Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe take and give terhadap retensi siswa dalam tatanama ilmiah pada konsep Jamur

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAKE and GIVE TERHADAP RETENSI SISWA DALAM TATANAMA ILMIAH

PADA KONSEP JAMUR Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Jurusan Pendidikan IPA

Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh SITI AMALIAH

105016100528

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2011 M


(2)

(3)

(4)

ABSTRAK

Siti amaliah, Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Take and Give Terhadap Retensi Siswa pada Tatanama Ilmiah pada Konsep Jamur (Kuasi Eksperimen di SMA Negeri 1 Pasar Kemis, Tangerang). Skripsi, Program Studi Biologi, Jurusan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe take and give terhadap retensi siswa pada tatanama ilmiah pada konsep jamur. Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 1 Pasar Kemis, Tangerang. Metode yang dugunakan adalah quasi eksperiment dengan desain control group pretest-postest design. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling. Sampel penelitian yang pertama berjumlah 40 siswa untuk kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe take and give. Sampel yang kedua berjumlah 40 siswa untuk kelas kontrol dengan metode diskusi. Analisis data menggunakan uji-t, uji-t’, dan persentase retensi. Data hasil perhitungan uji hipotesis retensi kedua kelompok diperoleh nilai thitung sebesar 1,50 sedangkan ttabel pada taraf signifikan 5% dengan derajat kebebasan (dk) = 78 yaitu sebesar 1,69, maka dapat dikatakan bahwa thitung < ttabel. Hal ini menunjukkan bahwa hasil retensi kedua kelompok tidak berbeda nyata.


(5)

ABSTRACT

Siti Amaliah, The Influence Of Cooperative Take and Give In Student Retention For Binomial Nomenclature Jamur Concept (Quasi Experiment in SMA Negeri 1 Pasar Kemis, Tangerang). Thesis, Biology Education Program, Science Education Department, Faculty Of Tarbiya And Teachers Training of UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. The aim of this study was to know the influence of cooperative Take and Give in student retention for binomial nomenclature jamur concept. This research was done at SMA Negeri 1 Pasar Kemis, Tangerang. This study used quasi experiment method with control group pretest-postest design. Sample was taken by using technique of purposive sampling. The first sample was 40 student for the class experiment that used take and give model cooperative. The second sample was 40 student used discuss method for the class control. The use of data analysis was t-test, t’-test, and presentage retention. From the result of data calculation of mean between the two group obtained the value of hipotesis are equel to 1,50 while t-table at the level of significan 5% with degree of fridom (dk)=78 that is equel to 1,69. So it can be said that by t-test < t-table. It showed that the both groups retension result isn’t real significantly different.


(6)

i

KATA PENGANTAR

Puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif tipe Take and Give Terhadap Retensi Siswa dalam Tatanama Ilmiah pada konsep Jamur”.

Penulis menyadari bahwa keberhasilan penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung. Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Dede Rosyada, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Ibu Baiq Hana Susanti, M, Sc., selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Ibu Baiq Hana Susanti, M, Sc., selaku Dosen Pembimbing I atas bimbingan, pengarahan, saran serta dukungan yang berarti kepada penulis selama penyusunan skripsi

4. Ibu Yanti Herlanti, M, Pd., selaku Dosen Pembimbing II atas bimbingan, pengarahan, saran serta dukungan yang berarti kepada penulis selama penyusunan skripsi

5. Bapak Drs. Usep Kusmara, MM., kepala sekolah SMA I Pasar Kemis Tangerang, dan ibu Efi, Spd., guru mata pelajaran biologi, yang telah memberikan ijin untuk penelitian dan menjadi konsultan terbaik selama penelitian

6. Ibu, Bapak, mz Danu, Ilah yang tercinta atas semua kasih sayang, dukungan moril maupun materil serta doa yang selalu menyertai penulis


(7)

ii

7. Siswa-siswi kelas X SMA I Pasar Kemis serta tata usaha SMA I Pasar Kemis 8. Keluarga besar biologi angkatan 2005, khususnya dyan, ca, gustini, dan upik

yang nenberikan doa, dukungan serta sarannya yang berguna dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga segala kebaikan dan pertolongan semuanya mendapat berkah dari Allah SWT. Akhir kata penulis mohon maaf apabila masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan.

Tangerang, Agustus 2011

Penulis


(8)

iii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ABSTRAK

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Perumusan Masalah ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS A. Deskripsi teoritis ... 8

1. Model Pembelajaran Kooperatif ... 8

2. Tekhnik Pembelajaran Take and Give ... 15

3. Retensi (daya ingat)... 17

4. Tatanama Ilmiah... 27

B. Hasil penelitian yang relevan ... 29

C. Kerangka Pikir ... 30

D. Hipotesis Penelitian ... 31

BAB III METODOLOGI A. Tujuan Penelitian ... 32

B. Waktu dan Tempat ... 32

C. Metode dan Desain Penelitian ... 32

D. Populasi dan Sampel ... 33


(9)

iv

F. Instrument Penelitian ... 35

G. Kalibrasi instrumen ... 36

H. Tehnik analisis data ... 38

I. Hipotesis Statistik ... 41

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 43

B. Pengujian Prasyarat Analisis Data ... 46

C. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan ... 51

D. Keterbatasan Dalam Penelitian ... 56

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 57

B. Saran ... 57

DAFTAR PUSTAKA ... 58


(10)

v

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Langkah-langkah berdasarkan komponen Cooperatif Learning ... 12

Tabel 2.2 Langkah-langkah model pembelajaran Cooperatif Learning ... 13

Tabel 3.1 Desain penelitian ... 33

Tabel 3.2 Tehnik pengumpulan data ... 34

Tabel 3.3 Kisi-kisi instrumen Penelitian ... 35

Tabel 3.4 Kriteria daya beda ... 38

Tabel 4.1 Hasil nilai pre tets ... 43

Tabel 4.2 Hasil nilai post test ... 44

Tabel 4.3 Hasil nilai retest ... 44

Tabel 4.4 Hasil rata-rata nilai n-gain dan retensi ... 46

Tabel 4.5 Uji normalitas pre test kelas kontrol ... 46

Tabel 4.6 Uji normalitas post test kelas kontrol ... 47

Tabel 4.7 Uji normalitas retest kelas kontrol ... 47

Tabel 4.8 Uji normalitas pre test kelas eksperimen ... 48

Tabel 4.9 Uji normalitas post test kelas eksperimen ... 48

Tabel 4.10 Uji normalitas retest kelas eksperimen ... 48

Tabel 4.11 Uji homogenitas pre test kedua kelompok ... 49

Tabel 4.12 Uji homogenitas post test kedua kelompok ... 50

Tabel 4.13 Uji homogenitas retest kedua kelompok ... 50

Tabel 4.14 Uji homogenitas n-gain kedua kelompok ... 51

Tabel 4.15 Hasil pengujian hipotesis nilai pre test ... 52

Tabel 4.16 Hasil pengujian hipotesis nilai post test ... 52

Tabel 4.17 Hasil pengujian hipotesis nilai n-gain ... 53


(11)

vi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. RPP Kontrol ... 60

Lampiran 2. RPP Eksperimen ... 67

Lampiran 3. Contoh Kartu... 75

Lampiran 4. Kisi-Kisi Instrumen ... 79

Lampiran 5. Rekapitulasi Analisis Butir Instrumen ... 80

Lampiran 6. Instrumen Penelitian ... 82

Lampiran 7. Kunci Jawaban ... 89

Lampiran 8. Rekapitulasi Nilai kelas kontrol dan eksperimen ... 90

Lampiran 9. Daftar Distribusi Frekuensi ... 93

Lampiran 10. Persiapan Uji Normalitas ... 100

Lampiran 11. Uji Normalitas... 106

Lampiran 12. Uji Homogenitas ... 111


(12)

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Contoh Kartu Metode Take and Give ... 16 Gambar 2.2. Tiga Tahapan Ingatan ... 22 Gambar 2.3. Bagan Kerangka Pikir... 31


(13)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi Sumber Daya Manusia (SDM). Proses pendidikan diimplementasikan melalui lembaga pendidikan formal seperti pendidikan dasar sampai tingkat tinggi. Hal ini sesuai dengan amanat UUD 1945, pendidikan ditujukan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Sebagaimana tertuang dalam fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam UU RI tentang sistem pendidikan nasional pasal 3 No. 20 tahun 2003 dengan bunyi sebagai berikut

”Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk tumbuh kembang potensi anak agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.1

Pembelajaran dapat menjadi sarana untuk mengembangkan potensi anak agar menjadi manusia yang beriman, berakhlak mulia, berilmu, kreatif, dan bertanggung jawab. Keberhasilan pembelajaran siswa dilihat dari perubahan hasil belajar kearah yang lebih baik. Belajar itu sendiri memiliki arti yaitu mencari atau menerima informasi dengan menghafal, mengamati, dan melakukan sehingga terjadi perubahan pada seseorang.

Proses pembelajaran yang diharapkan dari tujuan pendidikan nasional adalah pembelajaran yang aktif. Pembelajaran aktif (active learning) juga dimaksudkan untuk menjaga perhatian siswa agar tetap tertuju pada proses pembelajaran. Pembelajaran aktif yang demikian dapat kita rancang dengan penggunaan berbagai model dan metode pembelajaran yang menarik, sehingga anak tidak cepat bosan, selalu fokus, dan menyenangkan tanpa kehilangan esensi belajar yang sedang berlangsung.

1

Undang-undang RI No. 20 tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: departemen pendidikan nasional RI, 2006), hal.8


(14)

2

Penyampaian informasi dari guru kepada siswa itu terjadi dalam proses belajar mengajar. Adakalanya terjadi kesalahan persepsi saat berlangsungnya proses tersebut karena dalam hal penyampaiannya guru terkadang kurang melakukan proses pembentukan konsep.

Kewajiban sebagai pendidik tidak hanya terfokus pada transfer of knowlegde saja melainkan juga harus dapat mengubah prilaku, memberikan dorongan yang positif sehingga siswa dapat termotivasi, memberikan suasana belajar yang menyenangkan agar siswa dapat berkembang semaksimal mungkin.

Dalam kegiatan pembelajaran tersebut sangat dibutuhkan seorang guru yang berpengetahuan luas dan mempunyai keterampilan dalam mengajar. Keterampilan dapat berupa keterampilan dasar bertanya, keterampilan dasar memberikan reinforcement (penguatan), keterampilan variasi stimulus, keterampilan membuka dan menutup pelajaran dan keterampilan dalam mengelola kelas.2

Dalam melaksanakan peranannya para guru menggunakan berbagai macam metode mengajar. Saat ini strategi yang banyak digunakan oleh guru adalah pembelajaran aktif (active learning) salah satu model active learning adalah Cooperative Learning (CL). Penempatan siswa yang tidak lagi sebagai objek pendidikan menjadikan adanya pergeseran terhadap fungsi dan posisi antara guru dan siswa dalam proses KBM, dimana guru hanya berperan sebagai pengarah dalam membangun potensi siswa sedangkan siswa sebagai pusat pembelajaran (student center).

Biologi merupakan salah satu pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang pada dasarnya sangat menarik untuk dipelajari dan diketahui, karena biologi memberikan pengetahuan dan informasi mengenai seluk beluk makhluk hidup baik hewan, tumbuhan, bahkan makhluk hidup yang sangat renik (tidak dapat dilihat dengan mata telanjang). Tetapi pada umumnya siswa mengalami kesulitan ketika mempelajari tatanama ilmiah di dalam biologi dan

2

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Kompetensi Proses Pendidikan, (Jakarta:Kencana prenada media, 2007), h. 32


(15)

3

bosan ketika guru hanya menerangkan pelajaran biologi secara informatif satu arah tanpa variasi (metode ceramah), sehingga siswa cenderung pasif.

Pada pembelajaran biologi juga mempunyai prinsip mengeksplorasi fakta yang aktual sehingga siswa dapat merespon dan memberikan ruang kepada siswa untuk menganalisa, mengevaluasi, dan menciptakan. Pada pembelajaran ini dibutuhkan pembelajaran yang bersifat student centered.

Pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered) masih kurang diterapkan oleh guru pada proses pembelajaran biologi. Kenyatannya yang terjadi di lapangan masih banyak bersifat teacher centered, yang mana guru bertindak sebagai penyampai informasi dan siswa penerima informasi. Pembelajaran yang demikian kurang mengembangkan pemahaman yang permanen. Pembelajaran yang berpusat pada guru didapatkan hasil bahwa kurang dari 20% dari siswa dapat mengingat apa yang telah disampaikan oleh guru. Mereka terlalu sibuk mencatat dan memasukkan informasi tanpa melalui seleksi ke dalam ingatan mereka.3

Berdasarkan hasil pengamatan dan pengalaman peneliti, pembelajaran yang bersifat teacher center terdapat beberapa kelemahan. Kelemahan tersebut dapat dilihat pada saat berlangsungnya proses pembelajaran di kelas, interaksi aktif antara siswa dengan guru atau siswa dengan siswa jarang terjadi. Siswa kurang terampil menjawab pertanyaan atau bertanya tentang konsep yang diajarkan. Siswa kurang bisa bekerja dalam kelompok diskusi dan pemecahan masalah yang diberikan. Mereka cenderung belajar sendiri-sendiri. Pengetahuan yang didapat bukan dibangun sendiri secara bertahap oleh siswa atas dasar pemahaman sendiri. Karena siswa jarang menemukan jawaban atas permasalahan atau konsep yang dipelajari. Setelah dilakukan evaluasi terhadap hasil belajar siswa ternyata dengan pendekatan pembelajaran yang bersifat teacher center hasil belajar siswa dirasa belum maksimal.

Dalam mata pelajaran biologi terdapat materi yang didalamnya berisi dengan bahasa-bahasa yang pada umumnya siswa sulit untuk melafalkan dan

3

Taufik rahman, Peranan Pertanyaan Terhadap Kekuatan Retensi Dalam Pembelajaran Sains Pada Siswa SMU. Tersedia di http://educare.e-fkipunla.net/index.php/option.com.


(16)

4

mengingatnya. Bahasa tersebut merupakan bahasa latin atau nama-nama ilmiah dan biasa dikenal dengan istilah Binomial Nomenklatur (tatanama ilmiah).

Dalam mata pelajaran biologi, pengetahuan tentang tatanama ilmiah sangatlah penting, karena mata pelajaran biologi tidak terlepas dari tatanama ilmiah yang bahasa serta tulisannya tidak mudah untuk pelafalannya bahkan sulit untuk diingat siswa. Selain itu juga pentingnya pengetahuan tentang tatanama ilmiah dimaksudkan agar dapat mempermudah siswa untuk mengenal dan mengetahui berbagai istilah asing dan memudahkan siswa menunjuk suatu spesies dan mendeskripsikan karakteristik khusus dari tumbuhan itu sendiri. Namun pada kenyataannya siswa malah menjadi malas untuk mempelajarinya yang akhirnya hanya dapat tersimpan di Short Term Memory (ingatan jangka pendek) saja. Sedangkan tujuan dari proses pembelajaran itu adalah tidak hanya sampai pada Short term memory melainkan tertanam pada Long term memory siswa.

Agar tujuan dari proses pembelajaran dapat tercapai, perlu disusun suatu pendekatan dalam pembelajaran yang lebih komprehensip dan dapat mengaitkan materi teori dengan kenyataan yang ada di lingkungan sekitarnya. Selain itu pembelajaran dapat mengaktifkan siswa, dan dapat memperpanjang ingatan siswa terhadap materi yang telah diajarkan. Hal yang paling penting dalam pendidikan adalah memasukkan informasi yang berguna, keterampilan, dan sikap ke dalam pikiran siswa dengan cara apapun, sehingga siswa dapat mengingat kembali pengetahuan yang telah mereka simpan jika mereka membutuhkan. Atas dasar dari tujuan pembelajaran, maka penulis mengembangkan model kooperatif dalam pembelajaran dengan tipe take and give. Dengan memberikan pembelajaran yang aktif seperti tipe take and give ini pada anak didik dapat membantu ingatan (memory) mereka, sehingga mereka dapat dihantarkan kepada tujuan pembelajaran dengan sukses.

Model pembelajaran kooperatif tipe take and give adalah suatu tipe pembelajaran yang mengajak siswa untuk saling berbagi mengenai materi yang disampaikan oleh guru dengan kata lain tipe ini melatih siswa terlibat


(17)

5

secara aktif dalam menyampaikan materi yang mereka terima ke teman atau siswa yang lain secara berulang-ulang.4 Selain itu juga tipe take and give merupakan tipe pembelajaran yang memiliki tujuan untuk membangun suasana belajar yang dinamis, penuh semangat, dan antusiasme, serta menciptakan suasana belajar dari pasif ke aktif, dari jenuh menjadi riang, serta mempermudah siswa untuk mengingat materi. Tipe take and give ini diarahkan agar tujuan belajar dapat dicapai secara efisien dan efektif dalam suasana yang gembira meskipun membahas hal-hal yang sulit dan berat.

Model kooperatif tipe take and give akan diterapkan pada materi jamur, materi ini merupakan materi yang cukup sulit karena pada materi ini banyak istilah-istilah khususnya nama-nama ilmiah dari bahasa-bahasa latin yang masih terdengar asing. Kebanyakan siswa sulit untuk mengingat bahasa-bahasa latin dari materi tersebut. Sekalipun siswa dapat mengingat namun hanya bertahan sementara, hal inilah yang menyebabkan siswa menjadi bosan dan malas untuk mempelajarinya. Khususnya pada siswa-siswi SMA NEGERI 1 Pasar Kemis ini merasa kesulitan dalam hal mengingat bahasa-bahasa latin yang ada pada materi jamur, urutan taksonomi,serta ciri-ciri dari jamur tersebut. Bagi siswa, bahasa latin adalah bahasa yang terdengar asing, sehingga siswa kurang mengerti apa arti dari bahasa tersebut. Begitu pula tingkatan takson dari kingdom hingga spesies membingungkan mereka, pada akhirnya hasil belajar pun kurang memuaskan bagi guru dan siswa itu sendiri.

Model pembelajaran kooperatif tipe take and give diharapkan siswa mudah mengingat dan tidak mudah lupa pada materi pelajaran khususnya nama latin dari jenis-jenis jamur. Model pembelajaran kooperatif tipe take and give menggunakan pengingat-pengingat visual, seperti gambar, ciri-ciri, dan warna-warni. Dengan penggunaan media visual, siswa dapat melihat langsung bagaimana morfologi dari tumbuhan jamur dengan tanpa berimajinasi, sehingga suasana belajar lebih menarik. Kemudian melalui penjelasan makna atau arti nama-nama latin pada tumbuhan, siswa dapat memahami bahwa

4

Dede Rusmawati, Perbedaan Hasil Belajar Siswa yang Proses Pembelajarannya Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Take and Give Dengan Tipe Make a Match pada Subkonsep Alat Indra Manusia.(Tasik Malaya, 2009), hal 78


(18)

6

nama-nama latin mengandung arti untuk mendeskripsikan karakteristik khusus dari tumbuhan itu sendiri. Dengan demikian, penelitian diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi jamur.

Adapun indikator yang harus dicapai pada materi ini, diantaranya adalah siswa dapat menjelaskan ciri-ciri umum jamur, menyebutkan pengelompokkan jamur, memberikan ciri-ciri setiap anggota divisi kingdom fungi beserta contohnya, mengetahui tingkatan taksonomi dari jenis-jenis jamur, menyebutkan peranan jamur bagi kehidupan, dan mendeskripsikan cara reproduksi setiap divisi pada kingdom fungi. Agar indikator-indikator tersebut dapat tercapai dengan baik dan diharapkan siswa memiliki daya ingat yang tinggi, dan dapat mengatasi kesulitan tersebut dengan menggunakan model pembelajaran serta metode pembelajaran yang membantu.

Berdasarkan data-data di atas, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Take and Give Terhadap Retensi Siswa dalam Tatanama Ilmiah pada konsep Jamur”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang ada, maka identifikasi masalah sebagai berikut:

1. Terjadi kesalahan persepsi saat berlangsungnya KBM 2. Metode pembelajaran yang monoton

3. Dalam proses kegiatan belajar mengajar masih bersifat teacher center yang mengakibatkan siswa menjadi pasif

4. Kesulitan siswa dalam mengingat binomial nomenclatur (tatanama ilmiah) pada materi jamur.

C. Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya ruang lingkup dan keterbatasan waktu, agar pembahasan tidak menyimpang dari pokok permasalahan, maka penulis membatasi masalah hanya pada :


(19)

7

1. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran kooperatif tipe take and give

2. Konsep jamur dibatasi pada tatanama ilmiah

D. Perumusan Masalah

Perumusan masalah dalam skripsi ini adalah “ Bagaimana pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe take and give terhadap retensi dalam tata nama ilmiah siswa pada konsep jamur?.”

E. Manfaat Penelitian

Dengan penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk : 1. Bagi sekolah

Sebagai sumbangan pikiran bagi guru khususnya bidang studi biologi pada sub pokok bahasan tata nama ilmiah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe take and give.

2. Bagi mahasiswa

Sebagai bahan masukan bagi mahasiswa FITK pada umumnya dan jurusan IPA pada khususnya untuk menambah wawasan tentang eksperimen model pembelajaran di sekolah. Dan bagi siswa dapat memotivasi dan memudahkan dalam mengingat tata nama ilmiah

3. Bagi peneliti

Sebagai sarana untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh selama duduk di bangku kuliah


(20)

8

BAB II

DESKRIPSI TEORETIS, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teoretis

1. Model Pembelajaran Kooperatif

1.1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran merupakan salah satu unsur yang ikut membangun iklim kelas, termasuk kreativitas siswa dan pencapaian hasil belajar. Oleh karena itu guru harus memiliki kompetensi mengajar, paling tidak memiliki pemahaman dan penerapan secara taktis berbagai model belajar mengajar serta hubungannya dengan belajar selain kemampuan professional lainnya yang menunjang. Terkadang bagi seorang pendidikpun dalam menentukan model pembelajaran yang dianggap paling tepat untuk menyampaikan suatu konsep pembelajaran merupakan suatu hal yang sulit, karena setiap model pembelajaran masing-masing

Kegiatan pembelajaran selama ini di kelas-kelas hampir seragam, dan lebih mengutamakan bagaimana cara mengisi pikiran siswa bukan pada bagaimana cara menata berpikir, sehingga menjadi pasif dan tidak ada kerja sama antar siswa bahkan antar guru dan siswa, akibatnya siswa kehilangan kemampuan dirinya (self-relience), toleransi terhadap perbedaan pendapat dan pengambilan keputusan yang bertangggung jawab. Untuk menjawab itu semua, model pembelajaran yang harus dikembangkan adalah model pembelajaran yang berbasis kepada siswa atau keaktifan dan kreativitas siswa, yaitu pendekatan pembelajaran yang memandang siswa sebagai subjek belajar yang dinamis sedangkan guru hanya berfungsi sebagai fasilitator. Situasi ini dapat dilakukan dengan mengembangkan dan mengaplikasikan pembelajaran kooperatif (CooperativeLearning).


(21)

9

Model pembelajaran coperative learning beranjak dari dasar

pemikiran ”getting better together”, yang menekankan pada pemberian kesempatan belajar yang lebih luas dan suasana yang kondusif kepada siswa untuk memperoleh dan mengembangkan pengetahuan, sikap, nilai, serta keterampilan-keterampilan sosial yang bermanfaat bagi kehidupannya di masyarakat.

Melalui model ini, siswa bukan hanya belajar dan menerima apa yang disajikan guru dalam KBM, melainkan bisa juga belajar dari siswa lainnya, dan sekaligus mempunyai kesempatan untuk membelajarkan siswa lain.1

Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah yang kompleks serta memberikan sebuah cara bagi siswa untuk mempelajari keterampilan hidup antarpribadi yang penting dan mengembangkan kemampuan untuk bekerja secara kolaboratif dan bersama-sama.2 Jadi dalam pembelajaran

kooperatif aspek utamanya adalah ”together is better”. Selama belajar secara kooperatif siswa diajarkan keterampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik dengan kelompoknya, seperti menjadi pendengar aktif, memberikan penjelasan kepada teman sekelompok dengan baik, berdiskusi, dan sebagainya. Selama bekerja dalam kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan guru dan saling membantu diantara teman sekelompok.3

Metode pembelajaran kooperatif disebut juga metode pembelajaran gotong royong. Ironisnya model pembelajaran kooperatif belum banyak diterapkan dalam pendidikan, walaupun orang Indonesia sangat

1

Wina sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Kencana Prenada Media, 2010), hal.244

2

Ibid, hal. 245 3

Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. (Jakarta:Prestasi Pustaka, 2007), hal. 41


(22)

10

membanggakan sifat gotong royong dalam kehidupan bermasyarakat. Kebanyakan pengajar enggan menerapkan sistem kerja sama di dalam kelas karena beberapa alasan. Alasan yang utama adalah kekhawatiran bahwa akan terjadi kekacauan di kelas dan siswa tidak belajar jika mereka ditempatkan dalam grup. Selain itu, banyak orang mempunyai kesan negatif mengenai kegiatan kerja sama atau belajar dalam kelompok.

Untuk pembelajaran kooperatif dalam pembentukan kelompoknya terdapat ciri khas yaitu anggota kelompoknya bersifat heterogen. Pada dasarnya manusia senang berkumpul dengan sepadan dan membuat jarak dengan yang berbeda. Namun pengelompokkan dengan orang lain yang sepadan dan serupa ini dapat menghilangkan kesempatan anggota kelompok untuk memperluas wawasan dan memperkaya diri, karena dalam kelompok homogen tidak terdapat banyak perbedaan yang dapat mengasah proses berfikir, bernegosiasi, berargumentasi, dan berkembang.

1.2. Ciri-Ciri Model Pembelajaran Kooperatif

Dalam model pembelajaran kooperatif terdapat ciri-cirinya, sebagai berikut :

a) Siswa belajar dalam kelompok kecil, untuk mencapai ketuntasan belajar,

b) Kelompok dibentuk siswa dari yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah

c) Diupayakan agar dalam setiap kelompok siswa terdiri dari suku, ras, budaya, dan jenis kelamin yang berbeda

d) Penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok dari pada individual4

4

Drs.H.Martinis Yamin,M.Pd, Taktik Mengembangkan Kemampuan Individual Siswa. (Jakarta: Gaung Persada Press). 2008. hal 74 - 75


(23)

11

Menurut Johnson dan Johnson (1984) dan Hilke (1990) mengemukakan ciri-ciri pembelajaran kooperatif adalah :

a) Terdapat saling ketergantungan yang positif diantara anggota kelompok

b) Dapat dipertanggungjawabkan secara individu c) Heterogen

d) Berbagi tanggung jawab

e) Menekankan pada tugas dan kebersamaan f) Membentuk keterampilan sosial

g) Efektivitas belajar tergantung pada kelompok

belajar jika pada tugas danmbentuk keterampilan so 1.3.Tujuan model pembelajaran kooperatif

Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang berlatar belakang berbeda. Selain itu jga pembelajaran kooperatif memiliki tujuan anatara lain dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, meningkatkan motivasi belajar siswa, menumbuhkan sikap saling menghormati dan bekerja sama, menimbuhkan sikap tanggung jawab, meningkatkan rasa percaya diri, dapat belajar memecahkan masalah dengan cara yang lebih baik.

Para ahli telah menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik, unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit, dan membantu siswa menumbuhkan kemampuan berpikir siswa.5

5


(24)

12

1.4.Langkah-langkah pembelajaran kooperatif

Agar model pembelajaran ini berjalan lebih kooperatif maka sebagai petunjuk tahap yang harus dilakukan berdasarkan komponen pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1. Langkah-langkah berdasarkan komponen cooperativ learning6

No Tahap-tahap Kegiatan

1. Memilih tugas-tugas yang tepat

Guru memberikan tugas pada kelompok yang sesuai dengan tujuan yang dicapai dalam pembelajran. Misalnya, pada materi jamur terdapat bahasa-bahasa yang banyak siswa susah untuk melafalkan dan mengingatnya, serta ciri-ciri dan klasifikasi, maka harus diberikan suatu tugas yang berisikan tentang ciri-ciri, klasifikasi, serta pencantuman nama ilmiah dari jenis jamur.

2. Menentukan Ketergantungan Positif

Tugas-tugas dikerjakan secara bersama-sama. Dan hasil dari pekerjaannya adalah sebuah refleksi dari semua kontribusi anggota tim.

3. Memfasilitasikan kerjasama kooperatif

Guru membimbing pembentukan

kelompok-kelompok belajar. 4. Memberikan interaksi

promotif langsung

1. Guru memberikan informasi tentang materi apa yang akan dipelajari, tujuan dari pembelajaran, serta penghargaan bagi kelompok yang memilki nilai tinggi.

5. Menentukan

akuntabilitas individu dan kelompok

Fasilitator seharusnya mengembangkan:

2. cara untuk mengevaluasi kinerja individual dan pekerjaan kelompok.

3. menyampaikan bagaimana pekerjaan kelompok akan dinilai.

6

Ahmad Noor Fatirul, Drs. ST. M.Pd.Cooperative Learning.(Malang: Universitas Negri Malang)


(25)

13

4. Evaluasi kelompok bisa merupakan skor-skor individual.

6. Menilai pekerjaan tugas dan kerjasama

Waktu harus diberikan pada anggota-anggota kelompok kecil untuk membahas prosesnya, mungkin pada akhir pertemuan kelompok. Anggota tim menjelaskan

1. Tujuan pertemuan.

2. Dimana mereka menyelesaikan tujuan,

3. Apa yang dikerjakan dengan baik dan apa yang akan dikerjakan secara berbeda

4. Membuat rencana untuk memasukkan

umpanbalik

Pendapat lain mengungkapkan terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam pelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif, yaitu :

Tabel 2.2. Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif7

Fase Tingkah laku guru

Fase-1

Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar

Fase-2

Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan. Fase-3

Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok kooperatif

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien

Fase-4

Membimbing kelompok

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka

7


(26)

14

bekerja dan belajar Fase-5 Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya Fase-6

Memberikan penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok

1.5.Variasi atau macam-macam model pembelajaran kooperatif

Dalam pembelajaran kooperatif terdapat beberapa variasi diantaranya adalah:

a) Mencari Pasangan (make a match), dikembangkan oleh Lorna Curran (1994)

b) Bertukar Pasangan

c) Berpikir – Berpasangan – Berempat, dikembangkan oleh Frank Lyman (Think - Pair - Share) dan Spencer Kagan Think - Pair – Square) d) Berkirim Salam dan Soal

e) Kepala Bernomor (Numbered Heads), dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992).

f) Kepala Bernomor Terstruktur

g) Dua Tinggal Dua Tamu (Two Stay Two Guests), dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992).

h) Take and give i) Keliling Kelas

j) Lingkaran Kecil Lingkaran Besar k) Tari Bambu


(27)

15

2. Model pembelajaran Kooperatif tipe Take and Give

Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered).

Pada pembelajaran teacher centered dalam proses belajar mengajarnya hanya berkutat pada metode ceramah. Penggunaan metode ceramah saja siswa akan merasakan kebosanan dalam mengikuti pelajaran. Oleh karena itu sebagai guru harus dapat menyiasati kebosanan siswa dengan menggunakan berbagai metode dan model dalam pembelajaran yang disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan. Dengan begitu siswa akan lebih aktif dan tidak jenuh dengan model yang itu-itu saja.

Sedangkan pembelajaran student centered dapat menjadikan siswa lebih aktif dan tidak jenuh. Dalam prakteknya, kita (guru) harus ingat bahwa tidak ada model pembelajaran yang paling tepat untuk segala situasi dan kondisi. Oleh karena itu, dalam memilih model pembelajaran yang tepat haruslah memperhatikan kondisi siswa, sifat materi bahan ajar, fasilitas media yang tersedia, dan kondisi guru itu sendiri.

Model pembelajaran yang dapat memperkecil kebosanan siswa yaitu dengan model permainan (games), yang dikenal dengan sebutan antara lain pemanasan (ice-breaker) atau penyegaran (energizer).

Model pembelajaran kooperatif tipe take and give adalah suatu model pembelajaran yang mengajak siswa untuk saling berbagi mengenai materi yang akan dan sedang disampaikan oleh guru. Dengan kata lain model ini melatih siswa terlibat secara aktif dalam menyampaikan materi yang


(28)

16

mereka terima ke teman atau siswa yang lain secara berulang-ulang.8 Dalam proses pembelajarannya, model pembelajaran kooperatif tipe take and give dibantu dengan menggunakan media pembelajaran berupa kartu yang berisi materi yang akan dipelajari. Dibawah ini adalah contoh kartu yang digunakan peneliti dalam model pembelajaran kooperatif tipe take and give pada penelitian ini.

Kingdom : Divisi : Ordo : Famili : Klass : Genus : Ustilago maydis

Ciri-ciri

 Habitat :

 Reproduksi : a. seksual b. aseksual

 Peran :

Kingdom : Divisi : Ordo : Famili : Klass : Genus : Amanita muscaria

Ciri-ciri

 Habitat :

 Reproduksi : a. seksual b. aseksual

 Peran :

Gambar 2.1. Contoh Kartu yang digunakan dalam Model Pembelajaran Kooperatif tipe take and give

Dalam tipe ini siswa diberi kartu untuk dihapal sebentar kemudian mencari pasangan untuk saling menginformasikan, selanjutnya siswa diberi pertanyaan sesuai dengan kartunya. Pada tipe ini memiliki tujuan untuk membangun suasana belajar yang dinamis, penuh semangat, dan antusiasme, serta menciptakan suasana belajar dari pasif ke aktif, dari jenuh menjadi riang. Model ini diarahkan agar tujuan belajar dapat dicapai secara efisien dan efektif dalam suasana yang gembira meskipun membahas hal-hal yang sulit dan berat.

8

Dede Rusmawati, Perbedaan Hasil Belajar Siswa yang Proses Pembelajarannya Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Take and Give Dengan Tipe Make a Match pada Subkonsep Alat Indra Manusia. (Tasik Malaya, 2009), hal. 8

Kelompok I


(29)

17

Kegiatan dalam model pembelajaran kooperatif tipe take and give ini yaitu9 :

1. Buat kartu ukuran sesuai dengan materi yang akan disampaikan 2. Siapkan kelas sebagaimana mestinya

3. Guru menginformasikan kompetensi, dan sajian materi yang akan disampaikan

4. Guru membagi siswa kedalam beberapa kelompok. Tiap-tiap kelompok terdiri dari beberapa orang

5. Guru memberikan kartu yang berisi materi kepada masing-masing kelompok

6. Untuk memantapkan peserta, semua siswa disuruh berdiri dan mencari pasangan untuk saling menginformasikan materi sesuai kartu masing-masing tanpa membawa kartu. Tiap siswa harus mencatat nama pasangannya pada kartu kontrol. Demikian seterusnya sampai tiap peserta dapat saling memberi dan menerima materi masing-masing (take and give) 7. Untuk mengevaluasi keberhasilan, berikan siswa pertanyaan yang sesuai

dengan kartunya (kartu orang lain) 8. Kesimpulan

Adapun kelebihan dari metode ini adalah dilatih memahami materi dengan mudah dan praktis, sedangkan kekurangannya adalah tidak efektif dan terlalu bertele-tele.10 Model pembelajaran kooperatif tipe take and give ini dapat dimodifikasi sesuai dengan keadaan.

3. Retensi (daya ingat)

Ingatan adalah jantung dari fungsi intelektual manusia sehingga ia berada di mana-mana dalam model pengolahan informasi. Tanpa ingatan seseorang tidak dapat secara lengkap menikmati hidup ini, tidak dapat

9

Hanafiah,dkk, Konsep Strategi Pembelajaran. (Bandung: PT Refika Aditama, 2009), hal. 53-54

10


(30)

18

berfungsi bahkan dalam situasi yang paling sederhana, dan tidak dapat berkomunikasi secara koheren dengan orang lain.11

Retensi adalah kemampuan siswa menyimpan konsep dalam memorinya. Untuk retest dilakukan setelah dua minggu pembelajaran berhenti. Skor retensi dihitung dengan cara membagi skor retest dengan post test, kemudian dikalikan dengan 100.12

Segala macam belajar melibatkan ingatan. Keseluruhan proses pengamatan yang dialami manusia dalam dunia persepsi diwarnai bukan hanya oleh situasi stimulus yang didapat melalui proses pengamatan tersebut. Dalam komunikasi intrapersonal, memory memegang peranan penting dalam mempengaruhi baik persepsi maupun berpikir, tanpa ingatan kita tidak dapat merefleksikan diri kita sendiri, karena pehaman diri tergantung pada suatu kesadaran yang berkesinambungan yang hanya dapat terlaksana dengan adanya ingatan. Singkatnya, bila kita memikirkan apa makna menjadi manusia, kita harus mengakui bahwa ingatan adalah pusat segalanya.13 Untuk mengingat sesuatu manusia harus berhasil melakukan 3 hal yaitu mendapatkan informasi, menyimpannya dan mengeluarkan kembali (memanggil kembali). Kegagalan dalam mengingat sesuatu dapat disebabkan karena gangguan pada salah satu dari ke 3 proses tersebut. Dalam usaha untuk memahami memori tersebut, Carlson dan bulkist mendefinisikan bahwa memory ialah proses kognitif yang mencakup aspek-aspek enconding, storange, dan retrieval.14

Secara neurobiologi pada proses belajar dan ingatan terdapat 4 prinsip dasar,15 yaitu:

11

http://bintangbangsaku.com/artikel/2008/06/ingatan.html 12

Yanti herlanti, tesis dengan judul : Kontribusi Wacana Multimedia Terhadap Pemahaman dan Retensi Siswa. Dosen jurusan IPA fakultas tarbiyah dan keguruan UIN Jakarta.2005

13

Rita L Atkinson, dkk. Pengantar psikologi I. (Jakarta:erlangga, 1983), hal. 134 14

Abdul Rahman Shaleh, Psikologi Suatu Pengantar Dalam Prespektif Islam (Jakarta:Kencana Prenada Media Grup, 2008), hal 140

15

Iskandar Japardi, Learning And Memory. Tersedia di http://library.usu.ac.id/download/fk/bedah-iskandar%2ojapardi18.pdf. Hal 2


(31)

19

a. Ingatan mempunyai beberapa tahap dan selalu berubah

b. Ingatan jangka panjang akan terjadi perubahan fisik pada otak c. Jejak ingatan didistribusikan diseluruh sistem saraf

d. Hipokampus dan lobus temporalis kelihatannya mempunyai fungsi yang unik dalam proses ingatan manusia.

Proses belajar dan mengingat merupakan hal yang rumit, sirkuitnya berbeda- beda tergantung dari macamnya tingkat belajar dan tingkatan makhluk yang mempelajarinya. Lama penyimpanannya bervariasi tergantung dari tingkat penyimpanannya (jangka pendek atau jangka panjang).

Ada beberapa langkah yang termasuk kedalam proses belajar dan mengingat, yaitu :

1. Pertama, informasi msuk ke otak melalui sumber-sumber yang beraneka macam. Dalam situasi belajar-membaca, informasi masuk terutama melaui kegiatan membaca dan mendengar.

2. Kedua, informasinya itu salah satunya dibuang atau diingat sesaat. Mengingat sesaat disebut memori jangka pendek. Kemudian informasi dalam jangka pendek salah satunya juga ada yang dibuang dan dilupakan, atau disampan kedalam ingatan yang permanen. Ingatan yang permanen itu disebut memori jangka panjang. Apapun yang ingin anda ingat lebih dari sekadar mengingatnya sesaat harus disimpan dalam memori jangka panjang. Untuk meletakkan informasi dalam memori jangka panjang itu perlu anda pelajari.

Hal penting dalam pendidikan adalah memasukkan informasi yang berguna, keterampilan, dan sikap kedalam pikiran siswa dengan cara apapun, sehingga siswa dapat mengingat kembali pengetahuan yang telah mereka simpan jika mereka membutuhkan. Terdapat dua implikasi pendidikan yang penting dari adanya kesan panca indera atau sensory register. Pertama, siswa harus menaruh perhatian pada informasi jika mereka ingin tetap mempertahankannya; Kedua, memerlukan waktu untuk


(32)

20

membawa semua informasi yang dilihat untuk dimasukkan kedalam kesadaran.

a. Peranan Daya Ingat (Retensi) Dalam Pembelajaran Sains

Retensi atau ingatan terhadap pengetahuan yang dipelajari merupakan faktor yang penting dalam suatu pembelajaran sains contohnya biologi. Retensi erat hubungannya dengan belajar. Hal ini didukung oleh pernyataan yang dikemukakan oleh James Dese bahwa jika tidak ada retensi, maka proses belajar siswa tidak berlangsung dengan baik dan sebaliknya jika tidak belajar maka tidak akan ada retensi.16Dalam mempelajari sains biologi, misalnya pada materi jamur banyak hal yang perlu dipahami dan diingat. Pada materi ini terdapat banyak nama ilmiah dari macam-macam spesies jamur yang kebanyakan siswa sulit menghafalnya. Dengan demikian aspek retensi disini sangatlah diperlukan.

Banyak penelitian yang telah dilakukan oleh para ahli pendidikan yang berkaitan dengan retensi, diantaranya membuktikan bahwa kita menyimpan banyak ingatan terhadap apa yang telah dipelajari di sekolah. Retensi dan lupa merupakan dua istilah yang tidak dapat dipisahkan. Retensi mengacu pada tingkat dimana materi yang telah dipelajari masih melekat dalam ingatan, sedangkan lupa mengacu pada porsi ingatan yang hilang. Sehingga dapat dikatakan bahwa jumlah yang dilupakan sama dengan jumlah yang telah dipelajari dikurangi dengan ingatan yang masih tersimpan.17

Ilmuwan yang pertama kali meneliti tentang ingatan dilakukan oleh Ebbinghaus. Dia berusaha untuk mempelajari bagaimana ingatan berkembang sehingga dapat dilakukan kontrol ilmiah terhadap variabel-variabel yang sebelumnya tidak terpisah dari ingatan. Eksperimen Ebbinghaus yang melibatkan penggunaan nonsense syllables, nonword, three-letter consonant-vowel-consonant sequences

16

Taufik rahman, Peranan Pertanyaan Terhadap Kekuatan Retensi Dalam Pembelajaran Sains Pada Siswa SMU. Tersedia di http://educare.e-fkipunla.net/index.php/option.com.

17 Ibid


(33)

21

menemukan bahwa istilah-istilah tak berarti (nonsense syllables) akan cepat dilupakan. Ebbinghaus mengulang daftar kata-kata tersebut dan mencoba untuk melakukan recall setelah 20 menit, satu jam, 8-9 jam, satu hari, dua hari, 6 hari, dan 31 hari. Hal-hal ini adalah pengaruh dari panjang daftar pada waktu belajar, pengaruh latihan pada belajar, dan pembelajaran dan ingatan atas hal-hal yang disusun secara serial.18

Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Ebinghaus adalah kurva retensi yang menunjukkan bahwa retensi dapat berkurang dengan cepat setelah interval waktu tertentu dan lupa atau berkurangnya retensi ini dapat terjadi beberapa jam pertama setelah proses belajar berlangsung.19 Retensi merupakan salah satu fase dalam tahapan belajar. Dalam tahap ini retensi merupakan proses penyimpanan pemahaman dan perilaku baru yang diperoleh setelah mengalami proses acquisition (fase menerima informasi).

b. Tahapan Memori

Para ahli psikologi membuat dua perbedaan dasar mengenai ingatan/memori. Yaitu mengenai tahapan ingatan, dan mengenai dua jenis ingatan. Adapun tahapan memori yaitu encoding (perekaman), storage (penyimpanan), dan retrieval (pemanggilan).

Encoding (perekaman) merupakan aktivitas pemberian kode atau tanda-tanda yang mengesankan kepada sistem memorial untuk kemudian diubah sedemikian rupa menjadi bentuk informasi yang diterima oleh sensori register dan proses memori. Storage (penyimpanan) merupakan proses memelihara yang telah diterima untuk disimpan didalam memori. Retrieval (pemanggilan) merupakan proses untuk mengenali jejak dan lokasi penyimpanan memori (memory traches), memanggilnya kemmbali pada memori permukaan di otak untuk kemudian menggunakan informasi tersebut pada saat dibutuhkan.

18

Bintangbangsaku, Op.cit, 19


(34)

22

Memasukan dalam ingatan mempertahankan dalam ingatan memperoleh dari ingatan

Gambar 2.2. Tiga Tahapan Ingatan

Jika terjadi kegagalan dalam proses pemanggilan maka terjadi proses yang disebut dengan lupa. Mengapa kita lupa? Secara umum ada 4 alasan mengapa kita lupa :

1) Motif

Memainkan peranan penting dalam penyimpanan daya ingat, motif mengingat hal-hal tertentu adalah minat. Minat merupakan faktor paling penting jika kita ingat pada hal-hal tertentu. Jika ada peristiwa yang menarik.

2) Pembangkitan daya ingat

Pembangkitan daya ingat tentang peristiwa masa lalu membantu meningkatkan daya ingat kita, sehingga orang perlu mengingat kembali peristiwa itu secara teratur agar daya ingatnya segar kembali. Daya ingat manusia akan selalu menyimpan pengalaman dan gagasan segar.

3) Gangguan

Kadang-kadang ketika kita sedang mengerjakan tugas, ada hal yang mengganggu kita yang menyebabakan kita menjadi lupa 4) Penekanan

Daya ingat kita mempunyai sejenis pengungkit yang membantu kita melupakan banyak hal yang kita inginkan. Kadang-kadang ketika mengalami banyak masalah hidup, ingatan orang menjadi menurun.

c. Jenis-Jenis Ingatan

1) Ingatan Jangka Pendek(Short Term Memory)

Ingatan jangka pendek adalah suatu proses aktif yang berlangsungnya terbatas, tidak meninggalkan bekas. Dalam menerima

Penyusunan kode penyimpanan Pengingatan


(35)

23

informasi otak manusia menjalankan prosedur penerimaan informasi, pengalaman atau pengetahuan yang diterima pertama kali disimpan pada ingatan jangka pendek, ingatan jangka pendek ini menerima dan menseleksi informasi tersebut untuk dibuang atau disimpan. Jika kita berhenti tentang sesuatu, informasi itu akan hilang dari ingatan jangka pendek kita. Satu cara untuk menyimpan informasi kedalam ingatan jangka pendek adalah berpikir tentang informasi itu atau mengatakan berulang-ulang.

Bentuk belajar jangka pendek yang paling sederhana disimpan dalam perubahan fisik dalam reseptor perifer yang sifatnya sementara. Riset tentang penyimpanan jangka pendek menunjukkan bahwa orang dengan mudah akan melupakan sesuatu atau materi yang pernah diindera setelah rentang kira-kira 30 detik, kecuali banyak dilatih. Kira-kira tujuh kelompok informasi dapat diproses dalam keadaan bias dan bila semakin banyak dilatih, maka memory span akan dapat ditingkatkan hingga 80 detik.20

Suatu pemrosesan informasi meliputi bagaimana informasi itu dikodekan, ditransformasikan, diasosiasikan, disimpan, dijaga, ditimbulkan lagi, dan dilupakan. Informasi di short term memory (STM) atau ingatan jangka pendek dikodekan secara akustik dan dapat disimpan dalam bentuk suara, arti, dan penampilan fisik. Kendatipun dalam keadaan dimana kita harus mengingat informasi untuk beberapa detik saja dan informasinya mungkin masih dalam keadaan aktif, ingatan tetap mencakup tiga tahapan.

2) Ingatan Jangka Panjang (Long Term Memory)

Ingatan jangka panjang meliputi informasi yang telah disimpan dalam ingatan dengan rentang waktu beberapa menit atau sepanjang hidup (kenang-kenangan seorang dewasa tentang masa

20


(36)

24

kanaknya).21 Ingatan jangka panjang dapat menyimpan informasi mulai dari beberapa menit sampai beberapa tahun. Kapasitas simpanan hampir tidak terbatas. Informasi yang disimpan di sini sudah berupa kesan atau konsep. Pada ingatan jangka panjang mudah terjadi kekeliruan dalam pengingatan kembali.

Kemampuan seseorang untuk berhubungan dengan kejadian lalu dan menggunakan informasi itu untuk memahami kejadian saat ini merupakan fungsi dari LTM. Dalam pengertian, LTM memungkinkan seseorang untuk hidup dalam dua dunia secara stimulan (masa lalu dan masa sekarang) dan selanjutnya memungkinkan seseorang untuk memahami laju tak terbendung dari pengalaman saat itu. Ciri yang paling membedakan LTM adalah peragaman atas kode, abstraksi informasi, srtuktur, kapasitas, dan kepermanenannya.22 Informasi di dalam LTM dengan jelas dikodekan secara akustik, visual, dan semantik.

Hal ini disebabkan karena banyak informasi yang tersusun didalam ingatan jangka panjang. Selain itu terdapat faktor yang berpengaruh terhadap penyimpanan informasi di memori jangka panjang, yaitu : a) Untuk keselamatan hidup

Informasi yang memiliki nilai penting untuk keselamatan hidup akan segera disimpan dalam memori jangka panjang sehingga daya ingat kita menjadi sangat tinggi. Contohnya saja kita tentu tidak akan setiap hari harus belajar bahwa memegang setrika yang panas aka mengakibatkan kita menjadi luka. Informasi seperti ini cukup satu kali saja dipelajari, karena akan langsung tersimpan dalam memori jangka panjang.

b) Jika informasi atau pengalaman memiliki muatan emosi yang kuat, hal ini akan mengaktifkan amydala (bagian dari system limbic (otak mamalia)). Amygdala ini berhubungan dengan semua jenis

21

Rita L Atkinson, dkk, Pengantar Psikologi I.(Jakarta:Erlangga, 1983), hal 341-355 22


(37)

25

pengalaman yang bermuatan emosi, baik itu emosi positif ataupun negatif.23

d. Faktor yang mempengaruhi kinerja ingatan

Faktor yang mempengaruhi kinerja ingatan, diantaranya adalah : 1) Faktor usia

Kebanyakan orang merasakan perubahan daya ingat saat mereka bertambah usia. Hal ini alami karena saat kondisi tubuh kita mulai menurun kinerja otak juga demikian, hal ini terutama mempengaruhi ingatan jangka pendek. Grafik menunjukkan bahwa orang dewasa yang lebih tua membuat lebih banyak kesalahan ingatan dibanding yang lebih muda. Ingatan aktif mereka cenderung menurun lebih dulu karena lobus depan otak merupakan bagian pertama yang melemah.

2) Faktor fisik

Berkurangnya pendengaran dan penglihatan dapat mempengaruhi fungsi ingatan karena kedua penurunan tersebut menghambat penyerapan informasi secara efektif dan efisien.

3) Faktor makanan

Makanan yang dikonsumsi merupakan nutrisi yang diperlukan oleh tubuh. Pola makanan yang kaya akan buah dan sayuran membantu melindungi otak dan mampu mempertahankan daya ingat. Makanan tersebut juga dapat membantu menaikkan tingkat dopamin, yaitu zat kimia penting dalam otak yang berhubungan dengan ingatan dan mood. Zat ini terkandung dalam buah beri, wortel, ubi jalar, selada air, dan kacang-kacangan.

4) Faktor kondisi psikologis yang buruk 5) Faktor stres

23

Adi W. Gunawan, Genius Learning Strategy (Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama, 2006), hal 77


(38)

26

Kondisi pikiran, mental dsan emosi yang tidak mendukung, seperti misalnya stres. Dalam stres yang kadarnya pas, stress positif justru akan membantu dalam peningkatan daya ingat kita, namun jika stress yang berlebih akan sanagt menghambat. Hal ini disebabkan produksi hormon kortisol yang berlebih akan mengganggu kerja hippokampus (bagian otak yang menangani proses penyimpanan informasi kedalam memori jangka panjang).24

e. Upaya meningkatkan kemampuan ingatan

Untuk melatih kita agar kita dapat meningkatkan daya ingat antara lain dengan:

1) Memasukkan perasaan kita ke dalam suatu ingatan, sesuatu yang diingat dengan perasaan, adakalanya akan susah dilupakan, misal anda mempunyai kenangan indah dengan seseorang yang anda cinta, tentu susah dilupakan?

2) Melatih memori atau ingatan dengan kegiatan yang dapat meningkatkan daya ingat. Misal berhitung, mengisi teka-teki silang, atau quiz. Kegiatan permainan tersebut dapat melatih daya ingat sehingga kualitas otak tidak menurun.

3) Mulailah dengan gaya hidup yang sehat, antara lain dengan perbanyak makan makanan yang mengandung riboflavi, thiamin, vitamin B yang akan meningkatkan kemampuan otak untuk mengingat. Juga menjaga kondisi tubuh, hindari stres.

4) Terus berlatihlah dengan ingatan anda. Cobalah untuk mengingat kembali kejadian/hal yang lalu untuk melatih mempertajam daya ingat.

24


(39)

27

Selain itu ada beberapa upaya meningkatkan kemampuan daya ingat, diantaranya25 :

Retrieval (pengulangan). Informasi yang diulang-ulang akan sering diingat. Untuk salah satu strategi meningkatkan kemampuan memori adalah mengulang-ulang kembali.

 Informasi yang akan diingat harus mempunyai hubungan dengan hal lain. Konteks (peristiwa, tempat, nama, perasaan tertentu) memegang peranan penting.

 Mengorganisasi informasi sedemikian rupa sehingga dapat diingat kembali (jembatan keledai→andal=analisis dampak lingkungan)

4. Tatanama ilmiah

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menemukan suatu jenis makhluk hidup, misalnya tanaman mangga yang dalam bahasa Indonesia memiliki nama yang berbeda-beda setiap daerah. Nama mangga dapat berbeda-beda menurut daerah masing-masing, dan hanya dimengerti oleh penduduk setempat. Agar nama-nama tersebut dimengerti oleh semua orang, maka setiap jenis makhluk hidup perlu diberi nama ilmiah dengan menggunakan bahasa latin, sesuai dengan kode Internasional tatanama tumbuhan dan hewan.

Nama ilmiah makhluk hidup digunakan sebagai alat komunikasi ilmiah di seluruh dunia. Walaupun kadang-kadang sulit di eja atau diingat, tetapi diharapkan suatu organisme hanya memiliki satu nama yang benar. Upaya memberi nama ilmiah makhluk hidup yang dirintis oleh para ilmuwan, akhirnya melahirkan sistem tata nama binomial nomenklatur (tata nama biner) yang meliputi ketentuan pemberian nama takson jenis. Disamping itu akan dibahas juga tata nama untuk takson Marga dan Suku.

Nomenclatur binomial adalah sistem penamaan makhluk hidup dengan menggunakan bahasa latin di mana setiap makhluk hidup mendapatkan atau diberikan nama dalam dua kata bahasa latin.

25


(40)

28

Tatanama binomial (binomial berarti 'dua nama') merupakan aturan penamaan baku bagi semua organisme (makhluk hidup) yang terdiri dari dua kata dari sistem taksonomi (biologi), dengan mengambil nama genus dan nama spesies. Nama yang dipakai adalah nama baku yang diberikan dalam bahasa Latin atau bahasa lain yang dilatinkan. Aturan ini pada awalnya diterapkan untuk fungi, tumbuhan dan hewan oleh penyusunnya (Carolus Linnaeus), namun kemudian segera diterapkan untuk bakteri pula. Sebutan yang disepakati untuk nama ini adalah 'nama ilmiah' (scientific name). Awam seringkali menyebutnya sebagai "nama latin"

Tatanama binomial dikenal pula sebagai "Sistem Klasifikasi Binomial". Keunggulan binomial nomenklatur adalah memudahkan kita dalam mempelajari dan mengenal berbagai macam makhluk hidup.26 Nama ilmiah berlaku di seluruh dunia. Misalnya, jika kita menyebut

“ayam”, mungkin orang Inggris tidak akan mengerti. Tetapi bila kita menyebut ayam dengan nama ilmiahnya, yaitu Gallus gallus, maka orang

Inggris akan mengerti bahwa yang kita maksud itu adalah “chicken”.

Aturan penulisan dalam tatanama binomial selalu menempatkan nama genus diawal dan nama spesies mengikutinya. Nama genus diawali dengan huruf kapital (huruf besar) sedangkan nama spesies diawali dengan huruf biasa (huruf kecil).

Perlu diperhatikan bahwa cara penulisan ini adalah konvensi yang berlaku saat ini sejak awal abad ke-20. Sebelumnya, seperti yang dilakukan pula oleh Carolus Linnaeus, nama atau epitet spesies diawali dengan huruf besar jika diambil dari nama orang atau tempat. Sedangkan untuk teks tulisan tangan, nama ilmiah diberi garis bawah yang terpisah untuk nama genus dan nama spesies.

26

Ismail, Hamim, Binomial Nomenklatur. Tersedia di http://www.slideshare.net/ismail-hamim/bab_iii.com


(41)

29

B. Hasil penelitian yang relevan

Berdasarkan penelitian sebelumnya peneliti mendapatkan data bahwa ada beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini.

Sebuah penelitian berjudul ”Perbedaan Hasil Belajar Siswa Yang Proses Pembelajaran yang Proses Pembelajarannya Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Take and Give dengan Tipe Make a Match pada Sub Konsep Alat Indera Pada Manusia”. Hasil penelitian menyimpulkan terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe take and give dengan tipe make a match di kelas IV SDN Awipari 2 Tasikmalaya. Kelompok kelas yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajarn kooperatif tipe take and give menunjukkan rata-rata hasil belajar yang lebih tinggi dari kelompok siswa yang proses pembelajarannya menggunkan model pembelajaran kooperatif tipe make a match.

Penelitian yang dilakukan oleh Drs.Ahmad Noor Fatirul, ST. M.Pd

dengan judul “Cooperative Learning”. Hasil penelitian menunjukkan Aktivitas Cooperative Learning digunakan 3 (tiga) tujuan berbeda yaitu: Dalam pelajaran tertentu siswa sebagai kelompok yang berupaya untuk menemukan sesuatu, kemudian setelah jam pelajaran habis siswa dapat bekerja sebagai kelompok-kelompok diskusi dan setelah itu siswa akan mendapat kesempatan bekerja sama untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah menguasai segala sesuatu yang telah dipelajarinya untuk persiapan kuis, bekerja dalam suatu format belajar kelompok.

Penelitian yang dilakukan Yustini Yusuf dan Martini Natalina dengan

judul “Upaya Peningkatan Hasil Belajar Biologi Melalui Pembelajaran Kooperatif dengan Pendekatan Struktur di Kelas 17 SLTP Negeri 20 Pekanbaru”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar siswa meningkat pada siklus I 54,76% dari siswa tuntas dan pada siklus II 76,19% siswa tuntas, skor perkembangan siswa pada siklus pertama 3 baik, 10 hebat dan 7 pasangan super. Pada siklus II 2 pasang baik, 7 pasang hebat, 12 super.


(42)

30

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif dengan pendekatan struktural dapat meningkatkan hasil belajar Biologi.

C. Kerangka pikir

Belajar merupakan suatu proses interaksi antara guru dengan siswa yang menghasilkan siswa yang aktif dan inovatif. Pelajaran biologi berkaitan dengan cara mencari tahu dan memahami alam semesta secara sistematis, dalam pembelajaran biologi siswa tidak hanya diharapkan mampu menguasai fakta-fakta, konsep-konsep maupun prinsip-prinsip saja melainkan merupakan suatu proses penemuan, sehingga dalam mengembangkan pembelajaran biologi dikelas hendaknya ada keterlibatan aktif siswa dalam pembelajaran untuk menemukan sendiri pengetahuan melalui interaksinya dalam lingkungan. Sehingga untuk hal itu dalam proses pembelajaran seorang guru harus dapat mengembangkan berbagai kemampuan siswa, seperti dengan menerapkan proses belajar bersama dengan teman sebaya dan guru hanya berperan sebagai fasilitator dan pembimbing. Dengan menerapkan pendekatan pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) dalam proses pembelajaran di kelas, siswa diberi kesempatan bersama dengan teman-teman sekelompoknya untuk saling belajar secara berkelanjutan, mereka dibiasakan saling bekerjasama dalam proses belajar.

Namun, selama ini kebanyakan guru hanya menggunakan metode yang monoton sehingga mengakibatkan siswa menjadi bosan. Oleh sebab itu digunakan model pembelajaran koopertif tipe take and give yang membuat siswa menjadi lebih aktif atau student center, meningkatkan partisipasi siswa, meningkatkan kreativitas guru dan siswa, menciptakan suasana kelas yang tidak membosankan dan siswa dilatih memahami materi dengan waktu yang cepat dan dapat mengingatnya dalam jangka waktu yang lama.


(43)

31

Bagan kerangka pikir D. Hipotesis penelitian

Berdasarkan kajian dan penggunaan kerangka pikir, maka dapat dirumuskan

hipotesis penelitian yaitu “terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe take and give terhadap daya ingat siswa pada tatanama ilmiah”.

Faktor internal

Faktor eksternal

Meningkatkan partisipasi siswa

Model pembelajaran kooperatif tipe take and give

Meningkatkan aktifitas berfikir siswa

Penerimaan dan penguasaan konsep

Retensi (daya ingat) Menciptakan suasana

kelas yang tidak membosankan Belajar


(44)

32

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe take and give terhadap retensi siswa pada tata nama ilmiah.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Pasar Kemis, Tangerang.

Adapun waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2009, pada kelas X semester 1 tahun ajaran 2009-2010.

C. Metode dan Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi eksperimen. Metode quasi eksperimen adalah metode eksperimen, akan tetapi tidak dapat mengontrol semua variabel yang mempengaruhi jalannya penelitian.

Berdasarkan judul yang diambil maka terdapat variabel-variabel penelitian sebagai berikut:

a) Variable lndependen (variabel bebas) adalah model pembelajaran kooperatif tipe take and give, yang disimbolkan dengan X

b) Variable dependen (variabel terikat) adalah retensi siswa pada tatanama ilmiah, yang disimbolkan dengan Y

Perbedaan pemahaman pada kedua kelompok perlakuan dapat dilihat dengan menggunakan pre test sebelum pembelajaran dimulai, tujuannya untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan awal siswa tentang materi yang akan diberikan. Kemudian dilakukan post test setelah proses belajar mengajar berakhir, tujuannya untuk mengetahui perubahan hasil belajar siswa setelah pembelajaran, dan retest dilakukan tiga minggu setelah post test, tujuannya


(45)

33

untuk mengukur kemampuan siswa menyimpan konsep dalam memorinya (retensi) terhadap materi yang telah diberikan.

Desain penelitian menggunakan two group design. Untuk pelaksanaannya diperlukan dua kelompok, yaitu :

1. Kelompok eksperimen, yaitu kelompok siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe take and give

2. Kelompok kontrol, yaitu kelompok siswa yang diajarkan dengan metode diskusi. Peneliti mengambil metode diskusi pada kelompok kontrol karena metode ini tidak jauh berbeda dengan metode yang akan di uji cobakan dan metode diskusi juga sering digunakan di sekolah tersebut. Sehingga dengan adanya penelitian ini, dapat mengetahui efektifitas model pembelajaran kooperatif tipe take and give terhadap retensi siswa dari pada metode diskusi.

Pada tiap-tiap kelompok tersebut dilakukan pre test dan post test untuk melihat ada tidaknya perbedaan pemahaman pada kedua kelompok tersebut, dan diperkuat dengan adanya retest.

Tabel 3.1. Desain Penelitian

Kelompok Pre test Treatmen Post test Retest

E T1 XE T2 T3

K T1 XK T2 T3

Keterangan : E : kelompok eksperimen K : kelompok kontrol

XE : perlakuan pada kelompok eksperimen XC : perlakuan pada kelompok kontrol

T1 : tes awal yang sama pada kedua kelompok T2 : tes akhir yang sama pada kedua kelompok

T3 : retensi

D. Populasi dan Sampel

Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, hasil perhitungan atau pengukuran, kuantitatif ataupun kualitatif mengenai karakteristik tertentu


(46)

34

dari semua anggota kumpula yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya. Dengan kata lain populasi merupakan keseluruhan individu yang dijadikan penelitian, sedangkan sampel yaitu sejumlah individu yang dijadikan objek ataupun subjek dalam penelitian yang akan dilakukan.

Dalam penelitian ini, populasi target meliputi seluruh SMA Negeri 1 Pasar Kemis, Tangerang. Sedangkan populasi terjangkau yaitu seluruh siswa SMA Negeri 1 Pasar Kemis kelas X. Sampel yang diambil sebanyak dua kelas. Satu kelas sebagai kelas eksperimen dan satu kelas lagi sebagai kelas kontrol. Adapun pengambilan sampel dilakukan dengan tekhnik Purposive Sampling yaitu pengambilan sampel dengan cara mengambil subjek penelitian bukan didasarkan atas strata, random, atau daerah tetapi berdasarkan atas adanya tujuan tertentu.1 Tujuan pengambilan sampel ini berdasarkan kesamaan rata-rata hasil belajar siswa, guru, kurikulum, jadwal dan materi pelajaran. Maka subjek penelitian pada kelas X.D dengan jumlah 40 siswa sebagai kelas kontrol dan kelas X.E dengan jumlah 40 siswa sebagai kelas eksperimen.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan tes tertulis. Dapat dilihat pada tabel di bawah ini yaitu dengan menggunakan tes.

Tabel 3.2. Teknik Pengumpulan Data

Sumber data Jenis data Teknik

pengumpulan data

Instrumen penelitian

Siswa Hasi belajar siswa

sebelum dan sesudah dilkukan dengan model pembelajaran kooperatif tipe take and give

Melaksanakan pre test, post test, dan retest

Butir soal pilihan ganda

1

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Prakrik (Jakarta: PT Rineka Cipta,2006), Edisi Rev. VI, Cet ke-13, h.139-140


(47)

35

F. Instrumen Penelitian

Instrumen utama yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tes hasil belajar dan retensi siswa pada materi jamur. Tes hasil belajar diberikan untuk mengukur tingkat pemahaman siswa terahadap konsep-konsep dalam topik yang diajarkan.

Instrumen penelitian ini menggunakan instrumen tes obyektif berbentuk pilihan ganda dengan lima pilihan, yaitu; a, b, c, d, dan e sebanyak 40 soal. Pada instrumen ini mengukur aspek pengetahuan (C1), pemahaman (C2), dan aplikasi (C3). Sebelum instrumen digunakan, terlebih dahulu diuji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda. Masing-masing item diberi bobot skor 1 apabila benar dan 0 apabila salah. Untuk soal yang valid sebanyak 20 soal.

Tabel 3.3. Kisi-kisi Instrumen Penelitian No. Kompotensi

dasar

Indikator Jenjang kognitif Jum lah soal

C 1 C 2 C 3

1. Mendeskripsikan ciri-ciri kingdom jamur

berdasarkan peranannya bagi kehidupan 1.Menjelaskan ciri-ciri umum jamur 2.Menyebutkan pengelompok kan jamur 3.Memberikan ciri-ciri setiap anggota divisi kingdom fungi beserta contohnya 4.Mengetahui

tingkatan taksonomi dari jenis-jenis jamur

1,2*,3, 8,21, 25, 30 35*, 36* 17,32, 33* 24,31* 4,5*, 6*, 22*, 27* 11*,37 14*, 28* 16, 23* 39*, 40 12 4 7 4


(48)

36

No. Kompotensi dasar

Indikator Jenjang kognitif Jum lah soal

C 1 C 2 C 3

5.Menyebutkan peranan jamur bagi kehidupan 6. Mendeskripsi k-an cara reproduksi setiap divisi kingdom fungi 18,26* ,29, 34*, 38* 7,10*, 12*,13 9,15*, 19,20, 5 8

NB : * soal yang valid

G. Kalibrasi instrumen

Sebagai suatu alat ukur yang baik dan mampu memberikan informasi yang jelas dan akurat apabila telah memenuhi beberapa kriteria yang telah ditentukan oleh para ahli psikometri, yaitu kriteria valid dan reliabel. Oleh karena itu, agar kesimpulan tidak keliru dan tidak memberikan gambaran yang jauh berbeda dari keadaan yang sebenarnya diperlukan uji validitas dan uji reliabilitas dari alat ukur yang digunakan dalam penelitian.

1)Validitas

Validitas dapat diartikan tepat atau sahih, yakni sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya.2 Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang dinginkan, karena ketepatan mengukur item soal tersebut menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud.3

2

Ahmad Sofyan, dkk, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h. 105

3


(49)

37

Secara empirik, tinggi rendahnya validitas ditunjukkan oleh suatu angka yang disebut koefisien validitas. Untuk mengukur keabsahan tes kognitifnya dilakukan dengan menggunakan program ANATES.

Adapun dengan besar koefisien korelasi sebagai berikut :4 a. Antara 0,800 sampai dengan 1,00 = sangat tinggi

b. Antara 0,600 sampai dengan 0,800 = tinggi c. Antara 0,400 sampai dengan 0,600 = cukup d. Antara 0,200 sampai dengan 0,400 = sedang e. Antara 0,600 sampai dengan 0,800 = tinggi

Berdasarkan hasil perhitungan ANATES, dari 40 soal yang diberikan terdapat 20 soal yang valid. Kemudian item-item soal tersebut divalidasi konstruk oleh dosen pembimbing sehingga instrumen tes objektif dianggap layak untuk digunakan dalam penelitian.

2) Reliabilitas

Untuk memperoleh data yang dipercaya, instrumen penelitian yang digunakan harus reliabel. Reliabel menunjuk kepada suatu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Reliabilitas dapat diartikan sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya dan konsisten.5

Perhitungan reliabilitas dilakukan dengan program ANATES. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai rata-rata reliabilitas drai 40 soal yang penulis buat adalah 0,76.

3) Tingkat kesukaran (Difficulty index)

Tingakat kesukaran adalah bilangan yang menunjukan sukar dan mudahnya suatu soal dan merupakan salah satu analisis kuantitatif

4

Suharsimi arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Yogyakarta : Bumi Aksara, 2006), hal. 75

5


(50)

38

konvensional paling sederhana dan mudah. Tingkat kesukaran dari suatu tes digunakan untuk mengetahui apakah tiap butir soal termasuk dalam kategori mudah, sedang, atau sukar. Kriteria tingkat kesukaran 6yaitu: a. 0 - 0,25 = soal sukar

b. 0,26 – 0,75 = soal sedang c. 0,76 - 1 = soal mudah

4) Daya beda

Daya beda digunakan untuk mengetahui kemampuan butir dalam membedakan kelompok siswa antara kelompok siswa yang pandai dengan kelompok siswa yang kurang pandai.7Dalam penelitian ini, daya beda untuk masing-masing butir soal dihitung dengan menggunakan program ANATES. Kriteria daya beda yaitu :

Tabel 3.4.Kriteria daya beda

Indeks daya beda Kriteria

> 0,2 Jelek

0,2 – 0,4 Sedang / cukup

0,4 – 0,7 Baik

0,7 – 1,00 Baik sekali

Bertanda negatif Jelek sekali

H. Teknik Analisis Data

Menganalisis data merupakan suatu cara yang digunakan untuk menguraikan data yang diperoleh agar dapat dipahami bukan hanya oleh peneliti, tetapi juga oleh orang lain yang ingin mengetahui hasil dari penelitian.

1. n-gain

Setelah diperoleh data nilai pretes dan postes masing-masing siswa kemudian kemudian dilakukan perhitungan normal gain (N-gain). Gain

6

Ibid, h.103 - 104 7


(1)

54

Tabel 4.18.Hasil pengujian hipotesis nilai retensi dengan uji-t’

N thitung ttabel Kesimpulan

78 1,506 1,99. Ho diterima

Pada tabel di atas nilai-nilai yang diperoleh didistribusikan dengan menggunakan rumus uji-t’ karena data tersebut tidak homogen, dan diperoleh thitung sebesar 1,506 sedangkan ttabel dengan taraf

signifikan 5% dan derajat kebebasan 78 yaitu 1,99. Hal ini menunjukkan thitung lebih kecil daripada ttabel sehingga Ha diterima.

Dengan demikian pengujian hipotesis retensi untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe take and give untuk kelas eksperimen pada konsep jamur.

2. Pembahasan Hasil Penelitian

Hasil pengujian hipotesis sebelumnya yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar biologi yang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe take and give pada kelas eksperimen lebih baik dari metode diskusi pada kelas kontrol. Karena berdasarkan hasil rata-rata nilai post test biologi dan t test nilai n-gain, menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar kelas eksperimen dibandingkan dengan kelas kontrol.

Rata-rata hasil yang diperoleh terhadap daya ingat (retensi) terdapat perbedaan antara siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe take and give dengan siswa yang diajar menggunakan metode diskusi. Hasil retensi siswa kelas eksperimen dan kontrol tidak jauh berbeda, walaupun kelas eksperimen lebih besar 1,2% dengan perolehan nilai kelas eksperimen 99,315% sedangkan kelas kontrol 98,115%. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa kemampuan retensi siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe take and


(2)

55

give tidak jauh berbeda dibandingkan dengan retensi siswa yang menggunakan metode diskusi.

Hal ini senada dengan hasil uji-t’ yang dilakukan dari nilai retensi kedua kelompok menunjukkan bahwa retensi antara kelompok eksperimen dan kontrol tidak berbeda nyata. Dengan demikian menunjukkan tidak adanya pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe take and give yang signifikan terhadap retensi siswa.

Tidak berpengaruhnya model pembelajaran kooperatif tipe take and give disebabkan oleh beberapa kemungkinan. Pertama tidak tersosialisasinya model pembelajaran kooperatif tipe take and give pada siswa, kedua sedikitnya jumlah pertemuan yang dilakukan, ketiga terjadinya peristiwa lupa.

Padahal retensi merupakan salah satu fase dalam tahapan belajar. Dalam tahap ini retensi merupakan proses penyimpanan pemahaman dan perilaku baru yang diperoleh setelah mengalami proses acquisition (fase menerima informasi). Dalam tahap belajar terjadi proses internal dalam pikiran siswa.1 Namun dengan model pembelajaran kooperatif tipe take and give tidak memberikan pengaruh dalam peningkatan retensi siswa.

Penyimpanan informasi tidak seratus persen tersimpan dalam ingatan kita, karena adanya peristiwa lupa. Lupa dapat terjadi karena beberapa faktor, diantaranya informasi atau materi yang telah didapat tidak dipelajari kembali. Selain itu adanya informasi-informasi baru yang masuk kemudian menekan informasi yang lama. Seorang siswa akan mengalami lupa apabila materi pembelajaran baru membawa konflik dan gangguan terhadap pemanggilan kembali materi pembelajaran yang lama yang lebih dulu tersimpan dalam subsistem akal permanen siswa. Dalam hal ini, materi pelajaran lama akan sangat sulit diingat atau diproduksi kembali.2 Peristiwa lupa dapat menyebabkan terjadinya penurunan retensi.

1

Taufik rahman, Peranan Pertanyaan Terhadap Kekuatan Retensi Dalam Pembelajaran Sains Pada Siswa SMU. Tersedia di http://educare.e-fkipunla.net/index.php/option.com.hal.3

2

Muhibbin syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (PT. Remaja Rosdakarya, 2007), hal.159


(3)

56

Penurunan rata-rata nilai tes dari pos test ke retest terjadi pada kelas eksperimen dan kontrol. Penurunan nilai retest terjadi dalam selang waktu tiga minggu setelah post test. Penurunan pada kelas eksperimen terjadi sebesar 0,63 poin dari 69,5 (post test) menjadi 68,87 (retest). Sedangkan pada kelas kontrol terjadi penurunan sebesar 0,88 poin dari 44,5 (post test) menjadi 43,62 (retest). Terjadinya penurunan nilai retest dimungkinkan karena dalam selang waktu antara post test dan retest siswa telah mendapatkan materi-materi yang baru, sehingga materi tersebut mengganggu pemanggilan materi yang telah tersimpan, selain itu materi yang telah dipelajari tidak pernah digunakan dan dipelajari kembali.3

Model pembelajaran kooperatif tipe take and give merupakan salah satu tipe yang baik untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan adanya media dalam proses pembelajaran seperti penggunaan media kartu yang berisi materi nama-nama ilmiah dari berbagai jenis jamur. Namun tipe take and give tidak memiliki pengaruh yang signifikan dalam peningkatan retensi siswa.

D. Keterbatasan Dalam Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini antara lain :

1) Penelitian ini hanya ditujukkan pada mata pelajaran biologi pada konsep jamur, sehingga belum dapat mengeneralisasikan pada konsep lain 2) Berdasarkan hasil penelitian model pembelajaran kooperatif tipe take

and give ini hanya dapat digunakan untuk konsep yang bersifat hafalan, jadi sulit untuk konsep yang memerlukan analisis.

3) Kurangnya jumlah pertemuan dalam proses pembelajaran.

3


(4)

57 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan serta analisis data dan pengujian hipotesis maka diperoleh kesimpulan bahwa hasil retensi siswa kedua kelompok tidak berbeda nyata, dengan hasil rata-rata nilai retensi kelas eksperimen 99,315 dan kelas kontrol 98,115 dan uji-t nilai retensi diperoleh thitung < ttabel yaitu 1,50 < 1,99 dengan taraf signifikan 5%

dan derajat kebebasan 78.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, peneliti menyarankan untuk penelitian selanjunya diarahkan mencoba menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe take and give pada penelitian yang sifatnya berbeda, seperti PTK (Penelitian Tindakan Kelas), dan penambahan jumlah pertemuan dalam proses pembelajaran.


(5)

58

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi.2008.Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan.Jakarta:Bumi Aksara.

.2006.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.Jakarta:PT Rineka Cipta.

Atkinson L Rita, dkk.1983.Pengantar PsikologiI.Jakarta:Erlangga

Gunawan, Adi W.2006.Genius Learnig Strategy.Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama.

Hamim, Ismail, Binomial Nomenklatur.

(tersedia di http:www.slideshare.net/ismail_hamim/bab_iii)

Hake.2002. “Relationship Of Individual Student Normalized Learning Gains in Mechanics with Gender, High School Physics, and Pretest Scores on

Mathematics and Spatial Visualization.”

(tersedia:http://www.physic.indiana.edu/~hake/perc2002h-hake.pdf.)

Hanafiah,dkk. 2009.Konsep Strategi Pembelajaran.Bandung: PT Refika Aditama. Herlanti, Yanti.2005.Kontribusi Wacana Multimedia Terhadap Pemahamn Dan

Retensi Siswa. Bandung:UPI

.2005. Analisis Pemahaman Dan Retensi Siswa SMP Pengguna Wacana Multimedia “Berpetualang Bersama Mendel. Bandung:UPI

Japardi, Iskandar. Learning and Memory. Tersedia :

http://library.usu.ac.id/dowload/fk/bedah-iskandar%2ojapardi18.pdf

Rahman, Taufik, Peranan Pertanyaan Terhadap Kekuatan Retensi Dalam Pembelajaran Sains Pada Siswa SMU. (tersedia di http://educare.e-fkipunla.net/index.php/option.com)

Ruseffendi, ET.1998.Statistik Dasar.Jakarta:Bumi Aksara.

Rusmawati,Dede.2009.Perbedaan Hasil Belajar Siswa yang Proses Pembelajarannya Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Take and Give Dengan Tipe Make a Match pada Subkonsep Alat Indra Manusia.Skripsi:Tasik Malaya:UNSIL

Sanjaya, Wina.2007.Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Koompetensi Proses Pendidikan.Jakarta:Kencana Prenada Media.


(6)

59

.2010.Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.Jakarta:Kencana Prenada Media.

Shaleh, Abdul Rahman.2008.Psikologi Suatu Pengantardalam Perspektif Islam.Jakarta:Kencana Prenada Media Grup.

Sofyan, Ahmad, dkk.2006.Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi.Jakarta:UIN Jakarta Press.

Sudjana.1992.Metode statistika.Bandung : Tarsito Bandung.

Syah, Muhibbin.2007 Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru.Jakarta:PT. Remaja Rosdakarya,

Trianto.2007.Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.Jakarta:Prestasi Pustaka.

.2009.Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta: Kencana.

Undang-undang RI No. 20 tahun 2003. 2006.Tentang Sistem Pendidikan Nasional.Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional RI.

Yamin,Martinis.2008.Taktik Mengembangkan Kemampuan Individual Siswa. Jakarta: Gaung Persada Press.

http://bintangbangsaku.com/artikel/2008/06/ingatan.html. Diakses pada tanggal 12 Desember 2009