“Setiap pencairan ibu selalu beli sepatu dan tas bukan apa–apa neng. Sepatu dan tas anak sekarang mudah rusak. Kalo beli yang mahal
ga bisa, masa’ uangnya cuma buat beli sepatu aja. Kebutuhan lainnya kan masih banyak… kalau belinya sih di babakan raya… yang deket aja
biar ongkosnya murah.” S, 43 tahun
Alasan ketiga ialah, keinginan responden untuk menggunakan uang bantuan bagi pemenuhan kebutuhan pendidikan anaknya, namun dapat
diperlihatkan secara langsung kepada petugas pendamping. Berikut kutipan dari salah seorang responden.
“Ini tas yang baru lagi menunjukkan tas ransel berwarna pink kepunyaan anaknya… yang kemaren masih bener sih neng, tapi ibu
beli lagi aja. Buat diliatin ke petugas membuktikan kepada petugas, kalo ibu udah pake uangnya buat anak.” E, 31 tahun
9.5 Dukungan bagi Kegiatan Belajar Anak
Dukungan orang tua sangat dibutuhkan oleh anak dalam berbagai kegiatan, termasuk kegiatan belajar di sekolah maupun di rumah. Saat anak
belajar di sekolah, orang tua dapat berpartisipasi dalam bentuk melarang anak bolos, mengingatkan anak untuk pergi ke sekolah, mengantar-jemput anak ke
sekolah, mengetahui jadwal ulangan, mengecek kehadiran, menanyakan kemajuan belajar dan berkonsultasi mengenai permasalahan anak kepada guru. Disamping
hal tersebut, saat anak melakukan kegiatan belajar di rumah orang tua juga dapat turut berpartisipasi seperti mengingatkan waktu belajar, menemani anak balajar,
memberi semangat dan motivasi untuk belajar, mengatur waktu belajar, mengajari saat anak mengalami kesulitan belajar, serta memberi reward–punishment.
Dukungan responden terhadap kegiatan belajar anak cukup baik namun umumnya tidak berada pada kategori nilai tinggi Tabel 19. Sebagian besar
responden berada pada kategori sedang 60 persen. Hal tersebut diduga berhubungan dengan tingkat pendidikan responden yang cenderung rendah yaitu
tamat SD, dan responden tidak mampu mendampingi kegiatan belajar anak secara maksimal seperti membantu dalam belajar. Menurut keterangan salah seorang
responden yang memiliki dua orang anak yaitu SD dan SMP menyatakan bahwa, ia hanya bisa menemani dan mengajari anaknya yang masih SD, sedangkan anak
yang SMP hanya belajar sendiri atau bersama temannya. Selain itu juga diduga
faktor pekerjaan responden juga mempengaruhi. Kondisi responden yang terkadang sibuk bekerja tidak memungkinkan bagi responden untuk dapat
mendampingi anak seperti mengantar-jemput ke sekolah, menemani belajar, serta mengatur waktu belajar anak ataupun menanyakan dan berkonsultasi mengenai
permasalahan anak kepada guru. Tingkat dukungan responden dalam persen terhadap kegiatan belajar anak terlihat pada Gambar 20.
Gambar 20. Sebaran Responden menurut Dukungan pada Kegiatan Belajar Anak
9.6 Ikhtisar