Hasil Penelitian HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

62

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Peneilit an dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis Matematika Kelas IV Pada Materi KPK dan FPB Melalui Pembelajaran Kontekstual SD Kanisius Klepu” yang telah dilaksanakan pada bulan Juli sampai bulan Oktober didapatkan hasil sebagai berikut : 1. Penerapan Pembelajaran Kontekstual Penerapan pembelajaran kontekstual dalam penelitian tindakan kelas dilaksanakan dalam dua siklus. Masing-masing siklus dilaksanakan dua kali pertemuan dengan alokasi 2 jp 2 × 40 menit tiap pertemuan. Setiap siklus dilaksanakan melalui empat tahap yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan releksi.

a. Siklus I

Pelaksanaan siklus I dilakukan sebanyak dua kali pertemumuan dengan alokasi waktu setiap pertemuan 2 × 40 menit. Pelaksanaan siklus I dilaksanakan pada tanggal 12 dan 15 Oktober 2015. 1 Perencanaan Sebelum melakukan penelitian, tahapan pertama yang dilakukan peneliti mengenai pembelajaran kontekstual sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis matematika siswa kelas IV pada materi KPK dan FPB di SD Kanisius Klepu adalah meminta ijin kepada kepala sekolah dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI wali kelas IV untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut. Selanjutnya peneliti melakukan wawancara dengan guru kelas IV untuk mengetahui kondisi awal hasil belajar materi KPK dan FPB. Tahap selanjutnya peneliti mengkaji standar kompetensi yang telah ditentukan yaitu 2. Memahami dan menggunakan faktor dan kelipatan dalam pemecahan masalah dengan kompetensi dasar 2.2. Menentukan kelipatan dan faktor bilangan. Pada siklus I peneliti membedakan materi yang diajarkan yaitu materi kelipatan dan kelipatan persekutuan dua bilangan pada pertemuan pertama dan materi faktorisasi dan faktor persekutuan dua bilangan pada pertemuan kedua. Selanjutnya peneliti membuat perangkat pembelajaran berupa silabus, RPP, bahan ajar, LKS, dan lembar evaluasi siklus I. 2 Pelaksanaan Penelitian siklus I dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Masing-masing pertemuan beralokasikan waktu 2 JP 2 × 40 menit. a Pertemuan I Pertemuan pertama pada siklus I dilaksanakan pada hari Senin 12 Oktober 2015. Pada siklus I pertemuan pertama digunakan untuk pembahasan materi mengenai Kelipatan dan Kelipatan Persekutuan Dua Bilangan. Pada pertemuan pertama proses pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan penbelajaran kontekstual. Seperti pada karakteristik pembelajaran kontekstual maka pada pembelajaran ini juga mengandung 7 komponen tersebut. yaitu siswa diajak bermain tepuk kelipatan modeling, siswa dijelaskan materi kelipatan dan kelipatan persekutuan dua bilangan dari tepuk kelipatan yang telah dilakukan contructivism. kemudian siswa dan guru juga melakukan tanya jawab seputar materi yang dipelajari questioning. Setelah paham materi, siswa juga melakukan diskusi terhadap permasalahan yang diberikan guru community learning. Ketika berdiskusi, siswa berusaha mencari penyelesaian dari permasalahan yang diberikan guru inquiry. Dan sebelum pembelajaran usai, siswa mengerjakan kuis yang telah disiapkan oleh guru authentic assessment dan melakukan refleksi bersama guru mengenai pembelajaran yang telah dilakukan reflection. b Pertemuan II Pertemuan kedua pada siklus I dilaksanakan pada hari Kamis 15 Oktober 2015 dengan alokasi waktu 2 JP 2 × 40 menit. Pertemuan kedua membahas mengenai faktorisasi bilangan danfaktor persekutuan dua bilangan. Kegiatan pertama yang dilakukan yaitu guru menjelaskan materi mengenai faktor bilangan dan faktor perskutuan dua bilangan contructivism. selanjutnya guru member contoh permasalahan sehari-hari yang berkaitan dengan faktorisasi dan faktor persekutuan dua bilangan dengan menggunakan media permen dan kelereng modeling, sebelum melanjutkan kegiatan, guru dan siswa melakukan tanya jawab terhadap materi yang belum dipahami siswa questioning. Selanjutnya siswa dibagi kedalam kelompok kecil untuk berdiskusi community learning. Ketika berdiskusi, siswa mencari cara penyelesaian terhadap permasalahan yang diberikan guru inquiry. Sebelum melakukan refleksi terhadap proses pembelajaran yang telah dilakukan reflection, siswa terlebih dahulu mengerjakan soal evaluasi siklus I yang berjumlah 5 soal uraian authentic assessment. 3 Pengamatan Pengamatan observasi ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa SD Kanisius Klepu selama mengikuti pembelajaran. Observasi kemampuan berpikir kritis dilakukan dengan menggunakan lembar observasi. Indikator kemampuan berpikir kritis yang digunakan dalam observasi ini yaitu: 1 mengenal masalah, 2 menemukan cara-cara yang dapat dipakai untuk menangani masalah-masalah, 3 mengumpulkan dan menyusun informasi yang diperlukan, 4 menganalisis data, dan 5 menarik kesimpulan-kesimpulan dan kesamaan-kesamaan yang diperlukan. Proses observasi ini dilakukan dengan memberi skor pada masing-masing siswa dengan melihat tingkah laku siswa berdasarkan indikator yang diamati. 4 Refleksi Setelah melaksanakan siklus I peneliti melakukan refleksi terhadap kegiatan yang telah dilaksanakan selama penelitian siklus I. Pada pertemuan pertama semua siswa sangat bersemangat mengikuti pembelajaran karena peneliti menggunakan media permainan ketika menyampaikan materi, namun ditengah-tengah pembelajaran semangat siswa menurun dan cenderung untuk ramai sendiri. Ketika pembagian kelompok diskusi, peneliti menggunakan sistem memilih beberapa siswa untuk dijadikan ketua kelompok, dan masing-masing ketua kelompok berhak untuk memilih anggota kelompoknya. Akan tetapi cara tersebut membuat beberapa anak merasa tidak nyaman terhadap kelompoknya. Berdasarkan pengalaman pada pertemuan pertama, pada pertemuan kedua ini peneliti tetap menggunakan media ketika menyampaikan materi, karena sangat efektif untuk memudahkan pemahaman siswa dan juga agar siswa tetap bersemangat selama mengikuti pembelajaran. Pada pertemuan kedua ini, peneliti juga menggunakan system reward berupa bintang yang diberikan pada siswa yang aktif. Ternyata hal tersebut dapat memunculkan semangat siswa untuk lebih aktif ketika mengikuti pembelajaran hingga selesai. Pada pertemuan kedua ini, peneliti menggunakan sistem berhitung ketika menentukan kelompok diskusi, karena cara tersebut lebih adil dibandingkan dengan cara menentukan kelompok sendiri.

b. Siklus II

Pelaksanaan tindakan pada siklus II dimulai pada hari Senin, 19 Oktober 2015 dan pada hari Kamis, 22 Oktober 2015. Penelitian siklus II dilakukan sebanyak dua kali pertemuan, dengan alokasi waktu 2 JP 2 × 40 menit pada tiap pertemuannya. Pada siklus II kompetensi dasar yang akan dipelajari yaitu 2.4. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan KPK dan FPB. 1 Perencanaan Perencanaan yang dilakukan peneliti adalah mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan dalam pelaksanaan tindakan siklus II. Persiapan tersebut meliputi silabus, RPP, LKS, soal evaluasi siklus II, dan media yang diperlukan yaitu papan pohon faktor. Peneliti juga memperbaiki kekurangan yang terdapat ketika pelaksanaan siklus I, yaitu peneliti mengubah pola tempat duduk siswa menjadi berbentuk U karena agar seluruh siswa dapat teramati oleh peneliti. Peneliti juga mempergunakan sistem poin berbentuk bintang pada siswa yang aktif, agar siswa menjadi aktif ketika mengikuti pembelajaran. 2 Pelaksanaan Pada tahap pelaksanaan, kegiatan pembelajaran dilakukan sebanyak dua pertemuan. Alokasi waktu pada masing-masing pertemuan yaitu 2 JP 2 × 40 menit. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI a Pertemuan I Pertemuan pertama pada siklus II dilaksanakan pada hari Senin, 22 Oktober 2015 sengan alokasi waktu 2 JP 2 × 40 menit. Materi yang dibahas pada pertemuan pertama adalah kelipatan persekutuan terkecil KPK. Adapun kegiatan yang dilakukan pada pertemuan pertama siklus I adalah dengan menggunakan pembelajaran kontekstual yang memiliki karakteristik 1 contructivism, 2 modeling, 3 community learning, 4 inquiry, 5 questioning, 6 authentic assessment, dan 7 reflection. Kegiatan pertama yang dilakukan pada pertemuan pertama ini yaitu guru mengulang materi kelipatan terlebih dahulu sebelum menjelaskan kelipatan persektuan terkecil KPK, kegiatan ini bertujuan untuk mengulang ingatan siswa mengenai konsep kelipatan contructivism. selanjutnya guru menjelaskan mengenai konsep kelipatan persekutuan terkecil dengan menggunakan media papan pohon faktor modeling, setelah siswa paham mengenai konsep KPK, siswa dibagi kedalam kelompok diskusi community learning. Ketika berdiskusi, siswa dituntut untuk menemukan cara penyelesaian dari permasalahan yang telah diberikan guru inquiry. Siswa dan guru juga melakukan tanya jawab seputar materi KPK agar siswa lebih memahami materi questioning. Sebelum pembelajaran usai, siswa mengerjakan kuis yang telah disiap guru untuk dilakukan penilaian authentic assessment. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Kemudian siswa dan guru melakukan refleksi bersama mengenai proses pembelajaran yang telah dilakukan reflection. b Pertemuan II Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Kamis, 22 Oktober 2015 dengan alokasi waktu 2 JP 2 × 40 menit. Materi yang dibahas pada pertemuan kedua siklus II yaitu faktor persekutuan terbesar FPB. Adapun kegiatan yang dilakukan pada pertemuan kedua dengan menggunakan pembelajaran kontekstual yaitu guru terlebih dahulu mengulang materi mengenai faktor bilangan dan faktor persekutuan dua bilangan untuk mengulang ingatan siswa contructivism, selanjutnya guru menjelaskan materi FPB dengan menggunakan media permen, kelereng dan papan pohon faktor modeling. Guru dan siswa melakukan tanya jawab terhadap materi yang belum dipahami siswa questioning. Selanjutnya guru membagi siswa kedalam beberapa kelompok kecil untuk melakukan diskusi community learning. Guru memberikan beberapa permasalahan yang berkaitan dengan FPB pada masing –masing kelompok untuk dicari cara penyelesaiannya inquiry. Setelah seluruh siswa paham terhadap materi FPB, siswa mengerjakan soal evaluasi siklus II dan soal evaluasi akhir yang terdiri dari 5 soal uraian pada masing-masing evaluasi authentic assessment. Setelah pembelajaran berakhir, siswa dan guru melakukan refleksi terhadap proses pembelajaran yang telah dilakukan reflection. 3 Pengamatan Pengamatan observasi ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa SD Kanisius Klepu selama mengikuti pembelajaran. Observasi kemampuan berpikir kritis dilakukan dengan menggunakan lembar observasi. Indikator kemampuan berpikir kritis yang digunakan dalam observasi ini yaitu: 1 mengenal masalah, 2 menemukan cara-cara yang dapat dipakai untuk menangani masalah-masalah, 3 mengumpulkan dan menyusun informasi yang diperlukan, 4 menganalisis data, dan 5 menarik kesimpulan-kesimpulan dan kesamaan-kesamaan yang diperlukan. Proses observasi ini dilakukan dengan memberi skor pada masing-masing siswa dengan melihat tingkah laku siswa berdasarkan indikator yang diamati 4 Refleksi Setelah siklus II berakhir, peneliti melakukan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran selama penelitian. Siswa ramai sendiri ketika mengikuti pembelajaran merupakan masalah yang belum terselesaikan pada siklus I, sehingga pada siklus II peneliti merubah pola tempat duduk menjadi pola U supaya seluruh siswa terlihat sehingga peneliti menjadi lebih mudah untuk mengontrol kelas. Pada siklus II ini, peneliti tetap menggunakan media dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI sistem reward agar siswa tetap bersemangat mengikuti proses pembelajaran hingga selesai. Siswa juga termotivasi untuk lebih aktif ketika mengikuti pembelajaran karena peneliti memberi hadiah pada 3 siswa yang memiliki bintang paling banyak. Pada siklus II ini, kondisi kelas menjadi lebih kondusif, karena siswa menjadi lebih aktif bertanya dan menjawab pertanyaan. 2. Hasil Belajar Sebelum penelitian, kondisi awal hasil belajar didapatkan dari nilai ulangan siswa kelas IV tahun pelajaran 2013 2014 pada materi KPK dan FPB. KKM yang digunakan pada ulangan tersebut adalah 65. Berikut akan dijabarkan data kondisi awal nilai ulangan matematika kelas IV tahun pelajaran 2013 2014. Tabel 4.1 Kondisi Awal Nilai Ulangan Matematika Kelas IV Tahun Pelajaran 2013 2014 Keterangan Hasil Rata-rata 75,04 Persentase Siswa Tuntas 80 Berdasarkan tabel di atas, didapatkan nilai rata-rata ulangan dua tahun sebelumnya pada materi KPK dan FPB adalah 75,04 dengan nilai tertinggi yang diperoleh adalah 100 dan nilai terendah 42. Presentase ketuntasan mencapai 80 dan ketidak tercapaian KKM mencapai 20. Hasil belajar siswa kelas IV di SD Kanisius Klepu diperoleh dari hasil evaluasi siklus I yang diberikan pada akhir siklus I, evaluasi siklus II yang diberikan pada akhir siklus II, dan evaluasi akhir yang diberikan setelah siklus I dan siklus II berakhir. Jumlah soal dari masing-masing evaluasi yaitu 5 butir soal uraian. Hasil evaluasi siklus I dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.2 Hasil Belajar Evaluasi Siklus I No Responden Nilai Ketuntasan Tuntas Tidak Tuntas 1. Siswa 1 67 - √ 2. Siswa 2 68 - √ 3. Siswa 3 73 √ - 4. Siswa 4 71 √ - 5. Siswa 5 81 √ - 6. Siswa 6 68 - √ 7. Siswa 7 70 √ - 8. Siswa 8 80 √ - 9. Siswa 9 82 √ - 10. Siswa 10 79 √ - 11. Siswa 11 90 √ - 12. Siswa 12 70 √ - 13. Siswa 13 77 √ - 14. Siswa 14 75 √ - 15. Siswa 15 68 - √ 16. Siswa 16 83 √ - 17. Siswa 17 76 √ - 18. Siswa 18 79 √ - 19. Siswa 19 73 √ - 20. Siswa 20 71 √ - 21. Siswa 21 76 √ - 22. Siswa 22 88 √ - 23. Siswa 23 70 √ - Jumlah 1735 19 4 Rata-rata 75,43 Persentase Ketuntasan KKM 70 82,6 17,4 Berdasarkan tabel 4.2 jumlah siswa sebanyak 23 siswa. Jumlah dari nilai keseluruhan siswa kelas IV adalah 1735 dengan nilai rata-rata kelas yang diperoleh adalah 75,43. Nilai tertinggi yang dapat diperoleh yaitu 90 dan nilai terendah pada siklus ini yaitu 67. Dari 23 siswa terdapat 19 siswa atau sebesar 82 yang telah mencapai KKM 70. Sedangkan sebesar 17,4 atau 4 siswa belum mencapai KKM. Berdasarkan hasil evaluasi yang telah diperoleh, target akhir yaitu rata-rata 80 belum tercapai pada siklus ini, sehingga peneliti melanjutkan penelitian ke siklus II. Pada siklus II ini peneliti mencoba menaikkan kriteria ketuntasan minimal KKM menjadi 75 setelah berdiskusi dengan guru kelas. Pada siklus II ini peneliti memberikan dua kali evaluasi, yakni evaluasi siklus II dan evaluasi akhir. Berikut data hasil belajar siswa dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.3 Hasil Belajar Evaluasi Siklus II No Responden Nilai Ketuntasan Tuntas Tidak Tuntas 1. Siswa 1 71 - √ 2. Siswa 2 70 - √ 3. Siswa 3 75 √ - 4. Siswa 4 71 - √ 5. Siswa 5 76 √ - 6. Siswa 6 75 √ - 7. Siswa 7 76 √ - 8. Siswa 8 78 √ - 9. Siswa 9 84 √ - 10. Siswa 10 81 √ - 11. Siswa 11 100 √ - 12. Siswa 12 75 √ - 13. Siswa 13 80 √ - 14. Siswa 14 75 √ - 15. Siswa 15 76 √ - 16. Siswa 16 81 √ - 17. Siswa 17 76 √ - 18. Siswa 18 80 √ - 19. Siswa 19 76 √ - 20. Siswa 20 77 √ - 21. Siswa 21 76 √ - 22. Siswa 22 100 √ - 23. Siswa 23 75 √ - Jumlah 1735 20 3 Rata-rata 78,35 Persentase Ketuntasan KKM 70 86,96 13,04 Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa nilai tertinggi yang dapat dicapai adalah 100, sedangkan nilai terendah pada evaluasi ini adalah 70. Jumlah nilai keseluruhan siswa yaitu 1735 dengan rata-rata kelas 78,35. Presentase ketuntasan KKM sebesar 86,96 20 siswa. Sedangkan 3 dari 23 belum dapat mencapai KKM, sehingga presentase ketidaktuntasan mencapai 13,04. Selanjutnya peneliti memberikan evaluasi akhir yaitu evaluasi gabungan dari siklus I dan siklus II untuk melihat hasil belajar siswa keseluruhan. Pada evaluasi akhir ini peneliti KKM yang digunakan adalah 75. Data hasil belajar evaluasi siklus akhir dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 4.4 Hasil Belajar Evaluasi Akhir No Responden Nilai Ketuntasan Tuntas Tidak Tuntas 1. Siswa 1 74 - √ 2. Siswa 2 78 √ - 3. Siswa 3 86 √ - 4. Siswa 4 75 √ - 5. Siswa 5 86 √ - 6. Siswa 6 79 √ - 7. Siswa 7 84 √ - 8. Siswa 8 85 √ - 9. Siswa 9 100 √ - 10. Siswa 10 86 √ - 11. Siswa 11 100 √ - 12. Siswa 12 83 √ - 13. Siswa 13 86 √ - 14. Siswa 14 79 √ - 15. Siswa 15 81 √ - 16. Siswa 16 100 √ - 17. Siswa 17 87 √ - 18. Siswa 18 86 √ - 19. Siswa 19 86 √ - 20. Siswa 20 90 √ - 21. Siswa 21 88 √ - 22. Siswa 22 100 √ - 23. Siswa 23 75 √ - Jumlah 1974 22 1 Rata-rata 85,83 Persentase Ketuntasan KKM 70 95,7 4,3 Berdasarkan tabel diatas, nilai tertinggi yang dapat diperoleh adalah 100 dan nilai terendah yaitu 74. Pada evaluasi akhir ini terjadi kenaikan rata-rata menjadi 85,83. Dengan ketuntasan KKM mencapai 95,7. Hanya 1 dari 23 siswa yang belum mencapai KKM 75 atau sebesar 4,3. Berdasarkan hasil nilai tersebut, target akhir rata-rata 80 telah tercapai karena pada evaluasi akhir ini rata-rata yang diperoleh 85,83. Pada penelitian ini, peningkatan hasil belajar juga dapat dilihat dari perbandingan kondisi awal, hasil evaluasi siklus I, evaluasi siklus II dan evaluasi akhir. Berikut peneliti sajikan data perbandingan hasil belajar matematika: Tabel 4.5 Data Perbandingan Hasil Belajar Rata-rata Nilai Kondisi Awal Evaluasi Siklus I Evaluasi Siklus II Evaluasi Siklus Akhir 75,43 75,43 78,35 85,83 Presentase Ketercapaian KKM 80 82,6 86,96 95,7 Berdasarkan tabel diatas hasil belajar siswa kelas IV mengalami kenaikan, hal ini lebih jelasnya akan dijabarkan melalui diagram. Diagram peningkatan hasil belajar siswa kelas IV diperoleh dari hasil evaluasi siklus I, siklus II, dan siklus akhir. Diagram nilai rata-rata hasil belajar siswa sebagai berikut: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Gambar 4.1 Nilai Rata-rata Hasil Belajar Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat rata-rata kelas yang diperoleh dari data dua tahun sebelumnya pada materi yang sama menunjukan 75,04. Pada siklus I rata-rata mengalami kenaikan menjadi 75,43. Pada siklus I rata-rata yang diperoleh belum mencapai target yang diharapkan yaitu 78, sehingga dilanjutkan pada siklus II. Pada siklus II rata-rata yang diperoleh meningkat menjadi 78,35 dari siklus sebelumnya, namun kenaikan rata-rata tersebut belum mencapai target yaitu 80, sehingga peneliti memberikan evaluasi akhir dan rata-rata yang diperoleh meningkat menjadi 85,83 yang telah melampaui target yaitu 83. Selanjutnya, peningkatan ketercapaian KKM dapat dilihat pada diagram berikut ini: 78 80 83 75,04 75,43 78,35 85,83 68 70 72 74 76 78 80 82 84 86 88 Kondisi Awal Siklus I Siklus II Siklus Akhir Ra ta -r a ta K e la s Target Pencapaian Gambar 4.2 Persentase Pencapaian KKM Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan pada setiap siklusnya dari kondisi awal presentase ketercapaian KKM 65 mencapai 80. Pada siklus I setelah menerapkan pembelajaran konteksual, ketercapaian KKM 70 meningkat menjadi 82,6 namun peningkatan ketercapaian KKM belum mencapai target yaitu 83. Selanjutnya penelitian dilanjutkan pada siklus II. Pada siklus II terjadi peningkatan ketercapaian KKM 75 menjadi 86,96. Peningkatan ketercapaian KKM pada siklus II sudah melampaui target yaitu 86. Selanjutnya pada evaluasi akhir meningkat menjadi 95,7 dan sudah melampaui target yaitu 89. 3. Kemampuan Berpikir Kritis Kemampuan berpikir kritis matematika siswa kelas IV di SD Kanisius Klepu diperoleh dari hasil kuesioner yang diisi siswa pada saat sebelum siklus I dan setelah siklus II usai. Berdasarkan hasil kuisioner yang 83 86 89 80,00 82,60 86,96 95,70 0,7 0,75 0,8 0,85 0,9 0,95 1 Kondisi Awal Evaluasi Siklus I Evaluasi Siklus II Evaluasi Akhir P e rs e n ta se K e te rc a p a ia n K K M Target Ketercapaian diberikan sebelum siklus I didapatkan kondisi awal kemampuan berpikir kritis siswa yang dapat dilihat pada tabel berikut ini: 4.6 Kondisi Awal Indikator 1 Kemampuan Berpikir Kritis No Responden Item Pernyataan Skor Keterangan 1 2 3 4 1. Siswa 1 3 2 3 4 12 Tidak kritis 2. Siswa 2 4 3 3 2 12 Tidak kritis 3. Siswa 3 3 2 4 4 13 Cukup Kritis 4. Siswa 4 1 3 5 3 12 Tidak kritis 5. Siswa 5 4 2 3 4 13 Cukup Kritis 6. Siswa 6 3 2 4 2 11 Tidak kritis 7. Siswa 7 4 5 3 4 16 Kritis 8. Siswa 8 4 1 3 3 11 Tidak kritis 9. Siswa 9 3 4 5 2 14 Cukup Kritis 10. Siswa 10 2 3 5 1 11 Tidak kritis 11. Siswa 11 4 5 4 2 15 Cukup Kritis 12. Siswa 12 2 3 5 3 13 Cukup Kritis 13. Siswa 13 4 4 2 2 12 Tidak kritis 14. Siswa 14 3 4 4 1 12 Tidak kritis 15. Siswa 15 3 1 4 4 12 Tidak kritis 16. Siswa 16 4 5 4 2 15 Cukup Kritis 17. Siswa 17 2 4 5 1 12 Tidak kritis 18. Siswa 18 4 2 2 2 10 Sangat tidak kritis 19. Siswa 19 2 3 2 4 11 Tidak kritis 20. Siswa 20 4 4 5 2 15 Cukup Kritis 21. Siswa 21 1 5 5 1 12 Tidak kritis 22. Siswa 22 3 5 4 2 14 Cukup Kritis 23. Siswa 23 3 2 5 2 12 Tidak kritis Jumlah Skor Kelas 290 Rata-rata Skor Kelas 12,60 Tidak Kritis Nilai Rata-rata Kelas 63 Tidak Kritis Jumlah Siswa yang Minimal Cukup Kritis 9 Persentase Jumlah Siswa Minimal Cukup Kritis 39,13 Berdasarkan tabel di atas presentase siswa yang termasuk dalam kriteria cukup memiliki kemampuan berpikir kritis sebesar 39,13 atau 9 dari 23 siswa. 4.7 Kondisi Awal Indikator 2 Kemampuan Berpikir Kritis No Responden Item Pernyataan Skor Keterangan 1 2 3 4 1. Siswa 1 1 1 2 2 6 Sangat tidak kritis 2. Siswa 2 1 3 3 1 8 Sangat tidak kritis 3. Siswa 3 3 4 1 2 10 Sangat tidak kritis 4. Siswa 4 3 2 2 2 9 Sangat tidak kritis 5. Siswa 5 3 3 4 3 13 Cukup kritis 6. Siswa 6 1 1 1 2 5 Sangat tidak kritis 7. Siswa 7 2 3 1 1 7 Sangat tidak kritis 8. Siswa 8 2 3 2 1 8 Sangat tidak kritis 9. Siswa 9 4 3 4 2 13 Cukup kritis 10. Siswa 10 1 1 3 3 8 Sangat tidak kritis 11. Siswa 11 2 3 4 4 13 Cukup kritis 12. Siswa 12 2 2 2 2 8 Sangat tidak kritis 13. Siswa 13 1 1 4 4 10 Sangat tidak kritis 14. Siswa 14 3 3 1 3 10 Sangat tidak kritis 15. Siswa 15 3 3 3 1 10 Sangat tidak kritis 16. Siswa 16 2 3 4 4 13 Cukup kritis 17. Siswa 17 1 3 4 1 9 Sangat tidak kritis 18. Siswa 18 2 2 2 2 8 Sangat tidak kritis 19. Siswa 19 3 3 2 1 9 Sangat tidak kritis 20. Siswa 20 4 3 3 3 13 Cukup kritis 21. Siswa 21 3 4 1 1 9 Sangat tidak kritis 22. Siswa 22 3 3 1 4 11 Tidak Kritis 23. Siswa 23 1 2 2 1 6 Sangat tidak kritis Jumlah Skor Kelas 216 Rata-rata Skor Kelas 9,39 Sangat Tidak Kritis Nilai Rata-rata Kelas 46,95 Sangat Tidak Kritis Jumlah Siswa yang Minimal Cukup Kritis 5 Persentase Jumlah Siswa Minimal Cukup Kritis 21,73 Berdasarkan tabel di atas presentase siswa yang termasuk dalam kriteria cukup memiliki kemampuan berpikir kritis sebesar 21,73 atau 5 dari 23 siswa. 4.8 Kondisi Awal Indikator 3 Kemampuan Berpikir Kritis No Responden Item Pernyataan Skor Keterangan 1 2 3 4 1. Siswa 1 4 4 1 2 11 Tidak kritis 2. Siswa 2 2 2 1 1 6 Sangat tidak kritis 3. Siswa 3 1 1 4 3 9 Sangat tidak kritis 4. Siswa 4 1 1 3 3 8 Sangat tidak kritis 5. Siswa 5 4 4 3 3 14 Cukup kritis 6. Siswa 6 1 2 1 1 5 Sangat tidak kritis 7. Siswa 7 4 4 1 4 13 Cukup kritis 8. Siswa 8 4 1 1 2 8 Sangat tidak kritis 9. Siswa 9 2 4 5 2 13 Sangat tidak kritis 10. Siswa 10 1 1 2 2 6 Sangat tidak kritis 11. Siswa 11 4 4 4 3 15 Cukup kritis 12. Siswa 12 3 2 2 2 9 Sangat tidak kritis 13. Siswa 13 2 2 2 1 7 Sangat tidak kritis 14. Siswa 14 3 3 2 2 10 Sangat tidak kritis 15. Siswa 15 1 2 4 4 11 Tidak kritis 16. Siswa 16 3 5 4 2 14 Cukup kritis 17. Siswa 17 2 1 4 3 10 Sangat tidak kritis 18. Siswa 18 2 2 3 1 8 Sangat tidak kritis 19. Siswa 19 1 1 2 2 6 Sangat tidak kritis 20. Siswa 20 3 2 3 5 13 Cukup kritis 21. Siswa 21 3 3 2 2 10 Sangat tidak kritis 22. Siswa 22 3 2 4 4 13 Cukup kritis 23. Siswa 23 3 4 2 2 11 Tidak kritis Jumlah Skor Kelas 230 Rata-rata Skor Kelas 10 Sangat Tidak Kritis Nilai Rata-rata Kelas 50 Sangat Tidak Kritis Jumlah Siswa yang Minimal Cukup Kritis 6 Persentase Jumlah Siswa Minimal Cukup Kritis 26,08 Berdasarkan tabel di atas presentase siswa yang termasuk dalam kriteria memiliki kemampuan berpikir kritis sebesar 26,08 atau 6 dari 23 siswa. 4.9 Kondisi Awal Indikator 4 Kemampuan Berpikir Kritis No Responden Item Pernyataan Skor Keterangan 1 2 3 4 1. Siswa 1 3 2 1 1 7 Sangat tidak kritis 2. Siswa 2 2 2 2 2 8 Sangat tidak kritis 3. Siswa 3 3 2 2 2 9 Sangat tidak kritis 4. Siswa 4 2 2 1 1 6 Sangat tidak kritis 5. Siswa 5 4 4 4 4 16 Kritis 6. Siswa 6 2 2 2 2 8 Sangat tidak kritis 7. Siswa 7 3 3 4 4 14 Cukup kritis 8. Siswa 8 3 3 3 2 11 Cukup kritis 9. Siswa 9 2 3 4 4 13 Cukup kritis 10. Siswa 10 2 3 3 1 9 Sangat tidak kritis 11. Siswa 11 3 4 4 4 15 Cukup kritis 12. Siswa 12 1 1 2 4 8 Sangat tidak kritis 13. Siswa 13 1 4 4 1 10 Sangat tidak kritis 14. Siswa 14 2 1 1 3 7 Sangat tidak kritis 15. Siswa 15 2 2 2 2 8 Sangat tidak kritis 16. Siswa 16 4 4 4 4 16 Kritis 17. Siswa 17 2 2 2 3 9 Sangat tidak kritis 18. Siswa 18 1 1 1 4 7 Sangat tidak kritis 19. Siswa 19 4 4 4 3 15 Cukup kritis 20. Siswa 20 2 4 4 4 14 Cukup kritis 21. Siswa 21 3 3 2 2 10 Sangat tidak kritis 22. Siswa 22 4 3 2 4 13 Cukup kritis 23. Siswa 23 2 2 2 2 8 Sangat tidak kritis Jumlah Skor Kelas 241 Rata-rata Skor Kelas 10,47 Sangat Tidak Kritis Nilai Rata-rata Kelas 52,35 Sangat Tidak Kritis Jumlah Siswa yang Minimal Cukup Kritis 9 Persentase Jumlah Siswa Minimal Cukup Kritis 39,13 Berdasarkan tabel di atas persentase siswa yang termasuk dalam kriteria memiliki kemampuan berpikir kritis sebesar 39,13 atau 9 dari 23 siswa. 4.10 Kondisi Awal Indikator 5 Kemampuan Berpikir Kritis No Responden Item Pernyataan Skor Keterangan 1 2 3 4 1. Siswa 1 2 3 1 5 11 Tidak kritis 2. Siswa 2 2 2 1 2 7 Sangat tidak kritis 3. Siswa 3 2 1 3 3 9 Sangat tidak kritis 4. Siswa 4 2 3 1 1 7 Sangat tidak kritis 5. Siswa 5 3 3 3 4 13 Cukup kritis 6. Siswa 6 2 1 4 4 11 Tidak kritis 7. Siswa 7 3 3 3 4 13 Cukup kritis 8. Siswa 8 4 3 4 2 13 Cukup kritis 9. Siswa 9 2 2 5 4 13 Cukup kritis 10. Siswa 10 3 4 3 3 13 Cukup kritis 11. Siswa 11 4 4 3 5 16 Kritis 12. Siswa 12 1 1 1 3 6 Sangat tidak kritis 13. Siswa 13 2 3 4 3 12 Tidak kritis 14. Siswa 14 1 1 4 4 10 Sangat tidak kritis 15. Siswa 15 1 4 4 4 13 Cukup kritis 16. Siswa 16 3 4 4 4 15 Cukup kritis 17. Siswa 17 3 3 2 5 13 Cukup kritis 18. Siswa 18 2 3 3 5 13 Cukup kritis 19. Siswa 19 2 1 5 1 9 Sangat tidak kritis 20. Siswa 20 2 4 4 3 13 Cukup kritis 21. Siswa 21 2 2 2 4 10 Sangat tidak kritis 22. Siswa 22 2 5 3 4 14 Cukup kritis 23. Siswa 23 2 2 3 3 10 Sangat tidak kritis Jumlah Skor Kelas 264 Rata-rata Skor Kelas 11,47 Tidak Kritis Nilai Rata-rata Kelas 57,35 Tidak Kritis Jumlah Siswa yang Minimal Cukup Kritis 12 Persentase Jumlah Siswa Minimal Cukup Kritis 52,17 Berdasarkan tabel di atas presentase siswa yang termasuk dalam kriteria memiliki kemampuan berpikir kritis sebesar 52,17 atau 12 dari 23 siswa. Selanjutnya peneliti menghitung nilai rata-rata keseluruhan yang akan dpaparkan pada table berikut: Tabel 4.11 Skor Keseluruhan Kemampuan Awal Berpikir Kritis No Responden Indikator Skor Keterangan 1 2 3 4 5 1. Siswa 1 12 6 11 7 11 47 Sangat Tidak Kritis 2. Siswa 2 12 8 6 8 7 41 Sangat Tidak Kritis 3. Siswa 3 13 10 9 9 9 50 Sangat Tidak Kritis 4. Siswa 4 12 9 8 6 7 42 Sangat Tidak Kritis 5. Siswa 5 13 13 14 16 13 69 Cukup Kritis 6. Siswa 6 11 5 5 8 11 40 Sangat Tidak Kritis 7. Siswa 7 16 7 13 14 13 63 Tidak Kritis 8. Siswa 8 11 8 8 11 13 51 Sangat Tidak Kritis 9. Siswa 9 14 13 13 13 13 66 Cukup Kritis 10. Siswa 10 11 8 6 9 13 47 Sangat Tidak Kritis 11. Siswa 11 15 13 15 15 16 74 Cukup Kritis 12. Siswa 12 13 8 9 8 6 44 Sangat Tidak Kritis 13. Siswa 13 12 10 7 10 12 51 Sangat Tidak Kritis 14. Siswa 14 12 10 10 7 10 49 Sangat Tidak Kritis 15. Siswa 15 12 10 11 8 13 54 Sangat Tidak Kritis 16. Siswa 16 15 13 14 16 15 73 Cukup Kritis 17. Siswa 17 12 9 10 9 13 53 Sangat Tidak Kritis 18. Siswa 18 10 8 8 7 13 46 Sangat Tidak Kritis 19. Siswa 19 11 9 6 15 9 50 Sangat Tidak Kritis 20. Siswa 20 15 13 13 14 13 68 Cukup Kritis 21. Siswa 21 12 9 10 10 10 51 Sangat Tidak Kritis 22. Siswa 22 14 11 13 13 14 65 Cukup Kritis 23. Siswa 23 12 6 11 8 10 47 Sangat Tidak Kritis Jumlah Skor Kelas 1241 Rata-rata Skor Kelas 53,95 Sangat Tidak Kritis Nilai Rata-rata Kelas 53,95 Sabfat tidak krtis Jumlah Siswa yang Minimal Cukup Kritis 6 Persentase Jumlah Siswa Minimal Cukup Kritis 26,08 Berdasarkan tabel 4.11 dengan dasar kriteria tabel 3.18 telah diperoleh jumlah siswa yang termasuk dalam kriteria cukup kritis sebanyak 6 siswa dengan persentase 35,71. Berdasarkan uraian tabel-tabel di atas peneliti merangkum skor rata- rata kemampuan berpikir kritis untuk kondisi awal sebagai berikut: Tabel 4.12 Nilai Kondisi Awal Kemampuan Berpikir Kritis Siswa No Indikator Berpikir Kritis Skor Rata- rata yang di Capai Nilai Kemampuan Berpikir Kritis Persentase Siswa Minimal Cukup 1 Mengenal Masalah 12,60 63 39,13 2 Menemukan cara-cara yang dapat dipakai untuk menangani masalah-masalah 9,39 46,95 21,73 3 Mengumpulkan dan menyusun informasi yang diperlukan 10 50 26,08 4 Menganalisis data 10,47 52,35 39,13 5 Menarik kesimpulan- kesimpulan dan kesamaan-kesamaan yang diperlukan 11,47 57,35 52,17 Keseluruhan 53,95 53,95 26,08 Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai kemampuan berpikir kritis untuk indikator 1 adalah 63 dengan persentase siswa yang minimal cukup kritis adalah 39,13, indikator 2 sebesar 46,95 dengan persentase 21,73. Sedangkan indikator 3 sebesar 50 dengan persentase 26,08. Indikator 4 sebesar 52,35 dengan persentase 39,13, dan untuk indikator 5 sebesar 57,35 dengan persentase 52,17. Nilai rata-rata kelas keseluruhan yaitu 53,95 dengan persentase 26,6 Setelah siklus II selesai, peneliti kembali membagikan kuisioner berpikir kritis yang diisi oleh siswa. Kuisioner dibagikan setelah siklus II bertujuan untuk melihat kemampuan berpikir kritis siswa setelah menggunakan pembelajaran kontekstual. Adapun hasil kuisioner tersebut dapat dilihatpada tabel berikut: Tabel 4.13 Kondisi Akhir Indikator 1 Kemampuan Berpikir Kritis No Responden Item Pernyataan Skor Keterangan 1 2 3 4 1. Siswa 1 3 3 3 2 11 Tidak kritis 2. Siswa 2 3 3 3 2 11 Tidak kritis 3. Siswa 3 4 3 3 5 15 Cukup kritis 4. Siswa 4 2 3 3 4 12 Tidak kritis 5. Siswa 5 4 4 4 4 16 Kritis 6. Siswa 6 3 3 3 3 12 Tidak kritis 7. Siswa 7 3 3 4 4 14 Cukup kritis 8. Siswa 8 4 3 4 5 16 Kritis 9. Siswa 9 5 5 4 4 18 Sangat kritis 10. Siswa 10 4 4 3 4 15 Cukup kritis 11. Siswa 11 5 5 5 4 19 Sangat kritis 12. Siswa 12 4 4 5 4 17 Kritis 13. Siswa 13 4 5 3 4 16 Kritis 14. Siswa 14 4 4 3 5 16 Kritis 15. Siswa 15 4 4 3 3 14 Cukup kritis 16. Siswa 16 5 5 5 4 19 Sangat kritis 17. Siswa 17 3 3 3 5 14 Cukup kritis 18. Siswa 18 3 3 4 4 14 Cukup kritis 19. Siswa 19 3 4 4 5 16 Kritis 20. Siswa 20 3 4 3 4 14 Cukup kritis 21. Siswa 21 4 3 4 5 16 Kritis 22. Siswa 22 4 5 5 4 18 Sangat kritis 23. Siswa 23 3 3 3 4 13 Cukup kritis Jumlah Skor Kelas 346 Rata-rata Skor Kelas 15,04 Cukup Kritis Nilai Rata-rata Kelas 75,2 Cukup Kritis Jumlah Siswa yang Minimal Cukup Kritis 18 Persentase Jumlah Siswa Minimal Cukup Kritis 78,26 Berdasarkan tabel di atas presentase siswa yang termasuk dalam kriteria memiliki kemampuan berpikir kritis sebesar 78,26 atau 18 dari 23 siswa. Tabel 4.14 Kondisi Akhir Indikator 2 Kemampuan Berpikir Kritis No Responden Item Pernyataan Skor Keterangan 1 2 3 4 1. Siswa 1 3 3 3 2 11 Tidak kritis 2. Siswa 2 2 3 3 4 12 Tidak kritis 3. Siswa 3 2 3 3 4 12 Tidak kritis 4. Siswa 4 2 2 2 2 8 Sangat tidak kritis 5. Siswa 5 2 3 5 4 14 Cukup kritis 6. Siswa 6 3 3 3 4 13 Cukup kritis 7. Siswa 7 3 3 5 4 15 Cukup kritis 8. Siswa 8 4 4 4 5 17 Kritis 9. Siswa 9 5 5 3 3 16 Kritis 10. Siswa 10 4 4 4 3 15 Cukup kritis 11. Siswa 11 5 4 5 5 19 Sangat kritis 12. Siswa 12 5 4 3 3 15 Cukup kritis 13. Siswa 13 3 2 2 3 10 Sangat tidak kritis 14. Siswa 14 3 3 3 2 11 Tidak kritis 15. Siswa 15 4 3 4 5 16 Kritis 16. Siswa 16 3 5 5 5 18 Sangat kritis 17. Siswa 17 3 3 3 4 13 Cukup kritis 18. Siswa 18 3 2 4 3 12 Tidak kritis 19. Siswa 19 5 2 4 4 15 Cukup kritis 20. Siswa 20 3 5 4 4 16 Kritis 21. Siswa 21 5 4 4 4 17 Kritis 22. Siswa 22 4 4 3 3 14 Cukup kritis 23. Siswa 23 2 4 3 3 12 Tidak kritis Jumlah Skor Kelas 321 Rata-rata Skor Kelas 13,95 Cukup Kritis Nilai Rata-rata Kelas 69,75 Cukup Kritis Jumlah Siswa yang Minimal Cukup Kritis 15 Persentase Jumlah Siswa Minimal Cukup Kritis 65,21 Berdasarkan tabel di atas presentase siswa yang termasuk dalam kriteria memiliki kemampuan berpikir kritis sebesar 65,21 atau 15 dari 23 siswa. Tabel 4.15 Kondisi Akhir Indikator 3 Kemampuan Berpikir Kritis No Responden Item Pernyataan Skor Keterangan 1 2 3 4 1. Siswa 1 5 2 2 3 12 Tidak kritis 2. Siswa 2 2 2 3 2 9 Sangat tidak kritis 3. Siswa 3 5 5 4 4 18 Sangat kritis 4. Siswa 4 2 4 4 4 14 Cukup kritis 5. Siswa 5 5 5 3 3 16 Kritis 6. Siswa 6 4 4 3 3 14 Cukup kritis 7. Siswa 7 4 3 4 4 15 Cukup kritis 8. Siswa 8 5 5 4 4 18 Sangat kritis 9. Siswa 9 4 4 3 5 16 Kritis 10. Siswa 10 4 4 3 3 14 Cukup kritis 11. Siswa 11 4 4 5 5 18 Sangat kritis 12. Siswa 12 4 3 5 5 17 Kritis 13. Siswa 13 4 4 3 3 14 Cukup kritis 14. Siswa 14 3 3 3 4 13 Cukup kritis 15. Siswa 15 3 3 4 4 14 Cukup kritis 16. Siswa 16 5 4 4 5 18 Sangat kritis 17. Siswa 17 5 5 3 3 16 Kritis 18. Siswa 18 4 3 3 3 13 Cukup kritis 19. Siswa 19 4 4 4 4 16 Kritis 20. Siswa 20 4 4 3 3 14 Cukup kritis 21. Siswa 21 5 5 3 3 16 Kritis 22. Siswa 22 4 5 5 3 17 Kritis 23. Siswa 23 3 3 3 4 13 Cukup kritis Jumlah Skor Kelas 345 Rata-rata Skor Kelas 15 Cukup Kritis Nilai Rata-rata Kelas 75 Cukup Kritis Jumlah Siswa yang Minimal Cukup Kritis 21 Persentase Jumlah Siswa Minimal Cukup Kritis 91,30 Berdasarkan tabel di atas presentase siswa yang termasuk dalam kriteria memiliki kemampuan berpikir kritis sebesar 91,30 atau 21 dari 23 siswa. Tabel 4.16 Kondisi Akhir Indikator 4 Kemampuan Berpikir Kritis No Responden Item Pernyataan Skor Keterangan 1 2 3 4 1. Siswa 1 2 2 4 4 12 Tidak kritis 2. Siswa 2 4 5 4 2 15 Cukup kritis 3. Siswa 3 5 5 4 4 18 Sangat kritis 4. Siswa 4 3 3 2 2 10 Sangat tidak kritis 5. Siswa 5 4 3 3 4 14 Cukup kritis 6. Siswa 6 3 3 3 3 12 Tidak kritis 7. Siswa 7 4 4 5 5 18 Sangat kritis 8. Siswa 8 4 4 4 4 16 Kritis 9. Siswa 9 5 5 5 4 19 Sangat kritis 10. Siswa 10 3 5 4 3 15 Cukup kritis 11. Siswa 11 5 5 5 5 20 Sangat kritis 12. Siswa 12 5 3 4 5 17 Kritis 13. Siswa 13 3 4 4 5 16 Kritis 14. Siswa 14 3 4 4 3 14 Cukup kritis 15. Siswa 15 4 4 4 5 17 Kritis 16. Siswa 16 5 3 3 4 15 Cukup kritis 17. Siswa 17 5 4 3 3 15 Cukup kritis 18. Siswa 18 3 3 5 5 16 Kritis 19. Siswa 19 5 4 3 5 17 Kritis 20. Siswa 20 5 4 4 4 17 Kritis 21. Siswa 21 5 5 3 4 17 Kritis 22. Siswa 22 4 4 5 5 18 Sangat kritis 23. Siswa 23 3 3 3 3 12 Tidak kritis Jumlah Skor Kelas 360 Rata-rata Skor Kelas 15,65 Cukup Kritis Nilai Rata-rata Kelas 78,25 Cukup Kritis Jumlah Siswa yang Minimal Cukup Kritis 19 Persentase Jumlah Siswa Minimal Cukup Kritis 82,60 Berdasarkan tabel di atas presentase siswa yang termasuk dalam kriteria memiliki kemampuan berpikir kritis sebesar 82,60 atau 19 dari 23 siswa. Tabel 4.17 Kondisi Akhir Indikator 5 Kemampuan Berpikir Kritis No Responden Item Pernyataan Skor Keterangan 1 2 3 4 1. Siswa 1 5 3 3 2 13 Cukup kritis 2. Siswa 2 2 3 3 3 11 Tidak kritis 3. Siswa 3 4 3 3 3 13 Cukup kritis 4. Siswa 4 3 3 3 3 12 Tidak kritis 5. Siswa 5 4 4 3 3 14 Cukup kritis 6. Siswa 6 2 3 3 3 11 Tidak kritis 7. Siswa 7 3 3 3 3 12 Tidak kritis 8. Siswa 8 4 3 3 3 13 Cukup kritis 9. Siswa 9 4 5 5 5 19 Sangat kritis 10. Siswa 10 4 4 4 4 16 Kritis 11. Siswa 11 4 4 5 5 18 Sangat kritis 12. Siswa 12 3 4 4 4 15 Cukup kritis 13. Siswa 13 5 3 3 3 14 Cukup kritis 14. Siswa 14 3 3 5 5 16 Kritis 15. Siswa 15 4 4 4 4 16 Kritis 16. Siswa 16 4 5 5 3 17 Kritis 17. Siswa 17 3 3 5 5 16 Kritis 18. Siswa 18 5 4 4 4 17 Kritis 19. Siswa 19 5 2 4 4 15 Cukup kritis 20. Siswa 20 3 3 3 5 14 Cukup kritis 21. Siswa 21 5 4 4 4 17 Kritis 22. Siswa 22 5 4 4 4 17 Kritis 23. Siswa 23 3 3 4 4 14 Cukup kritis Jumlah Skor Kelas 340 Rata-rata Skor Kelas 14,78 Cukup Kritis Nilai Rata-rata Kelas 73,9 Cukup Kritis Jumlah Siswa yang Minimal Cukup Kritis 19 Persentase Jumlah Siswa Minimal Cukup Kritis 82,60 Berdasarkan tabel di atas presentase siswa yang termasuk dalam kriteria memiliki kemampuan berpikir kritis sebesar 82,60 atau 19 dari 23 siswa. Selanjutnya peneliti menghitung nilai rata-ratakemampuan berpikir kritis keseluruhan yang akan dipaparkan pada table berikut ini: Tabel 4.18 Skor Keseluruhan Kemampuan Akhir Berpikir Kritis No Responden Indikator Skor Keterangan 1 2 3 4 5 1. Siswa 1 11 11 12 12 13 59 Tidak Kritis 2. Siswa 2 11 12 9 15 11 58 Tidak Kritis 3. Siswa 3 15 12 18 18 13 76 Cukup Kritis 4. Siswa 4 12 8 14 10 12 56 Tidak Kritis 5. Siswa 5 16 14 16 14 14 74 Cukup Kritis 6. Siswa 6 12 13 14 12 11 62 Tidak Kritis 7. Siswa 7 14 15 15 18 12 74 Cukup Kritis 8. Siswa 8 16 17 18 16 13 80 Kritis 9. Siswa 9 18 16 16 19 19 88 Kritis 10. Siswa 10 15 15 14 15 16 75 Cukup Kritis 11. Siswa 11 19 19 18 20 18 94 Sangat Kritis 12. Siswa 12 17 15 17 17 15 81 Kritis 13. Siswa 13 16 10 14 16 14 70 Cukup Kritis 14. Siswa 14 16 11 13 14 16 70 Cukup Kritis 15. Siswa 15 14 16 14 17 16 77 Cukup Kritis 16. Siswa 16 19 18 18 15 17 87 Kritis 17. Siswa 17 14 13 16 15 16 74 Cukup Kritis 18. Siswa 18 14 12 13 16 17 72 Cukup Kritis 19. Siswa 19 16 15 16 17 15 79 Cukup Kritis 20. Siswa 20 14 16 14 17 14 75 Cukup Kritis 21. Siswa 21 16 17 16 17 17 83 Kritis 22. Siswa 22 18 14 17 18 17 84 Kritis 23. Siswa 23 13 12 13 12 14 64 Tidak Kritis Jumlah Skor Kelas 1712 Rata-rata Skor Kelas 74,43 Cukup Kritis Nilai Rata-rata Kelas 74,43 Cukup Kritis Jumlah Siswa yang Minimal Cukup Kritis 18 Persentase Jumlah Siswa Minimal Cukup Kritis 78,3 Tabel 4.19 Kondisi Akhir Kemampuan Berpikir Kritis No Indikator Berpikir Kritis Rata-rata Skor Kelas Nilai Rata- rata Kelas Persentase Siswa Minimal Cukup 1 Mengenal Masalah 15,04 75,2 78, 26 2 Menemukan cara-cara yang dapat dipakai untuk menangani masalah- masalah 13,95 69,75 65, 21 3 Mengumpulkan dan menyusun informasi yang diperlukan Cukup kritis 15 75 91,30 4 Menganalisis data 15,65 78, 25 82,60 5 Menarik kesimpulan- kesimpulan dan kesamaan-kesamaan yang diperlukan 14,78 73,9 82,60 Keseluruhan 74,43 74,43 78,3 Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa siswa yang mempunyai kemampuan berpikir kritis pada indikator 1 yaitu sebanyak 78,26 dengan nilai rata-rata yang diperoleh mancapai 75,2 cukup kritis. Sedangkan sebanyak 65,21 siswa sudah memiliki kemampuan berpikir kritis dengan nilai rata-rata 69,75 cukup kritis pada indikator 2, sedangkan pada indikator 3 siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis sebanyak 91,3 dengan nilai rata-rata mencapai 75 cukup kritis. Selanjutnya untuk indikator 4 siswa sudah memiliki kemampuan berpikir kritis mencapai 82,6 dengan nilai rata-rata 78,25 cukup kritis dan indikator 5 mencapai 82,6 siswa sudah memiliki kemampuan berpikir kritis dengan nilai rata-rata 73,9 cukup kritis pada indikator 5. Sehingga untuk keseluruhan nilai rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa kelas IV mencapai 74,43 cukup kritis dengan persentase siswa minimal cukup kritis mencapai 78,3. Pada penelitian ini, peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa dapat dilihat dari perbandingan kondisi awal sebelum penelitian dan kondisi akhir setelah penelitian. Perbandingan data kemampuan berpikir kritis di awal sebelum penelitian dengan kemampuan berpikir kritis setelah dilakukan penelitian dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.20 Perbandingan Nilai Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Indikator Sebelum Penelitian Sesudah Penelitian Nilai Rata-rata Presentase Siswa Minimal Cukup Nilai Rata-rata Presentase Siswa Minimal Cukup Mengenal Masalah 63 39,13 75, 2 78, 26 Menemukan cara-cara yang dapat dipakai untuk menangani masalah-masalah 46,95 21,73 69,75 65, 21 Mengumpulkan dan menyusun informasi yang diperlukan 50 26,08 75 91,30 Menganalisis data 52,35 39,13 78, 25 82,60 Menarik kesimpulan- kesimpulan dan kesamaan-kesamaan yang diperlukan. 57,35 52,17 73,9 82,60 Keseluruhan 53,95 26,08 74,43 78,3 ws Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa kelas IV sebelum dilakukan penelitian dengan sesudah dilakukan penelitian. Hal ini lebih jelasnya akan dijabarkan dengan menggunakan diagram. Diagram peningkatan kemampuan berpikir kritis dapat dilihat sebagai berikut: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Gambar 4.3 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat terjadi kenaikan nilai rata- rata kelas yang diperoleh pada masing-masing indikator. Sebelum penelitian kemampuan berpikir kritis pada indikator 1 memperoleh nilai rata-rata 63 tidak kritis dan meningkat menjadi 75,2 cukup kritis setelah penelitian. Sedangkan pada indikator 2 nilai rata-rata awal yang diperoleh 46,95 sangat tidak kritis meningkat menjadi 69,75 cukup kritis. Pada indikator 3 sebelum penelitian memperoleh nilai rata-rata 50 sangat tidak kritis meningkat menjadi 75 cukup kritis setelah penelitian. Nilai rata-rata kondisi awal 52,35 sangat tidak kritis meningkat menjadi 78,25 cukup kritis pada indikator 4, sedangkan pada indikator 5 kondisi awal memperoleh nilai rata-rata 57,35 tidak kritis meningkat menjadi 73,9 cukup kritis setelah penelitian. Untuk melihat kemampuan berpikir kritis siswa, peneliti juga melakukan observasi yang dilakukan dua kali, yaitu sebelum penelitian 63,00 46,95 50,00 52,35 57,35 75,20 69,75 75,00 78,25 73,90 - 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00 80,00 90,00 Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3 Indikator 4 Indikator 5 N il a i Ra ta -r a ta K e la s Indikator Berpikir Kritis Awal Akhir dan ketika penelitian. Observasi ini dilakukan untuk memantapkan hasil kemampuan berpikir kritis. Adapun hasil observasi tersebut adalah sebagai berikut: Tabel 4.21 Hasil Observasi Sebelum Penelitian Responden Indikator Rata- rata Kriteria 1 2 3 4 5 Siswa 1 1 1 1 1 1 1 Sangat Tidak Kritis Siswa 2 1 1 1 1 2 1.2 Sangat Tidak Kritis Siswa 3 2 1 1 1 1 1.2 Sangat Tidak Kritis Siswa 4 1 1 1 2 1 1.2 Sangat Tidak Kritis Siswa 5 1 1 2 1 1 1.2 Sangat Tidak Kritis Siswa 6 1 2 2 1 1 1.4 Sangat Tidak Kritis Siswa 7 2 2 2 1 2 1.8 Tidak Kritis Siswa 8 2 2 3 3 2 2.4 Kritis Siswa 9 3 2 3 3 2 2.6 Kritis Siswa 10 1 1 1 1 2 1.2 Sangat Tidak Kritis Siswa 11 2 2 1 1 2 1.6 Sangat Tidak Kritis Siswa 12 1 1 2 2 1 1.4 Sangat Tidak Kritis Siswa 13 1 1 1 3 1 1.4 Sangat Tidak Kritis Siswa 14 2 1 2 2 2 1.8 Tidak Kritis Siswa 15 1 1 2 2 1 1.4 Sangat Tidak Kritis Siswa 16 2 2 2 2 2 2 Cukup Kritis Siswa 17 2 1 2 1 2 1.6 Sangat Tidak Kritis Siswa 18 2 1 1 1 2 1.4 Sangat Tidak Kritis Siswa 19 2 1 1 2 1 1.4 Sangat Tidak Kritis Siswa 20 2 2 2 1 1 1.6 Sangat Tidak Kritis Siswa 21 2 1 1 2 1 1.4 Sangat Tidak Kritis Siswa 22 3 2 2 1 2 2 Cukup Kritis Siswa 23 1 1 2 1 2 1.4 Sangat Tidak Kritis Jumlah 38 31 38 36 35 Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa presentase siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis sebelum penelitian hanya mencapai 17,4 atau hanya 4 dari 23 siswa. Observasi juga dilakukan ketika proses penelitian berlangsung, yaitu pada pertemuan kedua pada siklus II. Adapun hasil dari observasi sesudah penelitian adalah sebagai berikut: Tabel 4.22 Hasil Observasi Saat Penelitian Responden Indikator Rata- rata Kriteria 1 2 3 4 5 Siswa 1 2 1 2 2 1 1.6 Tidak Kritis Siswa 2 2 2 2 2 1 1.8 Tidak Kritis Siswa 3 2 2 2 2 2 2 Cukup Kritis Siswa 4 2 2 2 2 1 1.8 Tidak Kritis Siswa 5 3 2 2 2 2 2.2 Cukup Kritis Siswa 6 2 1 2 2 2 1.8 Tidak Kritis Siswa 7 2 2 2 2 2 2 Cukup Kritis Siswa 8 2 3 3 3 3 2.8 Sangat Kritis Siswa 9 3 3 3 3 3 3 Sangat Kritis Siswa 10 2 2 3 2 2 2.2 Cukup Kritis Siswa 11 3 3 3 2 2 2.6 Kritis Siswa 12 2 2 2 3 2 2.2 Cukup Kritis Siswa 13 2 2 3 3 3 2.6 Kritis Siswa 14 2 2 2 2 2 2 Cukup Kritis Siswa 15 1 2 2 2 1 1.6 Sangat Tidak Kritis Siswa 16 3 2 3 3 2 2.6 Kritis Siswa 17 2 3 3 2 2 2.4 Kritis Siswa 18 2 2 3 2 2 2.2 Cukup Kritis Siswa 19 2 1 2 2 2 1.8 Tidak Kritis Siswa 20 3 2 2 2 3 2.4 Kritis Siswa 21 3 2 2 2 2 2.2 Cukup Kritis Siswa 22 3 2 2 3 3 2.6 Kritis Siswa 23 1 1 2 2 2 1.6 Sangat Tidak Kritis Jumlah 51 46 54 52 47 Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa presentase siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis sesudah penelitian dapat mencapai 69,6 atau 16 dari 23 siswa. Pada penelitian ini, peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa dapat dilihat dari perbandingan observasi sebelum penelitian dan setelah penelitian. Perbandingan data kemampuan berpikir kritis di awal sebelum penelitian dengan kemampuan berpikir kritis setelah dilakukan penelitian dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.23 Perbandingan Hasil Observasi Kemampuan Berpikir Kritis Indikator Sebelum Penelitian Sesudah Penelitian Skor Kriteria Skor Kriteria Mengenal Masalah 38 Tidak Kritis 51 Cukup Kritis Menemukan cara-cara yang dapat dipakai untuk menangani masalah- masalah 31 Sangat Tidak Kritis 46 Cukup Kritis Mengumpulkan dan menyusun informasi yang diperlukan 38 Tidak Kritis 54 Cukup Kritis Menganalisis data 36 Sangat Tidak Kritis 52 Sangat Kritis Menarik kesimpulan- kesimpulan dan kesamaan-kesamaan yang diperlukan. 35 Sangat Tidak Kritis 47 Cukup Kritis Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat terjadi kenaikan rata-rata yang diperoleh pada masing-masing indikator. Sebelum penelitian kemampuan berpikir kritis pada indikator 1 memperoleh skor 38 tidak kritis dan meningkat menjadi 51 cukup kritis setelah penelitian. Sedangkan pada indikator 2 skor yang diperoleh 31 sangat tidak kritis meningkat menjadi 46 cukup kritis. Pada indikator 3 sebelum penelitian memperoleh skor 38 tidak kritis dan meningkat menjadi 54 cukup kritis setelah penelitian. Skor 36 sangat tidak kritis meningkat menjadi 52 kritis pada indikator 4, sedangkan pada indikator 5 sebelum penelitian memperoleh skor 35 sangat tidak kritis meningkat menjadi 47 cukup kritis setelah penelitian.

B. Pembahasan

Dokumen yang terkait

Pengaruh Penggunaan Alat Peraga Dakon Matematika (Dakota) Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa

23 132 295

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas VB pada materi KPK dan FPB melalui model pembelajaran kontekstual SD Kanisius Ganjuran.

0 7 291

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis Matematika siswa kelas VB pada materi pengukuran waktu melalui pembelajaran kontekstual SDN Perumnas Condongcatur.

0 1 356

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis Matematika kelas V pada materi satuan jarak dan kecepatan melalui pembelajaran kontekstual SD N Jamus 2.

1 10 377

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis Matematika kelas IIIB pada materi operasi hitung campuran melalui model pembelajaran kontekstual SDN Perumnas Condongcatur.

0 4 421

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis Matematika kelas III pada materi perkalian dan pembagian melalui pembelajaran Problem Based Learning SD Kanisius Klepu.

0 0 212

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas V SD Negeri Karangmloko 1 pada materi KPK dan FPB melalui pendekatan pembelajaran kontekstual.

2 13 277

Peningkatakan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis kelas VA pada materi KPK dan FPB melalui pembelajaran kontekstual SDN Perumnas Condongcatur.

3 17 366

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas IV pada materi KPK dan FPB melalui model pembelajaran kontekstual SD Kanisius Ganjuran.

0 15 303

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis Matematika siswa kelas III pada materi operasi hitung campuran melalui model pembelajaran kontekstual SD Negeri Plaosan 1.

0 5 393