47 tahun 2011 sebesar -2.526. Perubahan harga ini dipicu karena kenaikan harga
BBM. Pada umumnya, telur itik banyak diminta oleh industri kecil dan menengah untuk dijadikan telur asin. Telur asin merupakan produk turunan dari telur itik
yang familiar bagi masyarakat Indonesia. Hal ini dikarenakan harga telur asin yang relatif terjangkau dan rasa asinnya yang khas Nursamsiyah, 2000.
Kenaikan harga BBM akan berdampak pada naiknya biaya produksi, sehingga harga telur itik juga meningkat. Pendugaan produksi dan konsumsi telur itik di
Kabupaten Bogor tahun 2008-2012 disajikan pada Tabel 12. Tabel 12 Pendugaan Produksi dan Konsumsi Telur Itik di Kabupaten Bogor tahun
2008-2012
Tahun Produksi kg Konsumsi kg
Selisih Produksi dan Konsumsi kg 2008
838 187 655 418.52
182 768.48 2009
873 951 707 412.77
166 538.23 2010
895 802 691 930.14
203 871.86 2011
1 151 874 812 163.83
339 710.18 2012
1 067 595 964 669.90
102 925.10
Sumber: BPS Kab. Bogor dan Dinas Peternakan dan Perikanan Kab. Bogor 2013 diolah Keterangan: Konsumsi telur itik diperoleh dari rata-rata konsumsi telur itik per kapita per tahun
dikali jumlah penduduk Kabupaten Bogor pada tahun berlaku
5.7 Perkembangan Harga Susu Segar
Selama tahun 2010-2013 harga susu segar di Kabupaten Bogor cenderung stabil. Harga rata-rata susu segar dicapai pada tingkat harga Rp 6 508.67liter.
Selisih antara harga tertinggi dan terendah yaitu sebesar Rp 3 050liter. Pada April 2013, harga susu segar mengalami puncak tertinggi dengan tingkat harga sebesar
Rp 7 250liter. Adapun tingkat harga terendah susu segar terjadi pada Januari- Februari 2010 yaitu sebesar Rp 4 200liter. Perkembangan harga susu segar di
Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Gambar 17. Selama tahun 2010-2013, harga susu segar cenderung stabil. Namun, terjadi
perubahan harga yang sangat besar pada tahun 2010 yaitu sebesar 4.105. Perubahan harga yang tinggi pada tahun 2010 diduga karena produksi susu segar
yang menurun. Penurunan produksi susu segar menyebabkan harga relatif meningkat. Adapun perubahan harga terkecil terjadi pada tahun 2011 yaitu
sebesar 0.012. Perubahan harga susu segar di Kabupaten Bogor relatif stabil. Peningkatan tertinggi yang terjadi pada bulan Februari-April 2010 diduga karena
adanya program impor induk produktif yang dilakukan dalam rangka pemenuhan konsumsi susu dalam negeri Farid dan Sukesi, 2011.
Sumber: Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, 2014
Gambar 17 Perkembangan Harga Susu Segar di Kabupaten Bogor Periode Januari 2010-Desember 2013
Pendugaan produksi dan konsumsi susu segar di Kabupaten Bogor disajikan pada Tabel 13. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa konsumsi susu segar di
Kabupaten Bogor sangat rendah jika dibandingkan dengan produksinya. Hal ini diduga dikarenakan masyarakat lebih memilih mengkonsumsi susu dalam bentuk
olahan, seperti yoghurt dan susu UHT. Pemilihan ini didasarkan dengan pertimbangan bahwa produk olahan lebih tahan lama. Hasil penelitian Priyanti
dan Saptati 2008 menyatakan bahwa elastisitas harga susu cukup tinggi. Hal ini mengindikasikan bahwa susu masih dianggap sebagai komoditas pangan berharga
mahal. Tabel 13 Pendugaan Produksi dan Konsumsi Susu Segar di Kabupaten Bogor
tahun 2008-2012
Tahun Produksi l
Konsumsi l Selisih Produksi dan Konsumsi l
2008 10 422 075
529 543.44 9 892 531.56
2009 10 767 500
662 639.81 10 104 860.19
2010 11 005 463
553 544.11 10 451 918.89
2011 11 198 708
551 286.96 10 647 421.04
2012 11 422 684
583 879.15 10 838 804.85
Sumber: BPS Kab. Bogor dan Dinas Peternakan dan Perikanan Kab. Bogor 2013 diolah Keterangan: Konsumsi susu segar diperoleh dari rata-rata konsumsi susu segar per kapita per
tahun dikali jumlah penduduk Kabupaten Bogor pada tahun berlaku 1000
2000 3000
4000 5000
6000 7000
8000
Jan u
ar i 2
1 Ma
ret Mei
Ju li
Sep tem
b er
No v
em b
er
Jan u
ar i 2
1 1
Ma ret
Mei Ju
li Sep
tem b
er No
v em
b er
Jan u
ar i 2
1 2
Ma ret
Mei Ju
li Sep
tem b
er No
v em
b er
Jan u
ar i 2
1 3
Ma ret
Mei Ju
li Sep
tem b
er No
v em
b er
H a
rg a
Rpli ter