Latar Belakang Permasalahan PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Permasalahan

Matematika merupakan salah satu ilmu pendidikan yang berfungsi untuk mengembangkan kemampuan utuk berhitung, mengukur, dan menemukan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Dalam bahasa Belanda matematika disebut wiskunde yang berarti ilmu pasti yang berkaitan dengan penalaran Depdiknas dalam Susanto, 2013:184. Sedangkan dalam bahasa latin matematika disebut manthanein atau mathema yang berarti belajar atau dipelajari. Setiap hari kita dihadapkan dengan persoalan yang melibatkan matematika, sehingga matematika memiliki peranan yang sangat penting yang dapat memajukan daya pikir seseorang. Oleh karena itu matematika perlu diberikan pada siswa mulai dari sekolah dasar karena dapat membekali siswa untuk memiliki kemampuan berpikir logis, analisis, siswa tematis, kritis, dan kreatif seperti yang telah dipaparkan oleh Susanto 2013:189. Sehingga matematika memiliki tujuan yang sangat bermanfaat bagi seseorang dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran matematika yang seharusnya dilakukan yaitu pembelajaran berpusat pada siswa. Selain itu siswa dihadapkan pada masalah matematis dalam kehidupan sehari-hari. Matematika bagi sebagian besar siswa dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit dipahami, karena siswa matematika selalu dihubungkan dengan angka-angka dan rumus. Pernyataan tersebut didukung dari keyataan yang yang terdapat dilapangan yang menunjukkan masih terdapat 5 siswa dari 25 siswa kelas IV SD Kanisius Klepu yang belum mencapai KKM Kriteria Ketuntasan Minimal yaitu 65, sehingga rata-rata kelas yang diperoleh adalah 75,04. Data tersebut diperoleh dari hasil belajar ulangan harian siswa kelas IV SD Kanisius Klepu tahun pembelajaran 20132014 mata pelajaran matematika pada materi kelipata persekutuan terkecil KPK dan factor persekutuan terbesar FPB. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas, ketidaktuntasan beberapa siswa di atas dapat terjadi karena belum optimalnya penggunaan pembelajaran inovatif di kelas karena keterbatasan waktu untuk persiapan apabila menggunakan pembelajaran inovatif. Selain hal tersebut, beliau juga mengungkapkan bahwa siswa belum berperan aktif ketika proses pembelajaran. Siswa juga tidak dihadapkan pada masalah hitungan dalam realita kehidupan, sehingga tingkat kesulitaan mata pelajaran juga menjadi faktor pemicu ketidaktuntasan beberapa siswa tersebut di atas. Oleh karena itu, guru dituntut untuk lebih kreatif dalam menciptakan kegiatan pembelajaran yang dapat melibatkan siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran berlangsung. Kegiatan pembelajaran itu sendiri merupakan kegiatan aktif peserta didik untuk membangun pengetahuan atau pemahaman terhadap suatu obyek atau suatu peristiwa tertentu. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Sani 2013:41 yang menyatakan bahwa proses pembelajaran yang kontekstual atau berdasarkan kondisi nyata yang dialami peserta didik dalam kehidupan sehari-hari akan lebih mudah dipahami dan diserap dengan dengan baik oleh peserta didik. Ketercapaiannya proses pembelajaran tersebut, juga dapat mempengaruhi hasil belajar siswa selama pembelajaran berlangsung. Oleh karena itu, untuk mengatasi permasalahan tersebut dapat dilakukan sebuah inovasi pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inovatif dengan pendekatan kontekstual Contextual Teaching and Learning CTL, karena menurut Nurhadi dalam Sugiyanto, 2009:14 pembelajaran kontekstual Contextual Teaching and Learning CTL merupakan sebuah konsep belajar yang mendorong guru untuk menghubungkan materi pembelajaran dengan dunia nyata siswa. Sehingga dengan menggunakan model pembelajaran ini siswa akan lebih mudah menerima materi yang disampaikan guru karena berdasarkan situasi nyata yang sering dijumpai siswa dalam kehidupan sehari-hari. Dengan konsep tersebut, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna pada siswa, karena proses pembelajaran berlangsung secara alamiah Daryanto dan Rahardjo, 2012:153 sehingga pada akhir pembelajaran siswa dapat memperoleh hasil belajar yang baik. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis ingin melakukan penelitian mengenai peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis matematika kelas IV pada materi KPK dan FPB melalui pembelajaran kontekstual. Variabel yang akan diteliti yaitu hasil belajar siswa dan berpikir kritis matematika.

B. Batasan Permasalahan

Dokumen yang terkait

Pengaruh Penggunaan Alat Peraga Dakon Matematika (Dakota) Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa

23 132 295

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas VB pada materi KPK dan FPB melalui model pembelajaran kontekstual SD Kanisius Ganjuran.

0 7 291

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis Matematika siswa kelas VB pada materi pengukuran waktu melalui pembelajaran kontekstual SDN Perumnas Condongcatur.

0 1 356

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis Matematika kelas V pada materi satuan jarak dan kecepatan melalui pembelajaran kontekstual SD N Jamus 2.

1 10 377

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis Matematika kelas IIIB pada materi operasi hitung campuran melalui model pembelajaran kontekstual SDN Perumnas Condongcatur.

0 4 421

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis Matematika kelas III pada materi perkalian dan pembagian melalui pembelajaran Problem Based Learning SD Kanisius Klepu.

0 0 212

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas V SD Negeri Karangmloko 1 pada materi KPK dan FPB melalui pendekatan pembelajaran kontekstual.

2 13 277

Peningkatakan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis kelas VA pada materi KPK dan FPB melalui pembelajaran kontekstual SDN Perumnas Condongcatur.

3 17 366

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas IV pada materi KPK dan FPB melalui model pembelajaran kontekstual SD Kanisius Ganjuran.

0 15 303

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis Matematika siswa kelas III pada materi operasi hitung campuran melalui model pembelajaran kontekstual SD Negeri Plaosan 1.

0 5 393