32 Dalam pelaksanaan strategi ini juga ada beberapa variasi yang dapat
dilakukan, yaitu: 1
Gunakan kecakapan atau prosedur berbagai langkah sebagai ganti serangkaian skill yang berbeda. Perintahkan demonstrator melaksanakan satu langkah dan
perintahkan partner melaksanakan langkah berikutnya sampai urutan langkah sempurna.
2 Ketika pasangan telah menyelesaikan kerja mereka, aturlah demonstrasi di
hadapan kelompok. Langkah-langkah pelaksanaan strategi pembelajaran Practice-Rehearsal Pairs
latihan praktik berpasangan yang sama juga dikemukakan oleh Suprijono 2009: 116 dan Zaini dkk 2008: 81 sebagai berikut:
1 Pilih satu keterampilan yang akan dipelajari siswa. Biasanya materi yang di
dalamnya menuntut siswa untuk melakukan percobaanpraktik. 2
Bentuklah pasangan-pasangan. Dalam pasangan, buat dua peran, yaitu penjelas atau pendemonstrasi dan pemerhati.
3 Orang yang bertugas sebagai penjelas menjelaskan atau mendemonstrasikan
cara mengerjakan keterampilan yang telah ditentukan, sedangkan pemerhati bertugas mengamati dan menilai penjelasan atau demonstrasi yang dilakukan
temannya. 4
Pasangan bertukar peran. Pendemonstrasi kedua diberi keterampilan yang lain. 5
Proses diteruskan sampai semua keterampilan atau prosedur dapat dikuasai.
2.2.11 Pembelajaran Konvensional
Ahmed. O. Qarareh 2012: 126 mendefinisikan pengertian pembelajaran
33 tradisional atau konvensional dengan menyatakan bahwa: “
The Traditional Method: is a teaching method in which the teacher has the greater role. It depends on
explanation, illustration and discussion, where the teacher presents the students with the concept and its explanation, then discusses it with them.” Dengan kata lain
bahwa pembelajaran tradisional adalah metode atau cara pembelajaran yang mana guru memiliki peranan yang besar. Meliputi ceramah, ilustrasi, dan diskusi, guru
menjelaskan pada siswanya dengan konsep dan ceramah tersebut, kemudian mendiskusikannya dengan mereka siswa.
Menurut Hamdani 2011: 166 ada beberapa ciri pembelajaran konvensional, antara lain:
1 Memfokuskan pada prestasi individu.
2 Setiap siswa akan saling berkompetisi dan berprinsip, “jika aku tidak sukses,
aku akan kalah dan kehilangan.” 3
Penghargaan yang diberikan berupa prestasi individu. 4
Dalam proses pembelajaran, hanya sedikit terjadi proses diskusi antarsiswa. 5
Tanggung jawab yang ada berupa tanggung jawab individu. 6
Kemampuan sosial diabaikan. 7
Seorang siswa akan mengomandani dirinya sendiri dalam menyelesaikan semua tugasnya.
8 Tidak ada proses tentang cara untuk meningkatkan kualitas kerja.
9 Pembentukan kelompok tidak diperhatikan tidak ada, tetapi yang ada hanya
berupa kelompok besar, yaitu kelas. Sedangkan menurut Trianto 2009: 58 ciri-ciri pembelajaran konvensional
sebagai berikut:
34 1
Guru sering membiarkan adanya siswa yang mendominasi kelompok atau menggantungkan diri pada kelompok.
2 Akuntabilitas individual sering diabaikan sehingga tugas-tugas sering diborong
oleh salah seorang seorang anggota kelompok, lainnya hanya “mendompleng” keberhasilan “pemborong”.
3 Kelompok belajar biasanya homogen, terdiri dari siswa yang memiliki
kemampuan yang sama. 4
Pemimpin kelompok sering ditentukan oleh guru atau kelompok dibiarkan untuk memilih pemimpinnya dengan cara masing-masing.
5 Keterampilan sosial sering tidak secara langsung diajarkan.
6 Pemantauan melalui observasi dan intervensi sering tidak dilakukan oleh guru
pada saat belajar kelompok sedang berlangsung. 7
Guru sering tidak memperhatikan proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar.
8 Penekanan sering hanya pada penyelesaian tugas.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran konvensional adalah strategi pembelajaran yang di dalamnya guru
berperan sangat besar. Guru melakukan pembelajaran dengan ceramah, ilustrasi, dan diskusi dalam menyampaikan konsep sesuai dengan materi. Pada pembelajaran
konvensional, yang ditekankan adalah prestasi individu, kemampuan sosial dan kemampuan bekerja kelompok sering diabaikan.
35
2.2 Hasil Penelitian yang Relevan