5.1.6 Faktor yang mempengaruhi perilaku menelisik owa jawa
Tingginya intensitas perilaku menelisik owa jawa selama pengamatan dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya adalah jenis kelamin, kelas umur,
cuaca, tingginya aktivitas harian makan dan bergerak, jenis pohon dan ketinggiannya, serta gangguan lain seperti ribut dengan kelompok owa jawa lain,
playback suara owa jawa oleh peneliti owa jawa dan gangguan manusia. Individu owa jawa dengan jenis kelamin jantan akan lebih sering melakukan
perilaku menelisik daripada individu betina, begitu pula dengan individu dewasa akan lebih sering melakukan perilaku menelisik daripada individu anak. Rata-rata
frekuensi perilaku garuk pada setiap individu jantan dewasa dalam waktu satu hari yaitu 9 kali Aris dan 16 kali Kumis, sedangkan perilaku selisik sendiri sebesar
0,3 kali Aris dan 1 kali Kumis. Rata-rata perilaku menelisik pasangan baik sebagai pelaku ataupun penerima pada jantan dewasa Aris adalah 2 kali pelaku
selisik, 2 kali penerima selisik, sedangkan Kumis sebanyak 5 kali pelaku selisik dan 2 kali penerima selisik. Nilai frekuensi yang kurang dari 1
menunjukan bahwa perilaku tersebut tidak terjadi setiap hari, hanya dilakukan pada waktu-waktu tertentu Tabel 20.
Tabel 20 Rata-rata frekuensi dan durasi autogrooming dan allogrooming kelompok A dan B berdasarkan jenis kelamin dan umur selama
pengamatan
No Individu
Jenis Kelamin
Umur Frekuensi Grooming
Durasi Grooming Auto
Allo Auto
Allo G
S Plk
Pnr G
S Plk
Pnr 1
Aris JD
9,0 0,3 2,0
2,0 1 menit 24
detik 11
detik 1 menit
56 detik 2 menit
35 menit
2 Ayu
BD 2,0
0,2 1,0 1,0
21 detik 2 detik
1 menit 43 detik
1 menit 3 detik
3 Asri
BD 3,0
0.3 1,0 1,0
30 detik 3 detk
1 menit 12 detik
35 detik 4
Amran BA
4,0 0,4 0,5
1,0 42 detik
8 detik 52 detik 1 menit
30 detik 5
Kumis JD
16,0 1,0 5,0 2,0
2 menit 54 detik
8 detik 6 menit
1 detik 1 menit
51 detik 6
Keti BD
3,0 0,1 2,0
3,0 29 detik
3 detik 2 menit
15 detik 3 menit
16 detik 7
Kum- kum
JA 3,0
0,0 0,1 3,0
28 detik 10
detik 8 detik
3 menit 17 detik
keterangan : G garuk, S selisik, Plk pelaku selisik, Pnr penerima selisik, J jantan, B betina, D dewasa, A anak, selama pengamatan
85,9
1,3 2,0
10,4 0,2
0,2 88,2
0,0 3,9
0,0 0,0
7,8 87,7
1,5 0,3
10,2 0,0
0,3 10
20 30
40 50
60 70
80 90
100
Cerah Berawan
Kabut Mendung
Gerimis Hujan
Cuaca Autogrooming
Garuk Autogrooming
Selisik Sendiri Allogrooming
Selisik pasangan
Pengamatan perilaku menelisik berlangsung pada pada bulan Juni sampai Agustus 2011 musim kemarau, namun tetap terjadi hujan dan pernah terjadi
sepanjang hari Lampiran 8. Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa perilaku menelisik autogrooming dan allogrooming banyak terjadi pada saat
cuaca cerah, sedangkan saat cuaca mendung, berawan berkabut dan hujan hanya sedikit ditemui adanya perilaku menelisik. Presentase perilaku garuk saat cuaca
cerah adalah sebesar 85,9, pada saat mendung perilaku garuk juga terjadi dengan presentase sebesar 10,4 sedangkan presentase selisik sendiri saat cerah
sebesar 88,2, dan terjadi pula saat hujan dengan presentase sebesar 7,8. Presentase perilaku selisik pasangan sering terjadi pada saat cuaca cerah dengan
presentase sebesar 87,7, dan terjadi pula saat cuaca mendung dengan presentase sebesar 10,2 Gambar 23.
Gambar 23 Grafik cuaca saat perilaku menelisik. Pengamatan perilaku menelisik owa jawa memiliki 10 interval waktu,
terendah memiliki interval kurang dari satu jam, dan tertinggi lebih dari 9 jam setiap harinya. Pada kelompok B frekuensi perilaku menelisik terbanyak pada
interval waktu 8 - 9 jam yaitu sebanyak 213 kali, sedakang perilaku menelisik terendah terjadi pada interval waktu 1 – 2 jam sebanyak 7 kali Gambar 24.
66,7
33,3 75,0
25,0 10
20 30
40 50
60 70
80
Kelompok A Kelompok B
G a
n g
g u
a n
Kelompok Owa Jawa Ribut
Playback 7
7 46
27 148
147 89
195 213
54 50
100 150
200 250
0-1 1-2
2-3 3-4
4-5 5-6
6-7 7-8
8-9 9-10
P er
il a
k u
M en
elis ik
k a
li
Interval Waktu Pengamatan jam
Gambar 24 Grafik frekuensi perilaku menelisik berdasarkan interval waktu pengamatan.
Selama pengamatan dapat dilihat bahwa kelompok A dan B pernah melakukan ribut dengan kelompok lain hingga sebanyak dua kali dalam sehari.
Selain itu, pemutaran playback suara sering dilakukan pada kelompok A dan hanya sekali pada kelompok B. Gangguan alami ribut pada kelompok A sebesar
66,7 sedangkan kelompok B hanya 33,3. Gangguan oleh manusia pada kelompok A sebesar 75,0, sedangkan kelompok B sebesar 25,0 Gambar 25.
Gambar 25 Grafik gangguan terhadap perilaku menelisik owa jawa.
5.2 Pembahasan 5.2.1 Kelompok owa jawa di TNGHS
Owa jawa merupakan primata yang hidup di habitat hutan primer, hutan sekunder dan hutan hujan tropis dengan ketinggian
≤ 1.500 mdpl Rowe 1999. Salah satu dari habitat terbesar owa jawa terdapat di Taman Nasional Gunung
Halimun Salak TNGHS yang merupakan taman nasional dengan ekosistem hutan hujan tropis pegunungan terluas di Jawa. Owa jawa yang diamati adalah
kelompok A dan B. Kedua kelompok ini mudah ditemui dan sudah berhasil di habituasi owa jawa tidak lari atau menghindar saat ada manusia.
Owa jawa kelompok A berada pada wilayah jalur wisata sehingga sering berinteraksi dengan manusia aktivitas pengunjung wisata ataupun masyarakat
Desa Citalahab. Owa jawa kelompok B juga berada pada wilayah jalur wisata tetapi intensitas perjumpaan dengan manusia cukup jarang. Pada penelitian
sebelumnya, Oktaviani 2009 menyebutkan bahwa kelompok A lebih toleran terhadap kehadiran pengamat di sekitarnya dibandingkan dengan kelompok B,
sedangkan kelompok B berada pada jalur yang lebih jarang dilewati oleh pengunjung sehingga kelompok B menjadi lebih sensitif terhadap kehadiran
manusia dan lebih memilih untuk menyembunyikan dan menjauhkan diri dari pengamat.
Wilayah jelajah kelompok A mulai dari Hm 5 - 17. Wilayah ini dilewati sungai yang banyak terdapat pohon pakan. Kelompok A sering berdiam pada satu
pohon pakan atau pohon istirahat cukup lama dan sering memasuki wilayah kelompok lain. Sedangkan wilayah jelajah kelompok B mulai dari Hm 17 - 33.
Wilayah ini juga dilewati sungai yang banyak terdapat pohon pakan. Pergerakan kelompok B cenderung mengelilingi wilayah jelajahnya. Hal ini sesuai dengan
penelitian Kim et al. 2010, menyebutkan bahwa wilayah jelajah kelompok A, B dan D adalah 36,6±SD 5,9 ha N=3 dengan overlapped wilayah jelajah kelompok
tersebut sekitar 3,3±SD 1,1 ha, sehingga estimasi rata-rata area yang digunakan bersama kelompok A, B dan D sebesar 25 - 30 ha atau 67 - 81 dari wilayah
jelajah.