41 Penelitian tentang komunikasi matematis dan disposisi matematis siswa
telah dilakukan oleh Marlina, et al. 2014 bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share TPS dapat meningkatkan
kemampuan komunikasi dan disposisi matematis siswa di SMA Negeri 1 Bireuen dan lebih baik jika dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Penelitian
yang lain juga dilakukan oleh Abubakar 2014 tentang peningkatan disposisi matematis melalui pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together yang
lebih baik daripada pembelajaran konvensional. Berdasarkan uraian tersebut, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
tentang pembelajaran kooperatif tipe take and give untuk meningkatkan komunikasi dan disposisi matematis siswa.
2.3 Kerangka Berpikir
Kesulitan siswa dalam mengomunikasikan solusi permasalahan matematika dan rendahnya sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan menjadi
permasalahan di SMP Ibu Kartini Semarang. Dari hasil wawancara dengan guru matematika kelas VII di SMP Ibu Kartini Semarang pada 20 Januari 2015
diketahui bahwa input SDM siswa di SMP Ibu Kartini Semarang berasal dari IQ rata-rata menengah ke bawah. Pembelajaran yang sering digunakan adalah
pembelajaran konvensional dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
KTSP 2006. Kemampuan komunikasi matematis siswa di SMP Ibu Kartini Semarang masih rendah terutama ketelitian dalam mencermati atau mengenali
sebuah persoalan matematika dan mengomunikasikan solusi persoalan matematika. Siswa kesulitan mengartikan alasan memahami suatu permasalahan
42 matematika. Mayoritas dari siswa tidak menuliskan solusi masalah dengan
menggunakan bahasa matematis yang benar. Karena komunikasi matematis dan disposisi matematis siswa yang masih rendah, hasil belajar masih banyak yang
tidak tuntas atau tidak mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal KKM yang ditetapkan sekolah yaitu 61, sedangkan ketuntasan klasikalnya yaitu 75.
Selain itu dalam UN 2013 untuk mata pelajaran matematika hanya mencapai nilai rata-rata 5,86 yang tergolong rendah Balitbang, 2013.
Materi kelas VII semester II di SMP Ibu Kartini yang dianggap sulit oleh siswa adalah materi segiempat. Hal ini disebabkan karena objek geometri yang
abstrak dan rumus-rumusnya yang dianggap sulit membuat siswa menghadapi kesulitan dalam memahami konsep baru yang diajarkan guru dan
mengomunikasikan pengetahuannya. Salah satu faktor yang mempengaruhi guru dalam mengajar adalah melalui
model pembelajaran yang digunakan. Penggunaan model pembelajaran konvensional membuat siswa kurang aktif dalam pembelajaran. Seorang guru
harus dapat merencanakan dan melaksanakan suatu model pembelajaran yang tepat terhadap suatu materi, sehingga pada saat proses pembelajaran di kelas guru
dapat berperan sebagai fasilitator dan pembimbing bagi siswa. Sementara itu siswa dituntut untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran, bukan hanya sekedar
menerima pelajaran dari guru. Sehingga pembelajaran yang digunakan harusnya sesuai dengan prinsip pembelajaran Piaget yaitu pembelajaran aktif, melalui
interaksi sosial dan pengalaman sendiri. Pembelajaran juga harus bermakna meaningful learning yaitu proses mengaitkan informasi baru dengan konsep-
43 konsep yang relevan dan terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Konsep
matematika akan dipahami dengan baik oleh siswa apabila disajikan dalam bentuk konkret dan beragam dari konsep murni, konsep notasi, dan berakhir ke konsep
terapan. Model pembelajaran kooperatif tipe take and give menekankan adanya
aktivitas pembelajaran yang aktif dari siswa dalam bentuk diskusi untuk menyampaikan informasi yang ada di dalam kartunya kepada siswa lain, di mana
guru berperan sebagai fasilitator dan pembimbing. Pada pembelajaran ini terjadi interaksi belajar antar siswa. Belajar dengan teman sebaya dapat menghilangkan
rasa canggung. Hal ini disebabkan karena bahasa teman sebaya lebih mudah dipahami, tidak ada rasa enggan, rendah diri, malu dan sebagainya untuk bertanya
ataupun minta bantuan. Model pembelajaran kooperatif tipe take and give melatih siswa sebagai
komunikator matematika yang bisa bekerjasama dengan sesama siswa, mendorong untuk mampu menemukan masalah, meneliti dan menyelesaikannya,
mampu mendistribusikan temuan yang telah diperolehmengomunikasikan solusi, serta membuat kesimpulan. Untuk menumbuhkembangkan kemampuan
komunikasi matematis dan disposisi matematis siswa terdapat media pembelajaran berupa kartu yang memuat informasi tentang materi pelajaran.
Dengan demikian, diharapkan kemampuan komunikasi dan disposisi matematis siswa pada kelas yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe take and give
lebih baik daripada kemampuan komunikasi dan disposisi matematis siswa pada kelas yang menggunakan pembelajaran konvensional serta penggunaan model
44 pembelajaran kooperatif tipe take and give diharapkan dapat meningkatkan
komunikasi dan disposisi matematis siswa karena terdapat pengaruh disposisi matematis terhadap komunikasi matematis siswa pada pembelajaran kooperatif
tipe take and give. Berdasarkan uraian tersebut, dapat dibuat skema kerangka berpikir seperti Gambar 2.17 berikut.
45 Gambar 2.17 Bagan Kerangka Berpikir
Dari hasil wawancara dengan guru matematika diketahui bahwa input
siswa dari IQ rata-rata menengah ke bawah
Rendahnya komunikasi dan disposisi matematis siswa
Guru menggunakan pembelajaran konvensional yang masih terpusat
kepada guru dan siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran
Teori David Ausubel,
Teori Piaget, dan
Teori Dienes
Pembelajaran kooperatif tipe take and give pada materi segiempat
Kemampuan komunikasi matematis dengan pembelajaran
kooperatif tipe take and give mencapai ketuntasan belajar pada
materi pokok segiempat
Kemampuan komunikasi dan disposisi matematis siswa
meningkat Siswa kelas VII
di SMP Ibu Kartini
Semarang mengalami
kesulitan pada materi
segiempat
Terdapat pengaruh disposisi matematis terhadap kemampuan
komunikasi matematis siswa Kemampuan komunikasi dan
disposisi matematis siswa kelas eksperimen lebih baik daripada
kelas kontrol
46
2.4 Hipotesis Penelitian