Penentuan Lag Optimal Dampak fluktuasi harga pangan hewani asal ternak terhadap inflasi di kabupaten Bogor

57 Berdasarkan hasil analisis FEVD, pada periode ke-1 keragaman inflasi Kabupaten Bogor masih dijelaskan 100 oleh inflasi itu sendiri. Pada periode ke- 2, keragaman inflasi dijelaskan 91.60 oleh inflasi, dan mulai dijelaskan pula oleh variabel-variabel lain, yaitu sebesar 0.46 dijelaskan oleh daging ayam broiler karkas, 0.87 oleh daging sapi has, 0.44 dijelaskan oleh daging sapi bistik, 2.48 oleh daging sapi murni, dan 0.57 dijelaskan oleh hati sapi. Selain itu, variabel lainnya, daging kambingdomba menjelaskan inflasi sebesar 0.16, telur ayam ras sebesar 1.82, telur ayam buras sebesar 0.44, telur itik sebesar 0.56, dan susu segar sebesar 0.58. Pada akhir periode ke-24, kontribusi inflasi Kabupaten Bogor dalam menjelaskan keragaman inflasi Kabupaten Bogor sendiri sudah berkurang menjadi 74.83, sementara variabel lainnya cenderung meningkat. Dua komoditas pangan hewani asal ternak yang paling dominan dalam menjelaskan keragaman inflasi Kabupaten Bogor yaitu daging sapi murni sebesar 14.74 dan telur ayam ras sebesar 3.32. Hal ini diduga karena kedua komoditas tersebut mempunyai efek pengganda pada industri makanan setengah jadi dan makanan jadi. Telur ayam ras digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan roti, kue dan makanan jadi lainnya, sedangkan daging sapi murni digunakan untuk pembuatan nugget, bakso, sosis, serta produk makanan jadi lainnya, seperti soto. Oleh karena itu, kenaikan harga daging sapi murni dan telur ayam ras akan berdampak pada naiknya harga produk makanan pada umumnya. Telur ayam buras, daging ayam broiler karkas dan daging sapi has menempati urutan ke-3, 4, dan 5 dalam menjelaskan keragaman inflasi Kabupaten Bogor, dengan presentase berturut-turut sebesar 1.85, 1.35, dan 1.95. Telur ayam buras merupakan substitusi dari telur ayam ras, sehingga perubahan harga keduanya memiliki pengaruh terhadap industri makanan. Daging ayam broiler merupakan sumber protein pangan hewani yang paling mudah didapatkan di Kabupaten Bogor. Hal ini menyebabkan nilai konsumsi daging ayam broiler di Kabupaten Bogor relatif besar. Kontribusi daging sapi has dalam menjelaskan keragaman inflasi Kabupaten Bogor diduga karena daging sapi has masih dianggap sebagai barang mewah. Adapun variabel komoditas pangan hewani asal ternak yang lain hanya memberikan kontribusi sebesar 1, yaitu susu segar sebesar 0.94, telur itik sebesar 0.75, daging sapi bistik sebesar 0.19, hati sapi sebesar 0.05, serta daging kambingdomba sebesar 0.03. Kontribusi susu segar, telur itik, daging sapi bistik dan hati sapi dalam menjelaskan inflasi Kabupaten Bogor diduga karena adanya produk turunan. Susu segar dapat dikonsumsi dalam bentuk susu segar, susu pasteurisasi, yoghurt, serta keju. Telur itik biasa digunakan sebagai bahan baku telur asin, martabak telur, dan beberapa jenis makanan lainnya. Akibatnya, perubahan harga pada komoditas susu segar dan telur itik akan berdampak pada perubahan harga produk turunannya. Kontribusi daging sapi bistik, hati sapi, dan daging kambingdomba diduga karena beberapa hal. Daging sapi bistik merupakan substitusi dari daging sapi has, untuk membuat makanan seperti steak. Hati sapi digunakan sebagai tambahan pada beberapa masakan. Daging kambingdomba merupakan substitusi dari daging sapi. Selain itu, daging kambingdomba di Kabupaten Bogor, khususnya di Kecamatan Ciawi, banyak dijadikan sate sebagai makanan khas, salah satunya Sate Maranggi. Permintaan sate kambingdomba di Kecamatan Ciawi cukup tinggi karena Ciawi merupakan daerah destinasi wisata.