Karakteristik Anak Usia SD

20 produktif, teknik fisik, sosial, manajerial, dan intelektual. Sementara menurut Lindgren dalam Suprijono 2009: 7 hasil pembelajaran meliputi kecakapan, informasi, pengertian, dan sikap. Dari pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan suatu perubahan kemampuan dan keterampilan yang dimiliki oleh siswa setelah siswa tersebut mengalami aktivitas belajar yang mencakup tiga ranah belajar yakni kognitif, afektif dan psikomotor. Ranah kognitif mencakup kemampuan memahami, mengingat, menjelaskan, meringkas, menerapkan, menganalisis, mengorganisasi, dan menilai. Ranah afektif mencakup sikap, nilai, respon, dan karakter. Sedangkan ranah psikomotor mencakup keterampilan produktif, teknik fisik, teknik sosial, teknik manajerial, dan teknik intelektual. Hasil belajar tidak hanya mencakup perubahan satu ranah saja, melainkan mencakup semua ranah potensi yang dimiliki oleh manusia. Oleh karen itu, hasil belajar tidak dapat dilihat dari satu aspek atau ranah saja, tetapi hasil belajar dilihat secara komprehensif ke semua aspek atau ranah.

2.2.5 Karakteristik Anak Usia SD

Usia SD pada umumnya berusia antara 7-11 tahun. Piaget 1988 dalam Rifa’i 2009: 29 menjelaskan pada usia 7-11 tahun anak berada pada tahap perkembangan operasional konkrit. Pada tahap ini anak mampu mengoperasionalkan berbagai logika, namun masih dalam bentuk benda konkrit. Penalaran logika menggantikan penalaran intuitif, namun hanya pada situasi konkrit dan kemampuan untuk menggolong-golongkan sudah ada namun belum bisa memecahkan masalah abstrak. Sebagai contoh, untuk menguji hukum kekekalan, anak diminta mengamati 21 volume air yang berada di dalam bentuk yang berbeda, air dituang ke dalam gelas, kemudian dipindahkan ke dalam mangkok, setelah itu anak diminta berpendapat mengenai banyaknya volume air yang berada di dalam gelas atau mangkok. Pemikiran anak pada tahap praoperasional hanya berfokus pada tinggi atau lebarnya tempat, namun untuk pemikiran anak pada tahap operasional sudah mengkoordinasikan kedua dimensi tadi, yaitu mengklasifikasikan atau membagi sesuatu menjadi sub yang berbeda-bedadan memahami hubungannya. Hurlock 1980 dalam Soeparwoto 2007: 55 mengatakan tahap perkembangan anak yang berusia 6 sampai 1012 tahun berada pada tahap akhir masa kanak-kanak. Berdasarkan label yang digunakan orang tua, anak pada usia ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1 Usia yang menyulitkan, masa di mana anak tidak lagi menuruti perintah, lebih banyak dipengaruhi teman sebaya dari pada orang tua atau anggota keluarga yang lain. 2 Usia tidak rapi, masa di mana anak cenderung tidak mempedulikan, ceroboh dalam penampilan dan kamarnya berantakan. 3 Usia bertengkar, masa dimana banyak terjadi pertengkaran antarkeluarga dan suasana rumah tidak menyenangkan bagi semua anggota keluarga. Berdasarkan label yang digunakan oleh para pendidik, anak pada usia ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1 Usia sekolah dasar. Anak diharapkan memperoleh dasar-dasar pengetahuan untuk keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan dewasa dan memperoleh keterampilan penting tertentu. 22 2 Periode kritis dalam dorongan berprestasi. Masa di mana anak membentuk kebiasaan untuk mencapai sukses, tidak sukses atau sangat sukses. Perilaku berprestasi pada masa kanak-kanak mempunyai korelasi yang tinggi dengan perilaku berprestasi pada masa dewasa. Sedangkan label yang digunakan oleh para ahli psikologi, anak pada usia ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1 Usia berkelompok. Masa di mana perhatian utama anak tertuju pada keinginan diterima teman sebaya sebagai anggota kelompok terutama kelompok yang bergengsi dalam pandangan teman-temannya. 2 Usia penyesuaian diri. Anak menyesuaikan diri dengan standar yang disetujui kelompok. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa karakteristik siswa sekolah dasar masih senang bermain, bergerak dan masih berpikir secara konkrit nyata. Anak usia sekolah dasar merupakan tahap yang menyulitkan. Mereka cenderung sulit diatur karena lebih mudah terpengaruh oleh teman sebayanya. Anak cenderung meniru sikap yang banyak dilakukan oleh teman sebayanya. Hal ini juga disebabkan anak ingin diakui dalam kelompoknya bermain. Seorang guru hendaknya mengetahui karakteristik siswanya. Hal ini sangat penting agar dalam pemilihan strategi maupun model pembelajaran dapat sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh siswanya.

2.2.6 Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam

Dokumen yang terkait

KEEFEKTIFAN MODEL NUMBER HEADS TOGETHER TERHADAP HASIL BELAJAR MEMBACA PEMAHAMAN PADA SISWA KELAS V SD NEGERI DEBONG KIDUL KOTA TEGAL

0 16 287

KEEFEKTIFAN PENERAPAN MODEL CLIS (CHILDREN LEARNING IN SCIENCE) TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATERI PERUBAHAN SIFAT BENDA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI DEBONG TENGAH 1 KOTA TEGAL

0 15 402

KEEFEKTIFAN METODE EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR SIFAT SIFAT CAHAYA SISWA KELAS V SDN 1 PRIGI KABUPATEN BANJARNEGARA

2 19 225

KEEFEKTIFAN PENERAPAN MODEL TEAMS GAMES TOURNAMENT TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR PECAHAN KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI DEBONG TENGAH 1, 2, 3 KOTA TEGAL

5 24 333

KEEFEKTIFAN STRATEGI PRACTICE REHEARSAL PAIRS TERHADAP HASIL BELAJAR MATERI BERMAIN ALAT MUSIK MELODIS DI SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBOK LUWUNG 01 KABUPATEN TEGAL

0 20 216

KEEFEKTIFAN STRATEGI PRACTICE REHEARSAL PAIRS TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV PADA MATERI KARYA RANCANGAN SENDIRI DI SD NEGERI PESAREAN 01 KABUPATEN TEGAL

0 9 167

Pengaruh Video Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Konsep Sifat-sifat Cahaya

0 7 188

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PRACTICE-REHEARSAL PAIRS TERHADAP HASIL BELAJAR MENGANYAM VAS BUNGA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 SUNGGAL.

0 1 24

EKSPERIMEN STRATEGI PRACTICE-REHEARSAL PAIRS DAN Eksperimen Strategi Practice-Rehearsal Pairs dan Snowball Throwing Terhadap Hasil Belajar Matematika Ditinjau dari Motivasi Siswa SMP Negeri 3 Colomadu 2011/2012.

0 0 17

EKSPERIMEN STRATEGI PRACTICE-REHEARSAL PAIRS DAN Eksperimen Strategi Practice-Rehearsal Pairs dan Snowball Throwing Terhadap Hasil Belajar Matematika Ditinjau dari Motivasi Siswa SMP Negeri 3 Colomadu 2011/2012.

0 0 14