaten Bogor. Prasarana keamanan di Desa Bojong Jengkol terdiri dari pos ronda di masing-masing RT. Ronda biasanya dilakukan hanya di awal-awal pembentukan saja atau hanya di bulan puasa untuk membangunkan waktu sahur.

5.3 Keragaan Usaha Perikanan Responden

5.3.1 Usaha Perikanan Budidaya

Usaha perikanan budidaya yang dilakukan oleh pembudidaya ikan di Desa Bojong Jengkol meliputi kegiatan pembenihan 7 orang, pembesaran 11 orang, maupun kedua-duanya sekaligus 11 orang. Pembenihan adalah usaha membiakkan induk-induk ikan, merawat telur-telur sampai menetas dan memelihara larva sampai menjadi benih-benih yang siap untuk di panen. Jenis ikan yang dibudidayakan pada usaha pembenihan umumnya adalah ikan patin. Ukuran benih ikan patin yang siap dijual berukuran 2 sampai 3 inchi dan berat berkisar antara 3,9 sampai 5,9 gram per ekor. Benih-benih tersebut biasanya dipelihara di dalam akuarium-akuarium. Usaha pembenihan membutuhkan waktu yang relatif singkat, yaitu 18 hari sampai 30 hari sampai siap dipanen. Pembudidaya ikan yang melakukan usaha pembenihan saja disebabkan karena menurut mereka usaha pembesaran ikan memerlukan waktu yang lama sehingga biaya yang dikeluarkanpun semakin besar. Pembudidaya ikan biasanya melakukan usaha pembenihan dan pembesaran ikan kosumsi secara bersama-sama. Jenis ikan konsumsi ini antara lain : ikan mas, ikan nila, ikan mujair, ikan tawes, ikan tambakan dan ikan bawal. Pembudidaya ikan yang melakukan usaha pembesaran saja biasanya memperoleh benih dari pembudidaya lain disekitar Desa Bojong Jengkol. Usaha pembesaran ikan konsumsi membutuhkan waktu antara 3 bulan sampai 11 bulan bahkan ada yang berproduksi satu kali dalam setahun, tetapi bila ada pembeli yang ingin membeli ikan pada ukuran dan waktu tertentu sebelum ikan dipanen, pembeli tetap dilayani. Kegiatan budidaya ikan di Desa Bojong Jengkol dilakukan di kolam-kolam dekat rumah dengan sistem kolam air tenang KAT dan di sawah minapadi. Budidaya ikan di kolam-kolam dekat rumah atau pekarangan rumah biasanya hanya berukuran kecil, yaitu 50 m 2 1 sampai 2 kolam dan hanya untuk dikonsumsi saja tidak untuk dijual. Kegiatan budidaya ikan di sawah adalah pengelolaan perikanan diantara tanaman padi minapadi Tjakrawiralaksana 1983. Jenis ikan yang biasanya dipelihara di sawah adalah ikan mas. Ikan mas dapat meningkatkan produktivitas sawah, karena ekskresi ikan dapat memupuk kesuburan tanah dan sisa-sisa makanan yang diberikan kepada ikan dedak dapat bertindak sebagai pupuk. Pembudidaya ikan di Desa Bojong Jengkol jarang menggunakan pakan buatan untuk usaha budidayanya. Mereka biasanya memanfaatkan pakan alami antara lain : cacing, daun talas atau daun ubi sedangkan pakan buatan yang umumnya digunakan adalah pelet. Penggunaan pakan alami ini memberikan keuntungan berupa memperkecil biaya usaha buidaya, karena pakan alami ini mereka peroleh secara gratis di sekitar pekarangan rumah ataupun di sekitar kolam yang mereka miliki. Seorang pembudidaya ikan ada yang menggunakan roti yang sudah basi sebagai pakan alami ikan yang diperoleh dari pabrik yang dimiliki saudaranya. Penyakit ikan yang sering menyerang usaha budidaya ikan di Desa Bojong Jengkol adalah virus air atau cacar, sero, white spot disebabkan oleh bakteri dan insang merah. Penyakit ikan ada juga yang disebakan karena faktor pakan, yaitu keracunan makanan dan ikan mabuk. Sebagian besar pembudidaya hanya memanfaatkan pengalaman untuk mengobati ikan yang terserang misalnya memisahkan ikan yang sakit dari ikan yang sehat untuk mencegah penularan penyakit atau dengan kata lain mereka jarang menggunakan obat-obat kimia seperti tetra yang dijual di pasaran. Pemasaran untuk usaha pembenihan ikan patin biasanya dilakukan keluar daerah. Daerah pemasarannya yaitu : Kalimantan, Sulawesi dan Sumatera. Para pembudidaya ikan di Desa Bojong Jengkol tidak langsung memasarkan sendiri benihnya, tetapi melalui seorang tengkulak yang terdapat di Desa Bojong Jengkol. Menurut pembudidaya ikan, kalau benih langsung dijual di tempat pemasarannya, akan menghabiskan biaya transportasi yang besar. Harga satu benih ikan bisa mencapai tiga kali lipat dari harga yang ditetapkan oleh tengkulak. Kendala biaya inilah yang membuat pembudidaya ikan masih tergantung kepada tengkulak. Pembudidaya ikan skala besar mungkin tidak terlalu masalah, tetapi pembudidaya ikan di Desa Bojong Jengkol sebagian besar adalah skala menengah ke bawah. Pembudidaya ikan konsumsi biasanya mempunyai langganan sendiri untuk memasarkan ikannya. Pembeli biasanya datang sendiri untuk membeli ikan yang diinginkan. Pembudidaya ikan nila biasanya memasok ikan ke pasar Ciampea.

5.3.2 Penerimaan Usaha