Perkembangan Harga Telur Itik
53 Tabel 18 Hasil Estimasi VECM
Jangka Panjang Variabel
Koefisien ʈ-statistik
Ln Daging Ayam Broiler -1 0.061455
[8.78086] Ln Daging Sapi Has -1
0.014140 [-7.87752]
Ln Daging Sapi Bistik -1 -0.002200
[-0.78720] Ln Daging Sapi Murni -1
-0.020498 [-7.5202]
Ln Hati Sapi -1 -0.003646
[-1.74284] Ln Daging KambingDomba -1
-0.006624 [-5.14955]
Ln Telur Ayam Ras -1 -0.063760
[-10.1268] Ln Telur Ayam Buras -1
0.275876 [5.03800]
Ln Telur Itik -1 -0.455406
[-10.3486] Ln Susu Segar -1
0.121860 [14.7734]
C -15.50750
- Jangka Pendek
Variabel Koefisien
ʈ-statistik CointEq1
-0.001844 [-0.50672]
DLn Indeks Harga Konsumen -1 0.222181
[1.36328] DLn Daging Ayam Broiler -1
0.000425 [1.94156]
DLn Daging Sapi Has -1 1.78E-05
[0.22735] DLn Daging Sapi Bistik -1
4.73E-05 [0.34297]
DLn Daging Sapi Murni -1 -0.000147
[-1.43035] DLn Hati Sapi -1
-0.000113 [-1.30277]
DLn Daging KambingDomba -1 7.64E-05
[0.56433] DLn Telur Ayam Ras -1
-0.000224 [-0.86574]
DLn Telur Ayam Buras -1 -0.000387
[0.18762] DLn Telur Itik -1
0.001902 [1.02001]
DLn Susu Segar -1 -0.000802
[-1.57520] C
0.550822 [3.17298]
Keterangan: signifikan pada taraf nyata 5
Menurut Perda DKI Jakarta no 1 tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah 2030, menyatakan bahwa Kabupaten Bogor termasuk dalam kawasan
strategis nasional karena merupakan salah satu daerah administrasi sekitar ibukota. Hal ini berdampak pada sosial masyarakat di Kabupaten Bogor, diantaranya
sebagian penduduk Kabupaten Bogor merupakan pendatang dari beberapa daerah di Indonesia. Penduduk pendatang mempunyai tradisi dan budaya sesuai dengan
daerah asalnya, termasuk dalam konsumsi pangan. Akibatnya, tidak ada komoditas pangan hewani asal ternak yang secara dominan dikonsumsi oleh
penduduk Kabupaten Bogor. Oleh karena itu, tidak ada komoditas pangan hewani
asal ternak yang berpengaruh secara signifikan terhadap inflasi di Kabupaten Bogor dalam jangka pendek.
Dalam hubungan jangka panjang, terdapat delapan dari sepuluh variabel harga komoditas pangan hewani asal ternak yang secara signifikan mempengaruhi
inflasi Kabupaten Bogor, yaitu daging ayam broiler karkas, daging sapi has, daging sapi murni, daging kambingdomba, telur ayam ras, telur ayam buras, telur
itik, dan susu segar. Adapun harga komoditas daging sapi bistik dan hati sapi tidak mempengaruhi inflasi Kabupaten Bogor secara signifikan pada taraf nyata
5. Nilai koefisien pada komoditas daging sapi bistik, daging sapi murni, hati sapi, daging kambingdomba, telur ayam ras, dan telur itik menunjukkan nilai
negatif. Hal ini membuktikan bahwa kenaikan harga pada enam komoditas tersebut akan menyebabkan peningkatan pada inflasi Kabupaten Bogor dalam
jangka panjang. Hubungan tersebut sesuai dengan hipotesis penelitian ini, yaitu fluktuasi harga komoditas pangan hewani asal ternak berpengaruh positif terhadap
inflasi Kabupaten Bogor. Hipotesis tersebut didasarkan karena harga komoditas pangan mampu merespon dengan cepat guncangan ekonomi seperti meningkatnya
permintaan pada periode puasa. Selain itu, harga komoditas pangan juga mampu merespon dengan cepat guncangan bukan ekonomi, seperti wabah virus flu
burung. Terjadinya inflasi akibat meningkatnya permintaan termasuk dalam demand pull inflation, sedangkan terjadinya inflasi akibat wabah virus flu burung
dalam penelitian ini termasuk dalam cost push inflation. Menurut Gujarati 2003, model VAR bersifat ateoritis sehingga hasil
estimasinya sulit untuk diinterpretasikan. Untuk menginterpretasikan, analisis yang harus dilakukan yaitu analisis Impuls Response Function IRF dan Forecast
Error Variance Decomposition FEVD.