55 kisi soal tes uji coba; 6 menyusun soal tes uji coba; 7 membuat kunci jawaban
dan pedoman penskoran; 8 melakukan uji coba soal pada kelas uji coba; 9 menganalisis dan mengolah data hasil uji coba mengenai validitas, reliabilitas,
tingkat kesukaran, dan daya pembeda masing-masing soal; dan 10 menentukan butir soal yang memenuhi kriteria berdasarkan analisis.
3.6.2 Instrumen Non Tes
3.6.2.1 Skala Disposisi Matematis
Skala disposisi matematis merupakan salah satu bentuk skala sikap. Suatu skala sikap berwujud kumpulan pernyataan-pernyataan sikap yang ditulis,
disusun, dan dianalisis sedemikian rupa sehingga respons seseorang terhadap pernyataan tersebut dapat diberi angka skor dan kemudian dapat
diinterpretasikan Azwar, 2010: 105. Skala disposisi dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui tingkat
disposisi matematis siswa terhadap pembelajaran matematika dengan
menggunakan pembelajaran kooperatif tipe take and give. Skala disposisi ini menggunakan skala Likert. Skala Likert adalah skala yang disusun dalam bentuk
suatu pernyataan dan diikuti oleh respons yang menunjukkan tingkatan Arikunto, 2013: 195. Skala Likert dikembangkan pertama kali menggunakan 5 titik respon
yaitu sangat setuju, setuju, tidak memutuskan, tidak setuju, dan sangat tidak setuju Budiaji, 2013. Skor tertinggi pada skala Likert tiap butir adalah 5 dan skor
terendah tiap butir 1, karena sering terjadi kecenderungan responden memilih jawaban kategori tengah, maka dimodifikasi hanya menggunakan empat pilihan
Ekawati Sumaryanta, 2011: 36. Alternatif jawaban yang digunakan dalam
56 penelitian ini meliputi SL selalu, SR sering, K kadang-kadang, dan TP tidak
pernah. Skala disposisi matematis ini terdiri dari 25 butir pernyataan positif dan negatif. Cara penskoran skala disposisi matematis siswa menggunakan skala
Likert sebagaimana terlihat pada Tabel 3.2 berikut. Tabel 3.2 Cara Penskoran Skala Disposisi
Alternatif jawaban
Skor Pilihan jawaban Positif
Negatif Selalu
4 1
Sering 3
2 Kadang-kadang
2 3
Tidak Pernah 1
4
3.6.2.2 Lembar Observasi Keterlaksanaan Model Pembelajaran
Lembar observasi merupakan alat untuk mengumpulkan data berupa aspek-aspek yang akan diamati. Menurut Sudjana 2005: 133 untuk mengukur
atau menilai hasil observasi dapat menggunakan pedoman sebagai berikut.
Lembar observasi keterlaksanaan model pembelajaran digunakan untuk mengamati kegiatan pembelajaran yang dilakukan di setiap pertemuan. Tujuannya
untuk mengetahui kegiatan pembelajaran yang dilakukan berjalan dengan baik dan menghasilkan luaran yang baik. Lembar observasi ini diisi oleh seorang
observer dengan memberi tanda checklist pada salah satu jawaban yang dianggap
57 paling sesuai. Dalam penelitian ini yang menjadi observer adalah guru matematika
SMP Ibu Kartini Semarang.
3.7 Metode Analisis Data
3.7.1 Instrumen Tes Komunikasi Matematis
Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa soal untuk mengukur kemampuan komunikasi matematis yang berbentuk uraian.
Instrumen tersebut harus dimantapkan kualitasnya melalui suatu langkah yang disebut uji coba. Sebelum diberikan kepada siswa pada saat penelitian, soal-soal
tersebut diuji cobakan terlebih dahulu kepada siswa SMP yang telah memperoleh materi segiempat. Dari data hasil uji coba perangkat tes dipilih butir soal yang
memenuhi tingkat kesukaran, daya pembeda, reliabilitas dan validitas yang menggunakan rumus sebagai berikut.
3.7.1.1 Analisis Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran digunakan untuk mengetahui soal tersebut mudah, sedang atau sukar. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak
terlalu sukar Arifin, 2012: 349. Tingkat Kesukaran TK pada masing-masing butir soal dihitung dengan menggunakan rumus:
Keterangan: TK
= tingkat kesukaran SA
= jumlah skor kelompok atas SB
= jumlah skor kelompok bawah