Hubungan Karakteristik Individu dengan Representasi Sosial

BAB VIII HUBUNGAN KARAKTERISTIK PESERTA PKH

DENGAN REPRESENTASI SOSIAL TERHADAP PKH Rangkuman mengenai hubungan antara karakteristik peserta PKH, yaitu karakteristik individu dan keterlibatan dalam kelompok, dengan representasi sosial peserta terhadap PKH tertera pada Tabel 18. Terdapat empat variabel yang memiliki hubungan, yaitu yang disertai tanda bintang pada kolom Chi Square. Adapun keterangan lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 4. Tabel 18. Hubungan antara Karakteristik PKH dengan Representasi Sosial terhadap PKH Karakteristik Peserta PKH Representasi Sosial terhadap PKH Chi 2 PKH untuk biaya pendidikan PKH belum memuaskan PKH membuat senang PKH memiliki aturan Usia Antara 43–56 tahun kurang dari 43 tahun Lebih dari 56 tahun Antara 43–56 tahun P=0,532 Pendidikan Tamat SD Tidak tamat SD Tidak tamat SD Tamat SMP; tamat SMA p=0,041 Pekerjaan Buruh Pedagang Serabutan Serabutan p=0,010 Jumlah sumber nafkah Dua sumber nafkah Lebih dari dua sumber nafkah Lebih dari dua sumber nafkah Satu; Dua sumber nafkah p=0,331 Penghasilan 350.000 – 500.000 350.000 350.000 – 500.000 650.000 p=0,483 Tanggungan 2 orang 3 orang 2 – 3 orang 2 – 3 orang p=0,786 Peranan Anggota Anggota Anggota Ketua p=0,010 Pertemuan kelompok Jarang Sering Sering Sering p=0,752 Bertemu petugas Jarang Sedang Sedang Sering p=0,001 Interaksi dalam kelompok Tinggi Tinggi Rendah Tinggi p=0,835 Ket: Presentase tertinggi yang dirangkum dari Lampiran 4. melalui uji Chi Square terbukti memiliki hubungan yang nyata dengan representasi sosial terhadap PKH pada

8.1 Hubungan Karakteristik Individu dengan Representasi Sosial

terhadap PKH Karakteristik individu peserta PKH yang menjadi topik analisis pada penelitian ini ialah usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, jumlah sumber nafkah, pendapatan, dan tanggungan dalam rumah tangga. Namun karakteristik yang terbukti melalui uji statistik berhubungan nyata dengan representasi sosial peserta terhadap PKH ialah tingkat pendidikan dan pekerjaan.

8.1.1 Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Representasi Sosial terhadap PKH

Tingkat pendidikan peserta PKH memiliki hubungan yang nyata dengan representasi sosial peserta terhadap PKH. Responden yang tidak pernah sekolah, hanya tamat SD, menamatkan SMP, atau menamatkan SMA, akan memiliki representasi sosial yang berbeda terhadap PKH. Hasil Uji Chi Square Lampiran 4 menunjukkan bahwa nilai hitung lebih besar dibandingkan dengan nilai tabel 21,716 21,026 dan nilai signifikasi p=0,041p 0,05. Responden yang tidak pernah sekolah tergolong pada tipe PKH belum memuaskan 67 persen dan tipe PKH membuat senang 33 persen. Dapat dikatakan bahwa peserta PKH yang tidak sekolah cenderung hanya merasa senang telah terpilih menjadi penerima bantuan dan mengetahui bahwa program memiliki kekurangan seperti tidak tepat waktu, jumlah bantuan tidak memadai, dan distribusi bantuan belum menyeluruh. Namun mereka tidak mengaitkan representasi terhadap PKH dengan pendidikan. Tidak ada satu pun peserta PKH yang tergolong pada kategori tidak sekolah termasuk pada tipe PKH untuk biaya pendidikan ataupun PKH memiliki aturan. Peserta yang tergolong kepada kategori tamat dan tidak tamat SD, memiliki tipe yang cukup beragam, namun mereka lebih dominan tergolong pada tipe PKH untuk pendidikan anak, yaitu 44 persen pada peserta yang tidak tamat SD, dan 65 persen pada peserta yang tamat SD. Peserta PKH yang walaupun memiliki pendidikan formal rendah yaitu tamat dan tidak tamat SD telah memiliki representasi sosial yang cukup baik, dimana mereka telah merepresentasikan PKH sebagai bantuan yang khusus diberikan pemerintah untuk meringankan beban dalam memenuhi keperluan pendidikan anak, hal tersebut diduga berkaitan dengan karakteristik mereka yang pernah mengecap pendidikan, tidak sama hal nya dengan peserta yang berada pada kategori tidak sekolah. Responden yang memiliki pendidikan yang cukup baik yaitu SMP dan SMA dapat melihat program dengan cukup kritis, dimana mereka tergolong pada tipe PKH untuk pendidikan anak 50 persen bagi responden yang tamat SMP, tipe PKH memiliki aturan 100 persen pada responden tamat SMA dan 25 persen pada responden tamat SMP dan tipe belum memuaskan 25 persen pada responden tamat SMP. Uniknya, tidak ada satupun dari mereka yang tergolong kepada tipe PKH membuat senang, yaitu tipe yang hanya merepresentasikan PKH sebagai program yang meringankan beban dan membuat senang namun tidak menghubungkannya dengan aspek pendidikan. Khusus pada peserta yang memiliki tingkat pendidikan paling tinggi, yaitu tamat SMA, merepresentasikan PKH sebagai program yang memiliki aturan 100 persen, dimana pada representasi sosial tersebut telah tercakup mengenai kewajiban penggunaan program untuk pendidikan, sanksi yang ada, ataupun mengenai ketentuan lainnya. Pada tipe PKH belum memuaskan, terlihat bahwa semakin rendah tingkat pendidikan responden, semakin belum puas mereka terhadap PKH. Kategori pendidikan yang ada pada tipe PKH belum memuaskan berturut–turut adalah tamat SMP 25 persen, tamat SD 27 persen, tidak tamat SD 38 persen, dan persentase tertinggi ialah pada kategori tidak sekolah 67 persen. Pada tipe membuat senang, terdapat kecenderungan yang sama dimana semakin rendah tingkat pendidikan semakin besar persentase responden. Responden memiliki pendidikan tamat SMP 4 persen, tamat SD 13 persen, tidak tamat SD 33 persen. Dapat disimpulkan pada tipe PKH belum memuaskan dan PKH membuat senang terlihat kecenderungan semakin rendah tingkat pendidikan peserta PKH, maka representasi sosial yang terbentuk akan terpengaruh. Peserta PKH merasa semakin kurang puas serta hanya menganggap PKH adalah bantuan yang membuat senang, tanpa menghubungkan bantuan kepada penggunaan bagi pemenuhan pendidikan anak, sesuai dengan ketentuan program.

8.1.2 Hubungan Jenis Pekerjaan dengan Representasi Sosial terhadap PKH

Jenis pekerjaan peserta PKH memiliki hubungan yang nyata dengan representasi sosial, dengan demikian jenis pekerjaan yang berbeda akan menyebabkan adanya representasi sosial yang juga berbeda. Hasil Uji Chi Square Lampiran 4 menunjukkan bahwa nilai hitung lebih besar dibandingkan dengan nilai tabel 26,37021,026 dan nilai signifikasi p=0,01 p0,05 sehingga hipotesis diterima. Responden yang bekerja sebagai pedagang umumnya tergolong pada tipe PKH untuk biaya pendidikan 25 persen dan PKH belum memuaskan 75 persen. Profesi pedagang disini, seperti yang telah dijelaskan pada karakteristik peserta PKH ialah para pedagang kecil namun penghasilan mereka tergolong relatif lebih baik dibandingkan dengan kelompok pekerjaan lainnya. Mereka mengetahui bahwa dana bantuan PKH harus diutamakan penggunaannya untuk kebutuhan pendidikan anak. Namun, dengan tingkat pendapatan yang cukup lebih baik, penilaian terhadap bantuan PKH pun menjadi “kurang memadai”. Oleh karena itu representasi sosial lainnya yang lebih dominan adalah PKH belum memuaskan. Pada peserta yang memiliki profesi sebagai buruh, representasi sosial yang terbentuk cukup beragam, yaitu PKH untuk biaya pendidikan 63 persen, PKH belum memuaskan 23 persen, serta PKH membuat senang dan PKH memiliki aturan masing-masing 7 persen. Namun dapat ditarik kesimpulan bahwa umumnya mereka berada pada tipe PKH untuk biaya pendidikan. Peserta PKH yang berprofesi sebagai buruh lebih merepresentasikan PKH sebagai program yang meringankan beban pendidikan bagi anaknya Hal tersebut diduga berhubungan dengan tingkat pendapatan mereka yang rendah dan mengharapkan kelak dengan pendidikan yang diperoleh anak, kehidupan keluarga akan menjadi lebih baik. Hal tersebut juga sesuai dengan representasi sosial responden yang berprofesi buruh terhadap pendidikan, dimana mereka memandang pendidikan dibutuhkan untuk peningkatan kualitas kehidupan masa depan anak dan keluarga. Begitu juga dengan peserta yang tidak memiliki pekerjaan, yang disebabkan karena sakit dan lebih memilih menjadi ibu rumah tangga. Secara umum, mereka memandang PKH sebagai program bantuan untuk pendidikan anak, namun mereka menganggap bahwa dalam pelaksanaannya masih terdapat kekurangan. Sebagian besar dari mereka tergolong kepada representasi sosial PKH untuk pendidikan anak dan PKH belum memuaskan. Dapat disimpulkan bahwa pada peserta yang memiliki pekerjaan sebagai pedagang, buruh dan yang tidak memiliki pekerjaan, representasi sosial yang terbentuk umumnya ialah PKH sebagai program yang memberikan bantuan untuk biaya pendidikan anak dan program yang belum memuaskan . 8.1.3 Karakteristik Peserta PKH yang memiliki Hubungan Tidak Nyata dengan Representasi Sosial terhadap PKH Hasil Uji Lampiran 4 antara hubungan usia dengan representasi sosial menunjukkan bahwa nilai tabel lebih besar daripada nilai hitung 12,5925,092 dengan nilai signifikasi p=0,532 p0,05 sehingga hipotesis ditolak. Artinya, tinggi rendahnya usia tidak berhubungan dengan representasi sosial terhadap PKH. Pada jumlah sumber nafkah, juga tidak terdapat hubungan dengan representasi sosial terhadap PKH. Hasil Uji menunjukkan bahwa nilai tabel lebih besar daripada nilai hitung 12,5926,891 dengan nilai signifikasi p=0,331 p0,05 sehingga hipotesis ditolak Lampiran 4. Artinya, berapa pun jumlah sumber nafkah peserta PKH tidak berhubungan dengan representasi sosial terhadap PKH. Hasil Uji penghasilan responden menunjukkan bahwa nilai tabel lebih besar daripada nilai hitung 16,9198,512 dengan nilai signifikasi p=0,483 p0,05 sehingga hipotesis ditolak Lampiran 4. Oleh karena itu, berapa pun jumlah penghasilan rumah tangga peserta PKH, tidak akan berhubungan dengan representasi sosial terhadap PKH yang terbentuk. Pada jumlah tanggungan dalam rumah tangga tidak terdapat hubungan dengan representasi sosial terhadap PKH. Hasil Uji menunjukkan bahwa nilai tabel lebih besar daripada nilai hitung 12,5923,181 dengan nilai signifikasi p=0,786 p0,05 sehingga hipotesis ditolak Lampiran 4. Artinya, berapa pun jumlah tanggungan yang ada dalam rumah tangga peserta PKH tidak berhubungan dengan representasi sosial terhadap PKH. Melalui keseluruhan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa perbedaan usia, pendapatan, jumlah sumber nafkah, dan tanggungan yang ada pada rumah tangga peserta PKH, tidak mempengaruhi representasi sosial mereka terhadap PKH. Sehingga hanya terdapat dua karakteristik individu yang memiliki hubungan dengan representasi sosial terhadap PKH yaitu tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan. Selanjutnya akan dibahas hubungan antara keterlibatan kelompok dengan representasi sosial terhadap PKH.

8.2 Hubungan Keterlibatan dalam Kelompok dengan Representasi Sosial

Dokumen yang terkait

Implementasi Program Keluarga Harapan (PKH) Dalam Peningkatan Pendidikan Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) di Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah

8 151 186

PARTISIPASI RUMAH TANGGA SANGAT MISKIN (RTSM) DALAM PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) PENDIDIKAN DI KELURAHAN LATSARI KECAMATAN TUBAN KABUPATEN TUBAN.

0 5 104

Implementasi Program Keluarga Harapan (PKH) Dalam Peningkatan Pendidikan Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) di Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah

0 0 12

Implementasi Program Keluarga Harapan (PKH) Dalam Peningkatan Pendidikan Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) di Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah

0 0 1

Implementasi Program Keluarga Harapan (PKH) Dalam Peningkatan Pendidikan Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) di Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah

0 0 64

Implementasi Program Keluarga Harapan (PKH) Dalam Peningkatan Pendidikan Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) di Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah

0 0 8

Implementasi Program Keluarga Harapan (PKH) Dalam Peningkatan Pendidikan Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) di Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah

0 0 3

Implementasi Program Keluarga Harapan (PKH) Dalam Peningkatan Pendidikan Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) di Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah

0 3 41

TAPPDF.COM PDF DOWNLOAD IMPLEMENTASI PROGRAM PEMBERDAYAAN RUMAH TANGGA SANGAT MISKIN 1 PB

0 0 9

PARTISIPASI RUMAH TANGGA SANGAT MISKIN (RTSM) DALAM PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) PENDIDIKAN DI KELURAHAN LATSARI KECAMATAN TUBAN KABUPATEN TUBAN.

0 0 16