Kondisi Demografis Profil Kelurahan Cilandak Barat 1. Kondisi Geografis

3. Kondisi Sosial Budaya Masyarakat Kelurahan Cilandak Barat

Kelurahan Cilandak Barat terbentuk karena semakin bertambahnya jumlah penduduk di wilayah Jakarta Selatan. Sejarah terbentuknya wilayah ini tidak dapat diketahui dengan pasti. Dulu mayoritas penduduk yang tinggal di Kelurahan Cilandak Barat ini adalah penduduk asli Betawi. Namun seiring dengan berjalannya waktu justru semakin banyak kaum pendatang yang datang ke wilayah ini dan membeli tanah atau kebun kosong untuk dijadikan rumah. Mayoritas pendatang berasal dari Jawa, Padang, Sunda, dan Batak. Mayoritas penduduk Cilandak Barat menganut agama Islam, lalu diikuti oleh Protestan, Khatolik, Hindu, dan Budha. Walaupun di wilayah Cilandak Barat menganut agama, dan suku yang berbeda-beda tetapi masyarakat dapat hidup rukun. Bertambahnya jumlah penduduk mengubah struktur geografis wilayah Cilandak Barat. Wilayah yang sebelumnya hanya berupa tanah kosong serta keadaannya masih menyerupai hutan telah berubah menjadi permukiman padat. Jalan-jalan yang tersedia pun semakin sempit dengan munculnya rumah-rumah baru. Selain itu, muncul gang-gang kecil di wilayah ini. Saat ini justru suku Betawi banyak yang tinggal di pinggir Jakarta, karena banyak dari orang Betawi yang menjual tanah ataupun rumah mereka ke para pendatang. Untuk membedakan antara warga kelas menengah ke bawah dengan warga kelas menegah atas sangatlah mudah, karena bisa dilihat secara kasat mata. Bentuk rumah merupakan salah satu indikatornya, apabila rumah tersebut memiliki bangunan bertingkat, memiliki halaman yang cukup luas, dan terdapat kendaraan roda empat di dalam garasi rumahnya, maka rumah tersebut dapat dikategorikan sebagai rumah mewah yang hanya dapat dimiliki oleh warga kelas menengah ke atas. Untuk kelas menengah, rata-rata ukuran bangunannya kecil, sebagian besar merupakan penduduk yang menghuni rumah-rumah petak kontrakan, dan tidak memiliki halaman. Sementara masyarakat kelas bawah, biasanya menempati rumah yang saling berhimpitan dan letak tembok antara rumah yang satu dengan rumah yang lain menjadi satu. Kondisi ini menimbulkan kesan kumuh di lingkungan tempat tinggal mereka. Sebagian besar warga Cilandak Barat bermata pencaharian sebagai buruh, pedagang, karyawan swasta, PNS, TNI, pensiunan, jasa, dan pertukangan. Selain itu banyak warga yang memiliki mata pencarian sampingan seperti mengelola kontrakan, warung kecil, warung bakso atau berjualan gorengan di depan rumah atau tempat-tempat tertentu. Ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, dimana tidak cukup hanya mengandalkan dari pekerjaan utama mereka. Hubungan yang terjalin antarwarga di wilayah Cilandak Barat sangatlah kuat satu sama lain. Ini bisa dilihat dari berbagai kegiatan baik di lingkungan RT, RW, dan Kelurahan. Khusus dikalangan ibu-ibu biasanya mereka menggelar acara arisan, peringatan hari Kartini, PKK, dan Posyandu untuk menjaga agar komunikasi mereka tetap lancar.

B. Profil Informan 1

1. Nama : BP 2. Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 27 Juli 2009 3. Usia : 7 tahun 4. Jenis kelamin : Laki-laki 5. Domisili : Cilandak Barat, Jakarta Selatan 6. Agama : Islam 7. Suku : Jawa 8. Hobby : Bermain sepeda 9. Jumlah Saudara Kandung : Anak ke 5 dari 5 bersaudara 10. Nama Ibu : SP 11. Pekerjaan Ibu : Asisten Rumah Tangga dan Penyalur pembantu 12. Usia Anak Saat Ibu Bekerja : 4 tahun 13. Lama Ditinggal Ibu Bekerja : 2 tahun Informan “BP” merupakan rekomendasi dari “M”. “BP” merupakan anak laki-laki dan bungsu dari 5 saudara. Kedua orang tua “BP” berasal dari suku Jawa, namun “BP” dan keempat kakaknya lahir dan besar di Jakarta. “BP” berasal dari keluarga dengan sosial ekonomi menengah kebawah. Ibunya “SP” bekerja sebagai asisten rumah tangga sudah 2 tahun belakangan ini, sebelumnya ibu “SP” menjadi penyalur pembantu untuk tetangga ataupun teman-temannya yang membutuhkan pekerjaan. Sedangkan ayahnya “I” bekerja sebagai buruh bangunan. ”SP” berasal dari keluarga