sehingga menimbulkan gejala dari jaringan yang bersangkutan. Osteoporosis dapat mempermudah terjadinya fraktur vertebra, terutama VTh XII, VLI.
Fraktur vertebra
dapat menyebabkan stenosis spinal, skoliosis, atau kifosis dengan mechanical LBP. Osteomalacia dan Paget disease dapat
pula menyebabkan LBP. Diabetes melitus mengakibatkan degenerasi diskus intervertebral dan meningkatkan insidensi spondilolistesis, sehingga terjadi
jejas kompresif jaringan saraf yang menyulitkan terapi Nencyati, 2010.
f. Faktor Psikologi
Nyeri yang berasal dari spinal adalah komplek, merupakan persepsi stimulasi sensorik dan faktor-faktor psikologik. Susunan saraf pusat SSP
merubah pesan nyeri dari nosiseptor melalui mekanisme gate control atau proses penghambatan desenden. Sebagai
“pain termostat” adalah sistem analgetik yang ditengahi endorfin the endorphin mediated analgetic system,
mempunyai pengaruh yang kuat untuk menghambat nyeri. Posisi dan perilaku memainkan peran yang penting dalam LBP kronik sehingga dapat menyulitkan
terapi. Sistem saraf beradaptasi terhadap stimulasi kronik dengan fenomena hipersensitisasi. Hipersensitisasi menurunkan ambang pembakaran neuronal
neuronal firing dan mengakibatkan stimulus aferen disebar ke reseptor yang sebelumnya tidak terlihat. Ini berperan dalam penyebaran nyeri nyeri
rujukan. Nyeri kronik sering dipicu oleh perilaku repetitif, seperti marah, frustasi,
penyalahgunaan alkohol,
dan faktor
social pekerjaan yang membosankan, dukungan keluarga, besar gaji, tingkat pendidikan, dan
jaminan asuransi. Sindroma nyeri depresif dapat terjadi pada LBP kronik,
yang memuncak pada 6 bulan sampai 3 tahun setelah onset Nencyati, 2010.
g. Umur
Pengerahan tenaga dan robekan serta faktor keturunan akan menyebabkan perubahan degeneratif diskus intervertebral seiring dengan
bertambahnya umur, sehingga terjadi penyakit diskus intervertebral atau perubahan aestetik sendi-sendi kecil. Perubahan ini berbeda untuk tiap
individu. Bila berat dapat menyebabkan kekakuan dan nyeri punggung bawah. Spur-spur tulang artrostik dan inflamasi sendi dapat menyebabkan
iritasi saraf dan nyeri tungkai Muchamad, 2009.
2.2.3 Patogenesis
Ada beberapa mekanisme yang telah diajukan mengenai proses perkembangan nyeri punggung dan kelumpuhan yang bisa digunakan untuk
menentukan apakah proses patologis yang terlihat pada gambaran radiologis berhubungan dengan gejala yang dialami pasien.
Nyeri pada bagian manapun memerlukan perlepasan dari agen-agen inflamasi yang menstimulasi reseptor nyeri dan menyebabkan sensasi nyeri pada
jaringan, tulang belakang merupakan struktur yang unik karena memiliki banyak jaringan di sekitarnya yang dapat memicu nyeri. Inflamasi pada sendi tulang
belakang, intervertebral diskus, ligamen dan otot, meninges dan akar saraf dapat menyebabkan nyeri pada punggung bawah. Jaringan-jaringan ini memberikan
respon terhadap nyeri dengan melepaskan beberapa agen kimia seperti bradikinin, prostalglandin dan leukotrin. Agen-agen kimia ini mengaktifkan ujung saraf dan
menyebabkan impuls yang menjalar ke korda spinalis. Saraf-saraf nosiseptif yang