e. Telur Ayam Telur ayam dibagi menjadi dua yaitu telur ayam untuk pembibitan dan
konsumsi. Telur ayam konsumsi menurut SNI no 3926 tahun 2008 merupakan telur ayam yang belum mengalami proses fortifikasi, pengawetan, dan proses
pengeraman. Berdasarkan jenis induknya, telur ayam dibedakan menjadi dua yaitu telur ayam ras dan telur ayam buras lokal.
f. Telur Itik Telur itik merupakan telur yang belum mengalami fortifikasi, pengawetan, dan
proses pengeraman, yang berasal dari induk itik. g. Susu segar menurut SNI no 3141.1 tahun 2011 merupakan cairan yang berasal
dari ambing sapi sehat dan bersih, yang diperoleh dengan cara pemerahan yang benar, yang kandungan alamiahnya tidak dikurangi atau ditambah
sesuatu apapun dan belum mendapat perlakuan apapun kecuali pendinginan. Peternakan merupakan salah satu subsektor pertanian yang berperan penting
dalam pembangunan perekonomian Bernadien, 2012, Rukmana, 2005, yaitu sebagai penyedia protein hewani, menyumbang ketahanan pangan, sumber
pendapatan peternak, menyumbang pajak dan devisa negara, dan kontribusi dalam Pendapatan Asli Daerah PAD. Selain itu, pangan hewani asal ternak juga
berperan dalam peningkatan derajat kesehatan dan kecerdasan melalui kandungan asam amino essensial dalam protein yang lebih lengkap dan seimbang bila
dibandingkan dengan protein nabati Presetyo et al., 2005. Stabilisasi harga merupakan salah satu aspek dalam konsep ketahanan
pangan. Stabilisasi harga pada sektor peternakan perlu dilakukan karena sektor peternakan memiliki hubungan dengan sektor-sektor lainnya. Menurut Arifin
2007, sektor peternakan mempunyai keterkaitan ke belakang backward linkages dan ke depan forward linkages. Dalam keterkaitan ke belakang, sektor
peternakan memiliki ketergantungan yang tinggi dengan industri pakan ternak. Sedangkan dalam keterkaitan ke depan, peternakan memiliki hubungan dengan
sektor industri hasil makanan, industri hotel dan restoran, serta industri pariwisata.
13
2.4 Fluktuasi Harga Komoditas Pangan Hewani Asal Ternak
Harga dapat berubah mengikuti perubahan faktor yang mempengaruhinya. Perubahan harga terkait dengan waktu, musiman seasonality, dan kualitas
produk. Perubahan harga pada umumnya menggambarkan tentang perubahan supply dan demand, pendapatan petani, dan hubungan ekonomi lainnya Hudson,
2007. Menurut Tomek dan Robinson 1990, produk pertanian mempunyai karakteristik yang berbeda dengan produk lainnya, diantaranya produk pertanian
mengikuti proses produksi biologis, sifat produk pertanian yang mudah rusak, bersifat musiman, serta adanya distribusi lag. Faktor-faktor yang mempengaruhi
perubahan harga dibagi menjadi dua, yaitu perubahan pada sisi penawaran dan perubahan pada sisi permintaan.
1. Perubahan sisi penawaran Perubahan pada sisi penawaran lebih ditekankan pada produksi dan
penyimpanannya. Industri peternakan membutuhkan waktu dalam proses biologis yang cukup lama untuk memproduksi daging, telur, dan susu,
sehingga jika terjadi peningkatan permintaan tidak bisa dipenuhi dalam jangka pendek. Produksi peternakan juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan di luar
kemampuan pengendalian petani, seperti cuaca, iklim, dan faktor alamiah lainnya Hudson, 2007. Selain itu, peningkatan biaya produksi seperti
meningkatnya harga BBM juga mengakibatkan adanya fluktuasi pada harga pangan hewani asal ternak.
Faktor lainnya yang mempengaruhi perubahan harga dari sisi penawaran yaitu cara penyimpanan. Hal ini dikarenakan komoditas pangan hewani asal
ternak bersifat mudah rusak dan busuk, sehingga proses penyimpanan yang tidak sesuai akan menurunkan kualitas produk. Penurunan kualitas tersebut
pada akhirnya menyebabkan penurunan harga. Permintaan komoditas pangan pada masing-masing individu pada umunya bersifat inelastis, dimana
permintaan cenderung stabil, sehingga perubahan penawaran lebih berpengaruh terhadap perubahan harga. Ilustrasi mengenai perubahan harga
komoditas pangan hewani asal ternak dari sisi penawaran disajikan pada Gambar 5.
Harga S
1
S
P
1
E
1
P E
D Jumlah
Q
1
Q
Sumber : Firdaus, 2009
Gambar 5 Ilustrasi Perubahan Harga Komoditas dari Sisi Penawaran 2. Perubahan sisi permintaan
Permintaan komoditas pangan pada individu bersifat inelastis, dimana peningkatan tingkat harga, relatif tidak berpengaruh terhadap jumlah
permintaan. Namun, peningkatan jumlah populasi akan menyebabkan peningkatan jumlah permintaan secara agregat, sehingga mempengaruhi
perubahan harga dari sisi permintaan. Peningkatan permintaan ini tidak disertai dengan peningkatan penawaran, karena komoditas peternakan pada
umunya membutuhkan time lag dalam produksinya. Kondisi ini mengakibatkan naiknya harga komoditas pangan hewani asal ternak.
Pendapatan masyarakat juga mempengaruhi perubahan harga komoditas pangan hewani asal ternak dari sisi permintaan. Hal ini dikarenakan ketika
pendapatan meningkat, orang akan cenderung mengubah pola konsumsinya. Perubahan pola konsumsi yang pada umunya terjadi yaitu perubahan
konsumsi beralih ke makanan yang mempunyai kelezatan yang lebih tinggi. Menurut Buckle et al. 1985, jenis bahan makanan yang dikonsumsi akan
berubah dari serealia biji-bijian ke makanan yang bersumber dari ternak, mengandung lemak, atau karbohidrat sederhana. Ilustrasi mengenai perubahan
harga komoditas pangan hewani asal ternak dari sisi permintaan ditampilkan pada gambar berikut: