pengembalian saham menurun, meskipun pengembalian pasar adalah positif Brigham, 2004. Beta portofolio adalah rata-rata tertimbang sederhana pada
modal dari saham individu, di mana tertimbang adalah presentase dari dana yang diinvestasikan pada tiap saham. Beta portofolio mengukur rata-rata daya reaksi
dari pengembalian portofolio pada pergerakannya di pasar umum Keown, 2004.
2.15. Penelitian Terdahulu
Wicaksono, D.T. 2005 dalam penelitiannya tentang Analisis Portofolio Optimal dari Saham Sektor Industri Keuangan di Bursa Efek Jakarta,
mengemukakan bahwa 1 saham-saham sektor keuangan berdasarkan tingkat pengembalian dan risikonya yang memiliki kinerja terbaik adalah saham ABDA
sub sektor asuransi, saham BGIN sub sektor bank, saham MITI sub sektor perusahaan efek dan saham MTFN sub sektor lembaga pembiayaan; 2 saham-
saham sektor keuangan yang termasuk kedalam saham unggulan pada sub sektor bank memiliki jumlah saham unggulan terbanyak dan dinilai sebagai sub sektor
yang paling baik, yaitu saham INPC, MAYA, BGIN, BVIC, NISP, BBIA, BABP, BNGA, BDMN,BNII, BBRI, BEKS, BMRI, BBNI, LPBN, PNBN; 3 portofolio
optimal pada sub sektor keuangan asuransi, bank, perusahaan efek dan lembaga pembiayaan memiliki tingkat pengembalian dan risiko rendah; 4 membentuk
portofolio optimal saham sektor industri keuangan yang terdiri dari portofolio optimal yang dihasilkan pada masing-masing sub sektor asuransi, bank,
perusahaan efek dan lembaga pembiayaan; 5 melalui pembandingan antara investasi portofolio saham-saham sektor keuangan dengan deposito, maka dapat
ditentukan tercapainya suatu bentuk investasi portofolio yang aman dengan tingkat risiko minimum dan tingkat pengembalian maksimal.
Hasil penelitian Dewoprojo, W.K. 2005 tentang Analisis Investasi Saham Industri Barang Konsumsi di Bursa Efek Jakarta Periode 2002-2004 menyatakan
bahwa 1 tingkat suku bunga deposito mempengaruhi saham GGRM dan HMSP, sedangkan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat berpengaruh
terhadap saham MLBI, GGRM dan HMSP, sedangkan IHSG tidak terpengaruh oleh kedua faktor makro ekonomi tersebut; 2 harga saham antar perusahaan
industri barang konsumsi di BEJ tidak saling mempengaruhi; 3 investasi dalam
bentuk saham perusahaan industri barang konsumsi di BEJ pada umumnya memiliki tingkat risiko yang tinggi dan tingkat hasil yang rendah.
Penelitian Widyaningdyah 2001 tentang Analisis Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Earnings Management pada Perusahaan Go Public di
Indonesia dengan tujuan untuk menguji pengaruh reputasi auditor, jumlah dewan direksi, leverage dan persentase saham yang ditawarkan kepada publik saat IPO
terhadap earnings management, yang di-proxy-kan dengan discretionary accruals. Berdasarkan hasil pengujian hanya leverage saja yang berpengaruh signifikan
terhadap earnings management. Hasil penelitian ini mendukung temuan Dechow et.al 1996 bahwa debt motivation yang salah satu proxy-nya adalah leverage,
berpengaruh signifikan terhadap earnings management. Perusahaan yang terancam default cenderung melakukan earnings management dengan menaikkan
laba. Hal ini dilakukan dalam rangka memperbaiki posisi bargainingnya saat negosiasi ulang atau perusahaan melakukan go public untuk mendapatkan dana
segar karena kesulitan mencari dana pinjaman. Earnings management untuk perusahaan yang go public dilakukan pada prospektus laporan keuangan
perusahaan sebelum IPO agar investor tertarik menanamkan modalnya. Analisis Pengaruh Profitabilitas Industri, Rasio Leverage Keuangan
Tertimbang dan Intensitas Modal Tertimbang serta Pangsa Pasar Terhadap ROA dan ROE Perusahaan Manufaktur yang Go-Public di Indonesia, diteliti oleh
Martono 2002 dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa: pertama, tiga variabel, yaitu ROA industri, intensitas modal tertimbang dan leverage keuangan
tertimbang terbukti berpengaruh signifikan terhadap ROA perusahaan. Kedua, tiga variabel, yaitu ROE industri, leverage keuangan tertimbang dan pangsa pasar
terbukti berpengaruh signifikan terhadap ROE. Ketiga, berdasarkan nilai R2, hasil analisis regresi ROE lebih robust dibandingkan hasil analisis regresi ROA.
Keempat, profitabilitas industri terbukti superior dalam menjelaskan ROA, sedangkan variabel yang superior dalam menjelaskan ROE adalah rasio leverage
keuangan tertimbang.