dimana anak RTSM terdaftar. Namun di luar kewajiban tersebut, terkadang petugas PKH juga membantu permasalahan RTSM lainnya, yang berada diluar
permasalahan terkait PKH, sepeti membantu RTSM untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang umumnya sulit untuk segera diperoleh oleh
masyarakat yang tergolong miskin dengan murah atau gratis yang harus segera diperoleh karena adanya permasalahan kesehatan serius yang dialami oleh salah
satu anggota keluarga RTSM. Hal-hal di luar kewajiban yang dilakukan oleh petugas PKH dilakukan tanpa pamrih, karena di UPPKH Bogor Barat terdapat
peraturan bahwa RTSM dilarang untuk memberikan uang bantuannya kepada petugas ataupun kepada pihak-pihak lainnya, karena uang tersebut harus
digunakan sesuai dengan ketentuan yang ada.
4.4 Program Keluarga Harapan Komponen Pendidikan
Aspek pendidikan dalam PKH ditujukan untuk meningkatkan angka partisipasi pendidikan dasar wajib belajar sembilan tahun dan mengurangi angka
pekerja anak. Pengalaman negara lain yang telah mengadopsi program serupa terbukti memberi dampak positif terhadap peningkatan status pendidikan serta
penurunan angka pekerja anak. Kehadiran PKH pendidikan diharapkan akan merubah pola pikir kelompok masyarakat yang tidak mampu untuk berperilaku
positif dalam mengoptimalkan dan memanfaatkan fasilitas di Indonesia baik lembaga pendidikan formal ataupun non formal.
Persyaratan yang ditetapkan pagi peserta komponen pendidikan adalah mendaftarkan peserta didik Enrollment dan memenuhi jumlah kehadiran yang
ditetapkan oleh program Attendance yang ditetapkan dalam program. Peserta PKH komponen pendidikan secara lebih terperinci adalah RTSM yang memiliki
anak usia 6 – 15 atau sampai 18 tahun yang belum menyelesaikan pendidikan dasar. Peserta PKH yang memiliki anak dengan kemampuan terbatas seperti tuna
daksa, keterbelakangan mental, keterbatasan penyerapan dan sejenisnya, memiliki hal pengecualian dalam hal usia. Semua anak dari kelompok ini yang masih
mengikuti pendidikan dasar tidak dibatasi rentang usianya. Peserta PKH adalah ibu atau perempuan dewasa yang mengurus anak pada
rumah tangga yang bersangkutan. Hal tersebut bertujuan agar penggunaan bantuan
dapat lebih efektif karena diarahkan untuk peningkatan kualitas pendidikan. Jika tidak ada ibu, maka pihak yang dapat menggantikan ialah nenek, tante, ataupun
kakak perempuan Direktorat Jaminan Kesejahteraan Sosial, 2008
a
. Pada kenyataannya, terdapat beberapa kasus yang tidak sesuai dengan ketentuan PKH
tersebut. Salah satu contoh ialah adanya peserta PKH laki-laki atau berstatus bapak dalam rumah tangga. Hal tersebut terjadi karena dalam sebuah rumah
tangga tidak ada anggota rumah tangga perempuan dewasa yang dapat mengurus rumah tangga. Berikut kutipan dari seorang responden laki–laki tersebut.
“Saya sudah bercerai dengan istri saya beberapa tahun lalu. Jadi yang sekarang ngurus anak–anak, ya saya. Uang PKH saya
yang terima. Informasi pertemuan kelompok dan pencairan biasanya langsung saya terima dari ketua kelompok.“ SH, 42 tahun
Menurut ketentuan, pengambilan dana bantuan dilakukan langsung oleh peserta PKH yang namanya telah tercantum pada kartu peserta. Namun pada
kondisi tertentu, terkadang peserta PKH tidak dapat hadir secara langsung dalam pengambilan bantuan disebabkan kondisi yang kurang memungkinkan seperti
sedang sakit keras ataupun sehabis melahirkan. Hal ini adalah pengecualian, dimana pengambilan bantuan dapat diwakilkan kepada pihak lain yang umumnya
masih anggota keluarga. Namun dalam kondisi ini terdapat sejumlah ketentuan yang harus dipenuhi. Sebelum dana bantuan diserahkan kepada perwakilan,
peserta PKH membuat sebuah surat kuasa pengambilan dana. Surat kuasa diperlihatkan kepada petugas pendamping yang mendampingi peserta
bersangkutan sebelum perwakilan mengikuti antrian penerimaan dana bantuan. Pengambilan bantuan dapat dilakukan oleh perwakilan setelah surat perwakilan
dinyatakan sah sebagai bukti pengambilan dana. Perwakilan juga diharuskan memperlihatkan KTP asli kepada petugas pendamping. Selain itu, terkadang
informasi pendukung juga langsung disampaikan oleh ketua kelompok yang mengetahui kondisi riil peserta saat itu. Pengawasan ketat seperti penjelasan di
atas dilakukan saat pencairan dana berlangsung untuk mencegah terjadinya penyimpangan saat distribusi dana.
Kondisi pengecualian lainnya dimana bukan peserta yang secara langsung mengambil bantuan PKH ialah, jika ada peserta yang meninggal selama menerima
bantuan PKH maka ia tetap menjadi anggota selama anaknya masih memenuhi
syarat menerima bantuan, namun keanggotaannya diwakilkan kepada anak yang telah dewasa ataupun kepada suami. Berikut adalah kutipan dari seorang informan
yang menggantikan ibunya mengambil dana PKH. “Ibu saya udah meninggal beberapa bulan lalu, jadi sekarang
saya yang ngambilin uangnya buat adik. Saya ikut ngambil uangnya ke Semeru [kantor POS tempat pencairan dana PKH dilakukan].
Tapi saya ga pernah ikut pertemuan karena ga pernah diundang sama ketua kelompok. Saya cuma dikasih tau bibi [yang juga dapat
uang bantuan]... Soal penggunaan uangnya saya engga ikut campur. Adik ngasih sebagian uang untuk beli beras, sisanya dia pake untuk
kebutuhannya.” DL, 21 tahun
Apabila telah memenuhi kewajibannya, RSTM yang terpilih sebagai peserta PKH berhak memperoleh bantuan uang tunai. Bantuan tunai akan
dibayarkan kepada peserta setiap tiga bulan melalui kantor pos terdekat. Bantuan tunai tahap I diberikan kepada peserta PKH bila telah menghadiri pertemuan awal
yang dikoordinasi oleh UPPKH kecamatan dan anak–anak dari RTSM peserta PKH sudah terdaftar di lembaga pendidikan tertentu. Dana triwulan berikutnya
akan dibayarkan jika anak–anak dari keluarga peserta PKH sudah memenuhi komitmen pendidikan, yakni 85 persen kehadiran di kelaskelompok belajar.
Bukti bahwa anak–anak peserta PKH telah memenuhi komitmen pendidikan diperoleh dari hasil verifikasi yang dilakukan oleh tenaga pendidik gurututor
dan diketahui oleh kepala sekolahkepala penyelenggara satuan pendidikan. Pada PKH terdapat sebuah ketentuan dimana peserta akan mendapatkan
sanksi jika tidak memenuhi kewajibannya. Misalnya jika anak peserta PKH tidak memenuhi standar kehadiran 85 persen total tatap muka, maka RTSM tersebut
dapat dikenakan sanksi. Petugas memiliki hak dan kewajiban dalam melaporkan kasus tersebut kepada UPPKH KabupatenKota. Sementara itu, petugas juga
memberikan peringatan langsung kepada RTSM. Dalam kasus ini, pendamping tidak dapat mencabut bentuk sanksi apapun yang telah diberikan, namun perannya
sangat penting dalam mengingatkan dan membantu peserta agar tetap konsisten memenuhi komitmennya. Di dalam kenyataannya, sanksi tersebut baru mulai
diberlakukan sejak tahun 2010.
BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN