parasit kutu. Owa jawa mendapat kotoran lebih banyak pada bagian atas tubuhnya seperti kepala, bahu, dan tangan ketika bergerak dan makan dengan
posisi vertikal Reichard dan Sommer 1994.
5.2.4.6 Posisi owa jawa saat menelisik
Owa jawa pada kelompok A dan B memiliki beberapa posisi tubuh saat melakukan perilaku autogrooming dan allogrooming yaitu duduk, tiduran,
gantung, duduk dan tiduran sebaliknya serta duduk dan gantung sebaliknya. Pada perilaku autogrooming posisi duduk merupakan posisi dominan, disusul
posisi gantung, sedangkan posisi tiduran yang jarang digunakan. Sedangkan pada perilaku allogrooming posisi duduk juga termasuk posisi dominan yang
digunakan, kemudian posisi duduk dan tiduran sebaliknya serta posisi duduk
dan gantung sebaliknya yang jarang digunakan. Posisi gabungan antara posisi
duduk dan posisi tiduran ataupun posisi duduk dan posisi gantung hanya dilakukan pada perilaku allogrooming dua individu terlibat.
Perilaku menelisik banyak dilakukan saat istirahat ataupun disela-sela aktivitas makan. Perilaku istirahat dibagi menjadi empat bentuk perilaku yaitu
duduk, bergantung, tiduran dan berjemur, dengan duduk sebagai perilaku dominan. Hal ini menjelaskan bahwa owa jawa menghabiskan waktu istirahat
pendeknya dengan aktivitas duduk dan saat itulah terjadi perilaku menelisik. Serupa dengan pernyataan Reichard dan Sommer 1994, saat istirahat biasanya
Hylobates lar duduk lurus jadi tubuh bagian atas lebih terkena dari bagian bawah seperti kotoran dari daun kering, kulit kayu, ranting, antropoda, dan mungkin
ectoparasit, kutu sehingga bagian tubuh atas perlu dibersihkan.
5.2.4.7 Ketinggian owa jawa saat menelisik dari lantai hutan
Owa jawa saat menelisik berada di pohon pada ketinggian tertentu sehingga terhindar dari sengatan matahari ataupun ancaman predator. Owa jawa melakukan
perilaku menelisik pada berbagai interval ketinggian yaitu 10 – 15 m, 16 – 20 m, 21 – 25 m, 26 – 30 m, 31 – 35 m, 36 – 40 m, dan 41 – 45 m. Owa
jawa sering menggunakan pohon pada interval ketinggian 26 – 30 m. Selain pemilihan ketinggian posisi dari lantai hutan, pemilihan lokasi
keberadaan pohon dan tajuk pohon menjadi hal yang penting. Owa jawa cenderung melakukan autogrooming pada pohon yang dekat dengan aktivitas
terakhir dilakukan ataupun di tempat yang sama, selang beberapa waktu dengan perilaku sebelumnya. Sedangkan untuk allogrooming owa jawa memilih pohon
dengan cabang atau percabangan besar sehingga mampu menampung lebih dari 1 individu. Saat allogrooming owa memilih menelisik pada pohon dengan tajuk
rimbun, ataupun menggunakan tajuk teratasnya, sehingga terkadang menyulitkan pengamatan.
Biasanya pada pohon dengan interval ketinggian 10 – 15 m cenderung digunakan owa jawa untuk aktivitas autogrooming garuk. Pemilihan tajuk
bertujuan sebagai strategi untuk mengurangi tindakan pemangsaan oleh predator. Dalam melakukan aktivitas ini, owa jawa cenderung memilih pepohonan dengan
kanopi besar pada tajuk lapisan tengah sampai atas Sutrisno 2001.
5.2.5 Penyebaran pohon selisik