Kebiasaan Olahraga Uji statistik chi-Square diperoleh nilai X

semakin tinggi tingkat kesegaran jasmani. Jadi semakin baik orang melakukan olahraga, kesegaran jasmani semakin tinggi sehingga risiko terjadinya NPB semakin rendah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden yang berolahraga menunjukkan risiko NPB lebih rendah 43.8 dibandingkan dengan responden yang tidak berolahraga 56.2 . Hal ini sesuai dengan teori tersebut. Oleh karena itu untuk mencegah NPB penting dilakukan olahraga. Olahraga yang dianjurkan untuk mencegah NPB adalah : Low impact aerobic seperti jalan kaki, bersepeda atau berenang sebaiknya dilakukan 30 sampai 45 menit 3 – 5 kali dalam seminggu yang diawali dengan pemanasan dan diakhiri dengan pendinginan. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Eriksen et al., di Norwegia yang dipublikasikan pada tahun 1999 yang menyatakan bahwa karyawan yang tidak melakukan exercise olahraga dengan frekuensi 1 kali atau lebih dalam seminggu mempunyai kemungkinan terjadinya keluhan low back pain sebesar 1.55 kali dibandingkan dengan karyawan yang melakukan olahraga 1 kali seminggu atau lebih. OR = 1.55 95 CI = 1.03 – 2.33, p 0.005. Olahraga mempunyai peranan yang penting dalam rangka memperkuat punggung, meningkatkan kapasitas aerobik dan kebugaran jasmani secara umum. Selain itu latihan teratur dapat mengurangi stress pada punggung dan mengurangi dampak kejutan karena beban besar pada punggung. Dengan meningkatkan kekuatan dan fleksibilitas otot punggung, beban akan terdistribusi secara merata dan mengurangi beban hanya pada tulang belakang. Selain sebagai upaya preventif misalnya dengan peregangan, olahraga ternyata dapat juga mengurangi gejala nyeri bila sudah terjadi gangguan nyeri punggung bawah Syahrul Munir, 2012.

5.1.7 Beban Kerja Uji statistik chi-Square diperoleh nilai X

2 = 5.189 b dan nilai p. value adalah 0.042 berarti nilai p value 0.05 menunjukkan adanya hubungan yang bermakna proporsi TKBM yang mengalami Low Back Pain pada TKBM yang mempunyai beban kerja sedang dibandingkan TKBM yang mempunyai beban kerja ringan. Adapun besarnya beda dapat dilihat dari OR yang besarnya 0.304 0.108 – 0.861 , artinya resiko terjadinya Low Back Pain pada TKBM yang mempunyai beban kerja sedang 0.304 kali lebih besar dibandingkan TKBM dengan beban kerja ringan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Suprapta, 2011 pada petani padi di Tabanan Bali.Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan yang signifikan pada denyut nadi pekerja setelah melakukan aktivitas menanam padi di sawah. Penelitian pada sektor pertanian Amerika tahun 2007 oleh Kotowski juga menunjukkan bahwa petani dan pekerja di bidang pertanian mempunyai risiko terjadinya keluhan pada leher dan bahu yang berasal dari faktor jenis aktivitas yang dikerjakan seperti mengangkat, menunduk, dan mendorong. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian pada sektor pertanian di United Kingdom oleh Solomon 2002 bahwa kegiatan manual handling menempati urutan pertama dalam menyebabkan non-fatal injuries terbanyak. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi aktivitas tubuh maka semakin tinggi peningkatan aliran darah untuk mensuplai zat makanan dan O2 ke jaringan otot sehingga jantung berkontraksi lebih cepat dan kuat yang akhirnya akan meningkatkan frekuensi denyut nadi. Adiputra 2002 menjelaskan bahwa semakin tinggi aktivitas tubuh menyebabkan metabolisme tubuh semakin meningkat sehingga kebutuhan O2 semakin besar dan frekuensi denyut nadi meningkat. Grandjean 1993 menyatakan bahwa selama berlangsungnya kontraksi otot statis, pembuluh darah ditekan oleh tekanan dari dalam jaringan otot, sehingga menghambat sirkulasi darah ke jaringan otot.

5.1.8. Sikap Kerja Uji statistik chi-Square diperoleh nilai X

2 = 5.317 b dan niali p. value adalah 0.039 berarti nilai p value 0.05 menunjukkan adanya hubungan yang bermakna proporsi TKBM yang mengalami Low Back Pain pada TKBM yang mempunyai sikap kerja tinggi dibandingkan TKBM yang mempunyai sikap kerja sedang. Adapun besarnya beda dapat dilihat dari OR yang besarnya 0.294 0.102 – 0.848, artinya resiko terjadinya Low Back Pain pada TKBM yang mempunyai sikap kerja tinggi 0.294 kali lebih besar dibandingkan TKBM dengan sikap kerja sedang saat bekerja. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian dari Heru Septiawan, 2012 dapat diketahui bahwa ada hubungan antara sikap kerja dengan keluhan nyeri punggung bawah pada pekerja bangunan di PT Mikroland Property

Dokumen yang terkait

Faktor Resiko Penyebab Nyeri Punggung Bawah Pada Perawat Di RSUD DR. Pirngadi Medan

5 65 64

Pengaruh Stimulus Kutaneus Slow-Stroke Back Massage terhadap Intensitas Nyeri pada Penderita Low Back Pain (LBP) di Kelurahan Aek Gerger Sidodadi.

12 194 89

Gambaran Tekanan Darah Sebelum Dan Sesudah Bekerja Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) Di Pelabuhan Belawan Pada Tahun 2009

25 105 94

Upaya Pencegahan Terjadinya Low Back Pain Pada Perawat Di Instalasi Perawatan Intensif Rumah Sakit Materna Medan

4 95 123

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN INTENSITAS NYERI PADA PENDERITA NYERI PUNGGUNG BAWAH ( LOW BACK PAIN ) Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Intensitas Nyeri Pada Penderita Nyeri Punggung Bawah ( Low Back Pain ) di Poli Saraf RSUD Banyumas.

0 1 13

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN INTENSITAS NYERI PADA PENDERITA NYERI PUNGGUNG BAWAH (LOW BACK PAIN) Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Intensitas Nyeri Pada Penderita Nyeri Punggung Bawah ( Low Back Pain ) di Poli Saraf RSUD Banyumas.

0 2 17

Gambaran Kejadian Nyeri Punggung Bawah Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat di Pelabuhan Benoa Tahun 2015.

0 1 34

Kuesioner Penelitian Hubungan Faktor Resiko dengan Terjadinya Nyeri Punggung Bawah ( Low Back Pain) Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) Di Pelabuhan Belawan Medan Tahun 2015

0 0 30

Hubungan Faktor Resiko dengan Terjadinya Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain) Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) di Pelabuhan Belawan Medan Tahun 2105

0 0 7

Hubungan Faktor Resiko dengan Terjadinya Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain) Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) di Pelabuhan Belawan Medan Tahun 2105

0 0 16