KERTHA PATRIKA
• VOLUME 34 NOMOR 1 • JANUARI 2010
106
• JURNAL ILMIAH FAKULTAS HUKUM
Urgensi normatif pengaturan terletak pada mendudukan tugas dan wewenang gubernur sebagai wakil pemerintah pusat dalam konteks dekonsentrasi. Pasal 37 dan 38 Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 harus dipahami sebagai pengaturan tentang dekonsentrasi yang member kedudukan pada gubernur untuk menjalankan tugas dan wewenang pembinaan, pengawasan
dan koordinasi atas jalannya pemerintahan daerah dan tugas pembantuan sebagai aspek-aspek pemerintahan umum.
IV. ASPEK-ASPEK YANG DIATUR
Pengaturan kedudukan gubernur sebagai wakil pemerintah pusat mencakup aspek-aspek ruang lingkup tugas dan kewenangan, pengorganisaian, dan pembiayaan.
1. Tugas dan Kewenangan.
Berdasarkan konstruksi tugas dan wewenang yang melekat pada gubernur sebagai wakil pemerintah pusat, baik yang melekat atributif maupun yang dilimpahkan kepada gubernur
delegatif, aspek-aspek kewenangan yang perlu diatur meliputi kedua bentuk tugas dan kewenangan dimaksud.
a. Tugas dan kewenangan atributif
Tugas dan kewenangan atributif adalah tugas yang dapat dikategorikan sebagai tugas- tugas yang diserahkan kepada gubernur karena kedudukannya sebagai wakil pemerintah. Tugas
ini tidak didasarkan pada pelimpahan tetapi melekat pada jabatan gubernur, meliputi tugas dan kewenangan sebagai berikut.
1
Pembinaan politik dalam negeri, mencakup segala upaya pembinaan ideologi negara, politik dalam negeri, dan kesatuan bangsa sesuai kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah,
meliputi kegiatan: -
upaya-upaya pengamanan dan pengamalan ideologi negara, -
upaya-upaya menciptakan politik dalam negeri yang stabil, -
upaya-upaya pembinaan kesatuan bangsa. 2 Pembinaan ketentraman dan ketertiban umum, mencakup segala upaya untuk menciptakan
suatu keadaan di mana pemerintah dan rakyat dapat melakukan kegiatan secara aman, tertib dan teratur sesuai kebijakan ketentraman dan ketertiban yang ditetapkan pemerintah,
meliputi kegiatan: -
upaya-upaya menciptakan ketentraman dan ketertiban terhadap bentuk pelanggaran hukum yang menyebabkan terganggungan ketentaram dan ketertiban masyarakat.
- upaya-upaya menciptakan ketentraman dan ketertiban terhadap gangguan ketentraman
dan ketertiban yang disebabkan oleh bencana. -
upaya-upaya pengaturan untuk mendorong terciptanya ketentraman dan ketertiban masyarakat.
- upaya-upaya pengaturan kegiatan dalam rangka penaggulangan bencana.
3 Koordinasi, mencakup segala upaya untuk menciptakan integrasi, simplifi kasi, sinkronisasi dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan intansi vertikal dan penyelenggaraan
urusan-urusan pemerintahan yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah provinsi dan kabupatenkota agar tercapai dayaguna dan hasilguna yang optimal, meliputi kegiatan:
JURNAL ILMIAH FAKULTAS HUKUM •
107
- membentuk forum bersama antara gubernur dengan instansi vertikal dalam rangka
pengintegrasian dan sinkronisasi perencanaan dan penyelenggaraan urusan-urusan instansi vertikal dan urusan pemerintah provinsi.
- membentuk forum bersama antara gubernur dengan pemerintah daerah kabupaten
kota dalam rangka pengintegrasian dan sinkronisasi perencanaan dan penyelenggaraan urusan-urusan pemerintahan kabupatenkota dengan penyelenggaraan urusan
pemerintah provinsi.
4 Pengawasan, mencakup segala upaya membimbing dan mengarahkan agar tercipta keserasian antara penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah untuk menjamin kelancaran
penyelenggaraan pemerintahan daerah secara berhasilguna dan berdayaguna, meliputi kegiatan:
-
Pengawasan umum, yaitu upaya-upaya untuk menjamin tertib pemerintahan agar tercipta keserasian penyelenggaraan pemerintahan daerah.
- Pengawasan preventif, yaitu tindakan melakukan pengesahan terhadap produk hukum
daerah berdasarkan peraturan perundang-undangan. -
Pengawasan represif. yaitu tindakan melakukan penangguhan atau pembatalan terhadap produk hukum daerah yang bertentangan dengan kepentingan umum
dan peraturan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi tingkatnya.
5 Tampungtantra vrijbestuur, mencakup segala tindakan yang dilakukan terhadap pelaksanaan suatu tugas yang nyata-nyata tidak menjadi tugas atau tidak dapat dilaksanakan
oleh instansi vertikal dan tidak dapat diselenggarakan oleh pemerintahan daerah. Dalam rangka melaksanakan tugas tampungtantra, dengan alasan keterbatasan jangkauan
terhadap pelaksanaan tugas tampungtantra, gubernur dapat menunjuk pejabat yang memenuhi syarat untuk melaksanakan tugas tampungtantra dimaksud.
Aspek Kewenangan delegatif
Kewenangan yang berhubungan dengan tugas-tugas yang dilimpahkan oleh departemen teknis, meliputi aspek-aspek pembinaan dan pengawasan terhadap pemerintah kabupaten
kota dalam penyelenggaraan urusan-urusan daerah menurut bidang-bidang departemen teknis, maupun pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan tugas pembantuan di provinsi,
kabupatenkota, dan desa. Tugas dan kewenangan delegatif meliputi: 1 Pembinaan, mencakup kegiatan fasilitasi, supervisi, asistensi, monitoring dan evaluasi
terhadap penyelenggaran pemerintahan kabupatenkota. a
Supervisi terhadap penyelenggaraan pemerintahan daerah kabupatenkota dalam bentuk kegiatan:
- Memberi arah bagi keterpaduan perencanaan antara pemerintah provinsi
dengan kabupatenkota dan antara kabupatenkota. - Memberi bimbingan pelaksanaan kegiatan penyelenggaraan pemerintahan
daerah kabupatenkota, dan pelaksanaan tugas pembantuan di kabupatenkota dan desa.
b Asistensi terhadap penyelenggaraan pemerintahan daerah kabupatenkota dalam bentuk kegiatan:
- pemberian bantuan teknis kepada pemerintah kabupatenkota dalam bentuk bimbingan teknis perencanaan, pengorganisasian dan pembiayaan
penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah kabupatenkota.
Implementasi Yuridis Kedudukan Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat di Daerah Cokorda Istri Anom Pemayun