pengontrol sederhana bagi peserta PKH, dimana petugas pendamping berusaha mengetahui penggunaan dana dan peserta termotivasi untuk menggunakan uang
bantuan sesuai dengan semestinya. Pada kesempatan ini, petugas pendamping juga melakukan validasi data
yaitu menanyakan informasi terbaru mengenai kondisi keluarga, apakah ada peserta PKH yang hamilmelahirkan, anak peserta yang masuk SD, melanjutkan
ke SMP, ataupun lulus SMP. Validasi ini sangat dibutuhkan karena kondisi keluarga RTSM akan mempengaruhi jumlah dana bantuan yang akan diterima
untuk pencairan dana PKH selanjutnya. Bentuk formulir validasi data yang digunakan oleh petugas dapat dilihat pada Lampiran 3.
Topik pembicaraan mengenai sanksi berada pada posisi yang jauh berbeda dibandingkan dengan topik kewajiban, yaitu menjadi topik pembicaraan yang
paling sedikit dibicarakan. Menurut peserta PKH di beberapa RW, petugas pendamping tidak pernah menjelaskan mengenai sanksi yang ada pada PKH.
Walaupun tidak mengetahui dengan jelas mengenai sanksi, mereka tetap merasa bertanggung jawab besar melaksanakan seluruh kewajiban. Peserta berpendapat,
jika mereka menerima dana bantuan, kewajiban pun harus mereka laksanakan, terlepas ada ataupun tidak sanksi pada PKH.
Selama pertemuan kelompok berlangsung, sebagian besar responden memiliki tingkat keterlibatan yang tergolong sedang yaitu responden
mendengarkan penjelasan petugas pendamping dan bertanya kepada petugas hanya jika ada hal yang tidak dimengerti. Selanjutnya tingkat keterlibatan rendah
berada pada posisi kedua dimana responden hanya mendengarkan, dan tidak bertanya jika ada hal yang kurang dimengerti. Hanya sebagian kecil responden
yang berada pada keterlibatan tinggi, dimana mereka mendengarkan penjelasan pendamping dan bertanya jika terdapat hal yang tidak mengerti, selanjutnya
mereka ikut aktif menjelaskan kepada peserta lain dan umumnya mereka ialah ketua kelompok dan sebagian kecil peserta yang berstatus anggota.
9.2 Menyekolahkan anak
Kewajiban selanjutnya ialah keharusan peserta dalam menyekolahkan anaknya. Pada PKH terdapat peraturan yang mengharuskan anak peserta PKH
untuk didaftarkan ke satuan pendidikan ke SD, SD Luar Biasa, Madrasah Ibtidaiyah, SMP, SMP Luar Biasa, SMP Terbuka, Madrasah Tsanawiah,
Pesantren Salafiyah, serta Pesantren Diniyah Formal atau satuan pendidikan setara SD dan SMP lainnya. Sebagian besar responden telah melaksanakan kewajiban
tersebut, dimana 96 persen dari responden telah mendaftarkan anak mereka ke satuan pendidikan, seperti pada Gambar 17.
Gambar 17. Sebaran Responden menurut Pemenuhan Kewajiban mendaftarkan Anak ke Satuan Pendidikan
Pada Gambar 17 juga terlihat bahwa sebanyak 4 persen respoden tergolong kepada kategori lainnya yaitu tidak mendaftarkan salah satubeberapa
orang diantara anak–anak mereka ke satuan pendidikan. Dari hasil wawancara diketahui bahwa responden tidak menyekolahkan anaknya karena hal tersebut
adalah keinginan anaknya. Peserta PKH sebagai orang tua telah berusaha agar anak tetap sekolah, namun mereka tidak bisa terlalu memaksakan kehendak
mereka kepada anak. Berikut kutipan dari penjelasan responden tersebut. Dia anak perempuan responden tidak mau melanjutkan sekolahnya
lagi ke SMP. Bapak udah kasih nasihat, tapi mau bagaimana lagi, mungkin dia memang tidak kuat belajar. Tapi kalau adiknya anak
laki–laki harus tetap sekolah, sekolah yang tinggi. Anak laki–laki harus berpendidikan. SH, 42 tahun
9.3 Tingkat Kehadiran Anak di Sekolah
Tingkat kehadiran anak ialah salah satu hal yang menjadi sorotan dalam ketentuan PKH, setelah anak wajib didaftarkan ke sekolah. Setiap anak peserta
yang mendapat bantuan PKH diharuskan untuk dapat memenuhi standar kehadiran tatap muka, yaitu sebanyak 85 persen dari total hari tatap muka di
sekolah. Bukti bahwa anak–anak peserta PKH telah memenuhi komitmen pendidikan diperoleh dari hasil verifikasi yang dilakukan oleh tenaga pendidik
4 96
Tidak Ya
M endaft arkan anak ke sat uan pendidikan
gurututor dan diketahui oleh kepala sekolahkepala penyelenggara satuan pendidikan. Petugas pendamping dan pihak sekolah berkoordinasi dalam
mengontrol hal ini. Setiap bulannya petugas pendamping mengunjungi setiap sekolah dimana anak peserta PKH terdaftar dan mengumpulkan absensi anak.
Absensi tersebut nantinya anak dilaporkan ke UPPKH kabupatenkota. Selanjutnya, jika ada anak peserta PKH yang tidak dapat memenuhi standar
tersebut, maka RTSM tersebut akan mendapatkan sanksi. Tingkat kehadiran anak yang diperoleh dari hasil penelitian ini cukup
bagus, dimana sebagian besar 96 persen peserta telah dapat memenuhinya. Hanya 4 persen responden yang tidak memenuhi standar kehadiran. Salah satu
responden memiliki 2 orang anak yang telah berumur 13 dan 14 tahun, namun tidak aktif dalam kegiatan belajar di sekolah karena anak–anak tersebut malas
sekolah. Berikut kutipan dari penjelasan responden tersebut. “Ibu sebenarnya takut kena hukum sanksi karena udah tujuh bulan
ini anak–anak ibu ga ada yang mau sekolah lagi, padahal uangnya masih ibu terima. Uangnya bukan ibu gunain sendiri, tapi buat
sekolah dua orang cucu ibu yang udah yatim, mereka sekarang tinggal sama ibu. Kalau boleh mah, untuk pencairan selanjutnya uangnya
dipindahin aja buat cucu, kayaknya anak ibu emang udah ga mau sekolah lagi.” M, 56 tahun
Berikut adalah Gambar 18 yang berisi persentase responden menurut pemenuhan kewajiban mereka, yaitu tingkat kehadiran anak sesuai dengan standar
PKH 85 persen dari total tatap muka.
Gambar 18. Sebaran Responden menurut Tingkat Pemenuhan Standar Kehadiran Anak Mereka di Sekolah
4 96
Tidak m em enuhi st andar M em enuhi st andar
Tingkat kehadiran anak di sekolah
9.4 Penggunaan Dana PKH