Kondisi Sosial Kondisi Biopsikososial a. Kondisi Biologis

yang sudah dijelaskan pada bab 2 h.54. Hasil penelitian kepada masing-masing informan menunjukkan bahwa tiga dari empat informan tidak dekat dengan ibu mereka. “BP” termasuk dalam tipe anak-anak dengan kelekatan insecure ambivalent yaitu “BP” hanya menunjukkan sedikit kepedulian kepada ibunya jika ditinggal bekerja. Bahkan “BP” menghindar saat ibunya mencoba untuk mengajaknya berinteraksi, ia lebih suka melawan ibunya saat diberi nasihat. Ibu “SP” juga selalu memberikan materi untuk anaknya agar “BP” menuruti perkataannya. Selain itu Orang tua “BP” juga menerapkan pola pengasuhan otoritarian dimana mereka memberikan hukuman kepada anak dengan hukuman fisik sehingga “BP” berprilaku agresif lihat bab 4, h. 103. “RMR” juga dengan tipe kelekatan insecure avoidant dimana ketika ditinggal orang tuanya bekerja ia tidak pernah menangis dan ketika ibunya kembali sewaktu ibu mengajak berkomunikasi justru “RMR” memilih untuk menggambar dan bermain game. “RMR” juga lebih dekat dengan pengasuhnya “B” dibanding dengan kedua orang tuanya lihat bab 4, h. 107. Berbeda halnya dengan “AD” dan “KK” dimana ia memiliki kelekatan secure dengan ibunya “S”. ketika ibunya bekerja dan merasa rindu ia akan menangis, namun masih bisa mengembangkan hal-hal positif seperti kemandirian selain itu berkomunikasi dengan ibunya melalui telpon ia akan merasa senang lihat bab 4, h. 106 dan 107.

e. Kondisi Spiritual

Berdasarkan hasil temuan lapangan, ternyata anak yang ibunya bekerja cenderung menjadi anak yang religius. Seperti yang dirasakan oleh “AD” ketika ibunya bekerja di Singapura ia merasa kesulitan untuk menceritakan permasalahannya oleh karena itu “AD” hanya berdo’a ketika memiliki masalah. Ia meyakininya bahwa Allah SWT akan menolong dengan memberikan jalan keluar dari permasalahnnya agar bisa teratasi lihat pada bab 4, h. 109. Hal serupa juga dirasakan oleh “KK” dimana ibu “I” selalu mengingatkannya untuk sholat walaupun ibu “I” sedang bekerja. “KK” sendiri rajin dalam melakukan ibadah, bahkan ketika tetangganya yang beragama Kristen makan di depan rumah disaat bulan ramadhan, ia tidak segan untuk menegurnya lihat pada bab 4, h. 110. Begitupun dengan “RMR” baik ibu “IM” dan pengasuhnya “B” selalu menjadi role model untuk “RMR” karena ia lebih cepat menangkap informasi melalui visual. Saat pengasuh “B” akan melakukan sholat dan mengaji “RMR” akan mengikutinya dibelakang lihat bab 4, h. 111. Ketika ibu sibuk bekerja tetapi mau meluangkan waktunya untuk sekedar mengingatkan anaknya untuk beribadah atau mengajarinya akan membantu anak dalam membedakan baik dan buruk ataupun benar dan salah berdasarkan pada pengalaman hidup masing-masing individu. Seperti yang dijelaskan pada bab 2 h.54.