8
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar siswa merupakan perubahan-perubahan tingkah laku dalam bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik Sudjana,
2010:3. Sejalan dengan pendapat tersebut, Kunandar 2013:62 mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan kompetensi atau
kemampuan tertentu baik kognitif, afektif maupun psikomotorik yang dicapai atau dikuasai peserta didik setelah mengikuti proses belajar
mengajar. Sedangkan menurut Daryanto dan Rahardjo 2012:149 evaluasi hasil belajar merupakan proses untuk mengumpulkan
informasi, mempertimbangkan dari informasi tersebut, serta mengambil keputusan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang
telah dilakukan. Menurut pendapat para ahli maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan kognitif, afektif dan
psikomotorik seseorang selama mengikuti suatu proses pembelajaran. Penilaian hasil belajar yang dilakukan oleh guru bertujuan untuk
mengukur tingkat pencapaian kompetensi peserta didik serta digunakan untuk penyusunan laporan kemajuan hasil belajar, dan
memperbaiki proses pembelajaran. Sehingga, dilakukan secara konsisten, sistematis, dan terprogram melalui tes dan non tes dalam
bentuk tertulis dan lisan Rusman, 2010:13. Hasil belajar tersebut dapat diperoleh melalui kegiatan evaluasi pembelajaran pada setiap
akhir pembelajaran, yang bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti kegiatan
pembelajaran Dimyati dan Mudjiono, 1999:200. Bedasarkan dari pendapat beberapa ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar tersebut diperoleh melalui tes atau nontes dengan tujuan untuk mengukur tingkat keberhasilan pembelajaran.
b. Jenis-jenis Penilaian Hasil Belajar
Menurut Sudjana 2010:5 terdapat lima jenis penilaian hasil belajar, antara lain:
1 Penilaian formatif, merupakan penilaian yang dilaksanakan pada
akhir program pembelajaran untuk melihat tingkat keberhasilan proses pembelajaran. Penilaian ini berorientasi pada proses
pembelajaran. 2
Penilaian sumatif, merupakan penilaian yang dilaksanakan pada akhir unit program, seperti catur wulan, akhir semester, dan akhir
tahun. Penilaian ini berorientasi pada produk, bukan pada proses. 3
Penilaian diagnostik, merupakan penilaian yang bertujuan untuk melihat kelemahan−kelemahan siswa serta faktor penyebabnya.
Penilaian ini dilaksanakan untuk keperluan bimbingan belajar, pengajaran remedial, menemukan kasus−kasus dan lain−lain.
4 Penilaian selektif, merupakan penilaian yang bertujuan untuk
keperluan seleksi, misalnya ujian saringan masuk ke lembaga tertentu.
5 Penilaian penempatan, merupakan penilaian yang ditujukan untuk
mengetahui keterampilan prasyarat yang diperlukan bagi suatu program belajar dan penguasaan belajar seperti yang diprogramkan
sebelum memulai kegiatan belajar. Berdasarkan beberapa jenis penilaian hasil belajar di atas, pada
penelitian ini digunakan jenis penilaian formatif yang diberikan setiap akhir pembelajaran dengan tujuan untuk melihat tingkat keberhasilan
proses pembelajaran. c.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua hal, yaitu faktor dari
dalam yaitu dari siswa itu sendiri dan faktor dari luar yaitu lingkungan Susanto, 2013:12. Faktor dari dalam berarti kemampuan untuk
berpikir atau tingkah laku, motivasi, minat, dan kesiapan siswa baik jasmani maupun rohani. Sedangkan faktor dari luar yaitu sarana dan
prasarana, kompetensi guru, kreativitas guru, sumber belajar, metode serta dukungan lingkungan.
Walisman dalam Susanto, 2012:12 juga berpendapat bahwa hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik merupakan hasil interaksi antara
berbagai faktor yang mempengaruhi, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Berikut uraian mengenai faktor internal dan eksternal:
1 Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri
siswa yang dapat mempengaruhi kemampuan belajarnya. Faktor internal meliputi kecerdasan, minat, perhatian, motivasi belajar,
ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan.
2 Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar seperti
keluarga, sekolah, dan masyarakat. Keadaan keluarga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengarui hasil belajar yaitu
berasal dari luar yaitu sekolah, masyarakat, dan keluarga. Sedangkan faktor dari dalam berasal dari motivasi, minat, kondisi fisik, dan sikap
dari siswa itu sendiri. 2.
Berpikir Kritis a.
Pengertian Berpikir Kritis Glaser dalam Fisher, 2008:20 berpendapat bahwa berpikir kritis
merupakan suatu
sikap berpikir
secara mendalam
tentang masalah−masalah ataupun hal−hal yang berada dalam jangkauan
pengalaman seseorang. Selain itu beliau juga mengemukakan bahwa berpikir kritis merupakan keterampilan untuk menerapkan metode-
metode pemeriksaan dan penalaran yang logis. Menurut beliau, berpikir kritis juga menuntut upaya keras untuk memeriksa setiap
keyakinan atau pengetahuan asumtif berdasarkan bukti pendukungnya dan kesimpulan-kesimpulan lanjutan yang diakibatkannya.
Sejalan dengan pendapat Kusuwana 2011:19 berpikir kritis merupakan analisis situasi masalah melalui evaluasi potensi,
pemecahan masalah, dan sintesis informasi untuk mengambil keputusan. Berbeda dengan pendapat Fisher dan Scriven dalam
Fisher, 2008:14 yang menyatakan bahwa berpikir kritis merupakan interprestasi dan evaluasi yang terampil dan aktif terhadap observasi
dan komunikasi, informasi, dan argumentasi. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis
merupakan cara berpikir seseorang yang diukur melalui kriteria tertentu.
Johnson 2007:187
berpendapat bahwa
berpikir kritis
merupakan merupakan proses berpikir dengan baik, dan merenungkan tentang proses berpikir merupakan bagian dari berpikir dengan baik.
Proses berpikir kritis menhgaruskan keterbukaan pikiran, kerendahan hati, dan kesabaran. Sedangkan menurut Chaffee dalam Johnson,
2007:167 mendefinisikan berpikir kritis sebagai berpikir untuk menyelidiki secara sistematis proses berpikir itu sendiri. Dengan kata
lain, tidak hanya memikirkan dengan sengaja, tetapi juga meneliti bagaimana kita dan orang lain menggunakan bukti dan logika.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis merupakan suatu kemampuan untuk berfikir
mandiri dengan menganalisis situasi masalah melalui evaluasi potensi, pemecahan masalah dan sintesis informasi untuk mengambil
keputusan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b. Ciri-ciri Berpikir Kritis
Glaser dalam Fisher, 2008:7 mengemukakan bahwa orang yang berpikir kritis memiliki kemampuan untuk:
1 Mengenal masalah.
2 Menemukan cara-cara yang dapat dipakai untuk menangani
masalah-masalah itu. 3
Mengumpulkan dan menyusun informasi yang diperlukan. 4
Mengenal asumsi-asumsi dan nilai-nilai yang tidak dinyatakan. 5
Memahami dan menggunakan bahasa yang tepat, jelas, dan khas. 6
Menganalisis data. 7
Menilai fakta dan mengevaluasi pernyataan-pernyataan. 8
Mengenal adanya hubungan yang logis antara masalah-masalah. 9
Menarik kesimpulan-kesimpulan dan kesamaan-kesamaan yang diperlukan.
10 Menguji kesamaan-kesamaan dan kesimpulan-kesimpulan yang
seseorang ambil. 11
Menyusun kembali pola-pola keyakinan seseorang berdasarkan pengalaman yang lebih luas.
12 Membuat penilaian yang tepat tentang hal-hal dan kualitas-kualitas
tertentu dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan menurut Johnson 2006:187 ciri-ciri berpikir kritis
yaitu sebagai berikut: 1
Menemukan jawaban dan mencapai pemahaman 2
Meneliti proses berpikir diri sendiri dan orang lain PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3 Mengevaluasi data yang diperoleh
4 Memecakan masalah
5 Membuat keputusan
6 Mengembangkan sebuah proyek
7 Menganalisis
8 Bertanya
c. Indikator Berpikir Kritis
Berdasarkan ciri-ciri kemampuan berpikir kritis yang telah dipaparkan oleh para ahli diatas, maka peneliti mengambil beberapa
ciri-ciri kemampuan berpikir kritis untuk dijadikan indikator kemampuan berpikir kritis, adalah sebagai berikut:
1 Mengenal masalah
2 Menentukan cara-cara yang dapat dipakai untuk menangani
masalah-masalah. 3
Mengumpulkan dan menusun informasi yang diperlukan 4
Menganalisis data 5
Menarik kesimpulan-kesimpulan dan kesamaan-kesamaan yang diperlukan.
3. Pembelajaran Kontekstual Contextual Teaching and Learning CTL
a. Pengertian Pembelajara Kontekstual
Pembelajaran kontekstual contextual teaching and learning merupakan sebuah konsep belajar yang membantu guru untuk
mengkaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa. Dengan begitu siswa dapat membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan mereka Nurhadi dalam Rusman, 2010:189. Sejalan dengan pendapat
Nurhadi dalam Sugiyanto, 2009:14 pembelajaran kontekstual Contextual Teaching and Learning CTL merupakan sebuah konsep
belajar yang mendorong guru untuk menghubungkan materi pembelajaran dengan dunia nyata siswa.
Sedangkan menurut Shoimin 2014:41 contextual teaching and learning merupakan suatu proses pembelajaran yang holistic dan
bertujuan untuk memotivasi siswa dalam memahami makna materi yang diajarkan dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks
kehidupan sehari-hari. Menurut pendapat para ahli maka dapat disimpulkan bahwa contextual teaching and learning CTL
merupakan suatu konsep belajar yang mengkaitkan materi pembelajaran dengan kehidupan siswa sehari-hari.
b. Komponen pembelajaran CTL
Menurut Sanjaya dalam Sugiyanto,2010:17 pembelajaran berbasis CTL melibatkan tujuh komponen utama, yaitu:
1 Kontruktivisme Contruktivism merupakan proses untuk
membangun dan menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman
2 Bertanya questioning merupakan bagian inti belajar dan
menemukan pengetahuan, sehingga dengan bertanya pengetahuan selalu berkembang.
3 Menemukan Inquiry merupakan proses pembelajaran didasarkan
pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis.
4 Masyarakat belajar learning community didasarkan pada
pendapat Vygotsky bahwa pengetahuan dan pengalaman anak banyak dibentuk oleh komunikasi dengan orang lain. sehingga
dalam model CTL hasil belajar dapat diperoleh dari hasil sharing dengan orang lain, teman, antar kelompok, sumber lain dan bukan
hanya dari guru. 5
Pemodelan modeling merupakan proses pembelajaran dengan memperagakan suatu contoh yang dapat ditiru oleh siswa.
6 Penilaian sebenarnya authentic assessment merupakan proses
yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi mengenai perkembangan belajar siswa.
7 Refleksi reflection merupakan proses pengendapan pengalaman
yang telah dipelajarinya dengan cara mengurutkan dan mengevaluasi kembali kejadian atau peristiwa pembelajaran yang
telah dilaluinya untuk mendapatkan pemahaman yang baik. c.
Langkah-langkah Pembelajaran dengan Metode CTL Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode
CTL, guru terlebih dahulu membuat desain atau langkah-langkah pembelajaran yang dapat digunakan sebagai pedoman atau alat kontrol
dalam pelaksanaannya. Langkah-langkah tersebut antara lain Rusman, 2012:192:
1 Mengembangkan pemikiran siswa untuk melakukan kegiatan
belajar lebih bermakna. 2
Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua topik yang diajarkan.
3 Mengembangkan sifat rasa ingin tahu siswa melalui memunculkan
pertanyaan-pertanyaan. 4
Menciptakan masyarakat belajar melalui kegiatan kelompok, diskusi, tanya jawab, dll.
5 Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran melalui
ilustrasi, model, atau media. 6
Membiasakan siswa melakukan refleksi dari setiap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.
7 Melakukan penilaian secara obyektif, yaitu menilai kemampuan
yang sebenarnya pada setiap siswa. Langkah-langkah pembelajaran tersebut dapat digunakan sebagai
acuan dalam menyusun rancangan pelaksanaan pembelajaran RPP. Sedangkan
menurut Johnson
2006:93 langkah-langkah
pembelajaran kontekstual antara lain: 1
Mengembangkan minat siswa agar mampu bekerja sendiri maupu dalam kelompok.
2 Membangun keterkaitan antara sekolah dan konteks kehidupan
nyata. 3
Memberikan pekerjaan yang berarti pada siswa. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4 Siswa menganalisis, memecahkan masalah, melakukan sintesis,
dan membuat keputusan. 5
Membantu siswa bekerja dengan efektif dalam kelompok 6
Mengembangkan sikap individu siswa. 7
Menunjukkan kepada siswa untuk mencapai keberhasilan. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan langkah-langkah
pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran matematika, yaitu: 1
Guru membangun dan menyusun pengetahuan baru berdasarkan pengalaman siswa.
2 Siswa menyusun pertanyaan mengenai materi yang terkait dengan
hitungan. 3
Siswa mencari dan menemukan melalui berpikir secara sistematis. 4
Siswa dibagi kedalam kelompok belajar. 5
Guru menggunakan media dalam proses pembelajaran. 6
Guru melakukan penilaian formatif di setiap pertemuan. 7
Siswa dan guru merefleksikan pembelajaran yang telah dilakukan. 4.
Matematika a.
Hakikat Matematika Matematika berasal dari bahasa latin mothanein dan mothena yang
berarti belajar atau hal yang di pelajari Depdiknas dalam Susanto, 2013:184. Sedangkan menurut James dalam Suherman, 2003:18
matematika merupakan ilmu tentang logika mengenal bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep yang berhubungan satu sama
lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi menjadi tiga bidang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
yaitu : aljabar, analisis, dan geometri. Pengertian lain mengatakan bahwa matematika merupakan ilmu yang mempelajari kuantitas
berupa bilangan-bilangan serta operasi-operasinya Hujono, 1998:2. sedangkan menurut Kline dalam Mulyono, 2003:252 matematika
merupakan bahasa simbolis dan ciri utamanya adalah penggunaan cara penalaran yang deduktif dan induktif. Dari beberapa pernyataan diatas,
maka dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan ilmu yang mempelajari mengenai bilangan-bilangan yang dipelajari dengan
menggunakan penalaran untuk melakukan hitungan. b.
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya proses mengajar matematika
Proses belajar matematika dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
1 Peserta didik
Kemampuan, minat, kesiapan, kondisi fisiologis maupun jasmani peserta didik sangat mempengaruhi tingkat keberhasilan
belajar. 2
Pengajar Efektivitas
proses pembelajaran
dipengaruhi oleh
kepribadian, motivasi dan pengalaman pengajar. 3
Sarana dan prasarana Sarana dan prasarana yang lengkap misalnya buku, media,
ruang kelas,dll sangat mendukung dan menunjang proses pembelajaran.
4 Penilaian
Penilaian digunakan untuk melihat perkembangan siswa dalam proses pembelajaran.
5. Kelipatan Persekutuan Terkecil KPK
a. Pengertian Kelipatan Persekutuhan Terkecil
Kelipatan suatu bilangan adalah bilangan-bilangan yang merupakan hasil kali bilangan itu dengan bilangan asli Yuniarto,
2009:37. Misalnya kelipatan 2 = 2 × 1, 2 × 2, 2 × 3, …, 2 × 10, dst. Sedangkan kelipatan persekutuan dua bilangan merupakan
bilangan-bilangan yang merupakan kelipatan dari kedua bilangan tersebut yang nilainya sama Yuniarto, 2009:39. Misalnya
bilangan kelipatan 2 = 2, 4, 6, 8, 10, 12, 14, 16, … dan kelipatan 4 = 4, 8, 12, 16, 20, … Bilangan yang terdapat pada kelipatan 2
maupun kelipatan 4 merupakan kelipatan persekutuhan yaitu bilangan-
bilangan 4, 8, 12, 16, … Sejalan dengan pendapat Mustaqim, B dan Astuty, A
2008:46 kelipatan persekutuan dari dua bilangan merupakan kelipatan-kelipatan dari dua bilangan tersebut yang bernilai sama.
Oleh karena itu, menurut beliau kelipatan persekutuan terkecil KPK dari dua bilangan merupakan kelipatan persekutuan dari
bilangan-bilangan tersebut yang nilainya paling kecil. Sejalan dengan pendapat Yuniarto 2009:41 yang menyatakan bahwa
kelipatan persekutuan terkecil KPK dari dua bilangan atau lebih PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
adalah sebuah bilangan terkecil yang merupakan kelipatan bilangan tersebut.
b. Langkah-langkah menentukan KPK
Yuniarto 2009:41 berpendapat bahwa untuk menentukan kelipatan persekutuan terkecil KPK dapat dilakukan melalui tiga
tahapan, antara lain: 1
Menentukan kelipatan dari masing-masing bilangan 2
Menentukan kelipatan persekutuannya. 3
Menentukan bilangan terkecil pada kelipatan persekutuan tersebut.
6. Faktor Persekutuan Terbesar FPB
a. Pengertian Faktor Persekutuan Terbesar
Menurut Yuniarto 2009:36 faktor suatu bilangan merupakan sebuah bilangan yang dapat membagi habis bilangan tersebut.
Untuk menentukan faktor suatu bilangan dapat ditempuh dengan cara mencari pasangan bilangan bilangan yang apabila dikalikan
hasilnya bilangan yang dicari faktornya. Sehingga faktor persekutuan dari dua bilangan merupakan faktor-faktor dari dua
bilangan tersebut yang bernilai sama Mustaqim dan Astuty, 2008:49
Sedangkan menurut Mustaqim dan Astuty 2009:49 faktor persekutuan terbesar FPB dari dua bilangan merupakan faktor
persekutuan bilangan-bilangan tersebut yang nilainya paling besar. Sejalan dengan pendapat Yuniarto yang menyatakan bahwa faktor
persekutuan terbesar FPB dari dua bilangan atau lebih merupakan faktor dari bilangan-bilangan tersebut.
b. Langkah-langkah menentukan FPB
Yuniarto 2009:42 berpendapat bahwa untuk menentukan faktor persekutuan terbesar FPB dapat dilakukan melalui tiga
tahapan, antara lain: 1
Menentukan faktor dari masing-masing bilangan 2
Menentukan faktor persekutuannya. 3
Menentukan faktor terbesar pada faktor persekutuan tersebut.
B. Penelitian yang Relevan