PEMBAHASAN A hybrid framework suatu alternatif pendekatan CSR (Corporate Social Responsibility) di Indonesia.

KERTHA PATRIKA • VOLUME 34 NOMOR 1 • JANUARI 2010 92 • JURNAL ILMIAH FAKULTAS HUKUM Dalam melakukan pembinaan, pengembangan dan perlindungan anak, perlu peran masyarakat, baik melalui lembaga perlindungan anak, lembaga keagamaan, lembaga swadaya masyarakat, organisasi kemasyarakatan, organisasi sosial, dunia usaha, media massa atau lembaga pendidikan. Dasar yuridis dikeluarkannya Undang-Undang Perlindungan Anak antara lain: 1. Pasal 28A, Pasal 28B ayat 2, Pasal 28I ayat 4, 5 dan Pasal 34 Undang-Undang Dasar 1945; 2. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak; 3. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan Convention on The Elimination of All Forms of Discrimination Againts Women; 4. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak; 5. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat; 6. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1999 tentang Pengesahan ILO Convention No.138 Concerning Minimum Age for Admission to Employment Konvensi ILO mengenai Usia Minimum untuk Diperbolehkan Bekerja; 7. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia; 8. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2000 tentang Pengesahan ILO Convention No.182 Concerning The Prohibition and Immedeiate Action for The Elimination of The Worst Forms of Child Labour Konvensi ILO No.182 mengenai Pelarangan dan Tindakan Segera Penghapusan Bentuk-Bentuk Pekerjaan Terburuk untuk Anak. Perbincangan tentang hak kodrati atau hak asasi manusia memang sudah sering dikalangan fi lsuf dan ahli hukum, namun baru pada beberapa dekade belakangan gagasan mengenai hak asasi manusia menjadi bagian dari kosakata masyarakat luas di sebagian besar kawasan dunia James W. Nickel, 1996: xi. Sama seperti halnya keadilan, hak asasi manusia merupakan bahasa universal bagi bangsa manusia dan menjadi kebutuhan pokok rokhaniah bagi bangsa baradab di muka bumi. Keadilan dan hak asasi manusia tidak mengenal batas territorial, bangsa, ras, suku, agama, dan ideologi politik. Keadilan dan hak asasi merupakan faktor determinan dalam proses eksistensi dan pembangunan peradaban umat manusia. Bukti jejak sejarah kehidupan manusia menunjukkan adanya beberapa guru bangsa manusia, begitu pun adanya dokumen-dokumen hak asasi manusia yang berkorelasi dengan adanya pelanggaran terhadap hak asasi manusia. Piagam-piagam tertulis tentang hak asasi manusia mengabadikan hati nurani dan akal manusia untuk tetap menghargai hak asasi dan martabat kemanusiaan. Pelanggaran terhadap hak asasi manusia akan selalu mendapat respon moral dan konsekuensi sosial politik sesuai dengan radius dan kompetensi otoritas yang berlaku. Eksistensi hak asasi manusia HAM dan keadilan merupakan ramuan dasar dalam membangun komunitas bangsa manusia yang memiliki kohesi sosial yang kuat. Betapapun banyak ragam ras, etnis, agama, dan keyakinan politik, akan dapat hidup harmonis dalam suatu komunitas anak manusia, jika ada sikap penghargaan terhadap nilai-nilai HAM dan keadilan. Penegakan HAM dan keadilan merupakan tiang utama dari tegaknya bangunan peradaban bangsa, sehingga bagi negara yang tidak menegakkan HAM dan keadilan akan menanggung konsekuensi logis yaitu teralienasi dari komunitas bangsa beradab dunia internasional. Lebih JURNAL ILMIAH FAKULTAS HUKUM • 93 dari itu, biasanya harus menanggung sanksi politis atau ekonomis sesuai dengan respon negara yang menilainya. Hal ini menunjukkan bahwa nilai kemanusiaan bersifat universal, apalagi pada era globalisasi dewasa ini. Secara yuridis, Hukum HAM Hak Asasi Manusia Internasional menentukan adanya Jus Cogen yang dikualifi kasikan sebagai a peremtory norm of general international law. A norm accepted and recognized by the international community of states as a whole as a norm from which no derogation is permitted and which can be modifi ed only by subsequent norm of general international law having the same character. 5 Sering dikemukakan bahwa pengertian konseptual hak asasi manusia itu dalam sejarah instrumen Hukum Internasional setidak-tidaknya telah melampauai tiga generasi perkembangan. Ketiga generasi perkembangan konsepsi hak asasi manusia itu adalah: Generasi Pertama, pemikiran mengenai konsepsi hak asasi manusia yang sejak lama berkembang dalam wacana para ilmuwan sejak era ‘enlightenment’ di Eropah, meningkat menjadi dokumen-dokumen Hukum Internasional yang resmi. Puncak perkembangan generasi pertama hak asasi manusia ini adalah pada persitiwa penandatangan naskah Universal Declaration of Human Rights Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tahun 1948 setelah sebelumnya ide-ide perlindungan hak asasi manusia itu tercantum dalam naskah-naskah bersejarah di beberapa negara, seperti di Inggeris dengan Magna Charta dan Bill of Rights, di Amerika Serikat dengan Decalaration of Independence, dan di Perancis dengan Declaration of Rights of Man and of the Citizens. Dalam konsepsi generasi pertama ini elemen dasar konsepsi hak asasi manusia itu mencakup soal prinsip integritas manusia, kebutuhan dasar manusia, dan prinsip kebebasan sipil dan politik. Pada perkembangan selanjutnya yang dapat disebut sebagai hak asasi manusia Generasi Kedua, konsepsi hak asasi manusia mencakup pula upaya menjamin pemenuhan kebutuhan untuk mengejar kemajuan ekonomi, sosial dan kebudayaan, termasuk hak atas pendidikan, hak untuk menentukan status politik, hak untuk menikmati ragam penemuan-penemuan ilmiah, dan lain-lain sebagainya. Puncak perkembangan kedua ini tercapai dengan ditandatanganinya ‘International Couvenant on Economic, Social and Cultural Rights’ pada tahun 1966. Kemudian pada tahun 1986, muncul pula konsepsi baru hak asasi manusia yaitu mencakup pengertian mengenai hak untuk pembangunan atau ‘rights to development’. Hak atas atau untuk pembangunan ini mencakup persamaan hak atau kesempatan untuk maju yang berlaku bagi segala bangsa, dan termasuk hak setiap orang yang hidup sebagai bagian dari kehidupan bangsa tersebut. Hak untuk atau atas pembangunan ini antara lain meliputi hak untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan, dan hak untuk menikmati hasil-hasil pembangunan tersebut, menikmati hasil-hasil dari perkembangan ekonomi, sosial dan kebudayaan, pendidikan, kesehatan, distribusi pendapatan, kesempatan kerja, dan lain-lain sebagainya. Konsepsi baru inilah yang oleh para ahli disebut sebagai konsepsi hak asasi manusia Generasi Ketiga. 6 Terkait dengan perkembangan generasi hak asasi manusia tersebut, bahwasannya perlindungan hak asasi anak dari tindakan kekerasan sejatinya adalah penghormatan dan perlindungan harkat dan martabat manusia, karena konsep perlindungan hak asasi manusia tidak mengenal batas usia, ras, agama, warna kulit, dan status sosial. Penghormatan dan perlindungan harkat dan martabat manusia ini termasuk kedalam perkembangan hak asasi manusia generasi pertama. Sejarah menunjukkan bahwa puncak perkembangan hak asasi 5 vide Thomas Bueergental Harold G. Maieer, 1990: 108 dalam Artidjo Alkostar 2007, http:pushamuii.org, diakses 18 Agustus 2008. 6 Jimly Asshiddiqie, Dimensi Konseptual Dan Prosedural Pemajuan Hak Asasi Manusia Dewasa Ini, http:www.theceli.com, diakses tahun 2006. Perlindungan Hak Asasi Anak dalam Hukum Nasional dan Hukum Internasional I Gede Pasek Eka Wisanjaya KERTHA PATRIKA • VOLUME 34 NOMOR 1 • JANUARI 2010 94 • JURNAL ILMIAH FAKULTAS HUKUM manusia generasi pertama ini adalah pada persitiwa penandatanganan naskah Universal Declaration of Human Rights Deklarasi Umum Tentang Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa PBB pada tahun 1948. Deklarasi PBB tahun 1948 ini merupakan tonggak sejarah yang sangat penting dalam penghormatan terhadap nilai-nilai hak asasi manusia. Lahirnya deklarasi ini mencerminkan bahwa negara-negara masyarakat internasional yang ada di dunia sangat sadar bahwa harkat dan martabat manusia harus dijunjung tinggi, dalam arti harus dihargai, dihormati, serta dilindungi. Mukadimah naskah Universal Declaration of Human Rights Deklarasi Umum Tentang Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa PBB tahun 1948 menyebutkan beberapa hal penting, yaitu: - Menimbang bahwa pengakuan atas martabat alamiah dan hak-hak yang sama dan mutlak dari semua anggota keluarga manusia adalah dasar kemerdekaan, keadilan dan perdamaian di dunia, - Menimbang bahwa mengabaikan dan memandang rendah hak-hak asasi manusia telah mengakibatkan perbuatan-perbuatan bengis yang menimbulkan rasa kemarahan hati nurani umat manusia, dan terbentuknya suatu dunia tempat manusia akan mengecap kenikmatan kebebasan berbicara dan beragama serta kebebasan dari ketakutan dan kekurangan telah dinyatakan sebagai cita-cita tertinggi dari rakyat biasa, - Menimbang bahwa hak-hak asasi manusia perlu dilindungi oleh peraturan hukum supaya orang tidak akan terpaksa memilih pemberontakan sebagai usaha terakhir guna menentang kelaliman dan penindasan, - Menimbang bahwa pembangunan hubungan persahabatan antara negara-negara perlu digalakkan, - Menimbang bahwa bangsa-bangsa dari Perserikatan Bangsa-Bangsa sekali lagi telah menyatakan di dalam Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa kepercayaan mereka akan hak-hak dasar dari manusia, akan martabat dan nilai seseorang manusia dan akan hak-hak yang sama dari pria maupun wanita, dan telah bertekad untuk menggalakkan kemajuan sosial dan taraf hidup yang lebih baik di dalam kemerdekaan yang lebih luas, - Menimbang bahwa Negara-Negara Anggota telah berjanji untuk mencapai kemajuan dalam penghargaan dan penghormatan umum terhadap hak-hak asasi manusia dan kebebasan-kebebasan asasi, dengan bekerjasama dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa, - Menimbang bahwa pengertian umum tentang hak-hak dan kebebasan-kebebasan tersebut sangat penting untuk pelaksanaan yang sungguh-sungguh dari janji ini, maka, Majelis Umum dengan ini memproklamasikan Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia: Sebagai satu standar umum keberhasilan untuk semua bangsa dan semua negara, dengan tujuan agar setiap orang dan setiap badan dalam masyarakat dengan senantiasa mengingat Pernyataan ini, akan berusaha dengan jalan mengajar dan mendidik untuk menggalakkan penghargaan terhadap hak-hak dan kebebasan-kebebasan tersebut, dan dengan jalan tindakan-tindakan progresif yang bersifat nasional maupun internasional, menjamin pengakuan dan penghormatannya secara universal dan efektif, baik oleh bangsa-bangsa dari Negara-Negara Anggota sendiri maupun oleh bangsa-bangsa dari daerah-daerah yang berada di bawah kekuasaan hukum mereka. JURNAL ILMIAH FAKULTAS HUKUM • 95 Secara spesifi k perlindungan individu dari tindakan kekerasan terdapat dalam Pasal 5 Deklarasi Umum Hak Asasi Manusia PBB Tahun 1948, yang menyatakan: Tidak seorang pun boleh disiksa atau diperlakukan secara kejam, memperoleh perlakuan atau dihukum secara tidak manusiawi atau direndahkan martabatnya. Pernyataan pasal di atas menegaskan bahwa tidak seorang pun boleh diperlakukan secara kejam, seperti misalnya disiksa, dianiyaya, dihukum secara tidak manusiawi dan direndahkan martabatnya, dengan tidak mengenal batas usia, ras, warna kulit, agama, dan status sosial. Perlindungan terhadap hak asasi manusia dari tindakan kekerasan yang diatur dalam Deklarasi Umum Hak Asasi Manusia PBB Tahun 1948 ini sangat terkait dengan perlindungan hak asasi anak dari tindakan kekerasan. Penyiksaan atau penganiyaan kepada anak-anak dapat mengambil bermacam-macam bentuk: mungkin dilakukan dengan sengaja, tak terelakkan atau karena situasi. 7 Secara spesifi k perlindungan hak asasi anak dari tindakan kekerasan telah pula diatur dalam Konvensi Tentang Hak-Hak Anak yang disetujui oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tanggal 20 Nopember 1989. Dalam mukadimah Konvensi Hak-hak Anak ini, disebutkan beberapa hal penting antara lain: - Mempertimbangkan bahwa menurut prinsip-prinsip yang dinyatakan dalam Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa pengakuan terhadap martabat yang melekat, dan hak-hak yang sama dan tidak terpisahkan dari semua anggota umat manusia, merupakan dasar dari kebebasan, keadilan dan perdamaian di dunia, - Mengingat bahwa bangsa-bangsa dari Perserikatan Bangsa-Bangsa telah menyatakan sekali lagi dalam piagam keyakinan mereka akan hak-hak dasar dari manusia, akan martabat dan penghargaan seseorang manusia, dan telah berketetapan untuk meningkatkan kemajuan sosial dan standar hidup yang lebih baik dalam kebebasan yang lebih luas, - Mengakui bahwa Perserikatan Bangsa-Bangsa, dalam Deklarasi Universal tentang Hak-hak Asasi Manusia dan Kovenan-kovenan Internasional tentang Hak-hak Asasi Manusia, menyatakan dan menyetujui bahwa setiap orang berhak atas semua hak dan kebebasan yang dinyatakan didalamnya, tanpa pembedaan macam apapun seperti ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, pendapat politik, atau pendapat yang lain, kewarganegaraan atau asal usul sosial, harta kekayaan atau status yang lain, - Mengingat bahwa dalam Deklarasi Universal tentang Hak-hak Asasi Manusia, Perserikatan Bangsa- Bangsa telah menyatakan bahwa anak-anak berhak atas pengasuhannya dan bantuan khusus, - Meyakini bahwa keluarga, sebagai kelompok dasar masyarakat dan lingkungan alamiah bagi pertumbuhan dan kesejahteraan semua anggotanya dan terutama anak-anak, harus diberikan perlindungan dan bantuan yang diperlukan sedemikian rupa sehingga dapat dengan sepenuhnya memikul tanggung jawabnya didalam masyarakat, - Mengakui bahwa anak, untuk perkembangan kepribadiannya sepenuhnya yang penuh dan serasi, harus tumbuh berkembang dalam lingkungan keluarganya dalam suasana kebahagiaan, cinta dan pengertian, - Mempertimbangkan bahwa anak harus dipersiapkan seutuhnya untuk hidup dalam suatu kehidupan individu dan masyarakat, dan dibesarkan semangat cita-cita yang dinyatakan dalam Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan terutama dalam semangat perdamaian, kehormatan, tenggang rasa, kebebasan, persamaan dan solidaritas, 7 Peter Davies ed, 1991, Human Rights, diterjemahkan dalam bahasa Indonesia: Hak-hak Asasi Manusia, penerjemah: A. Rahman Zainuddin,Jakarta:Yayasan Obor Indonesia, 1994, h.63. Perlindungan Hak Asasi Anak dalam Hukum Nasional dan Hukum Internasional I Gede Pasek Eka Wisanjaya KERTHA PATRIKA • VOLUME 34 NOMOR 1 • JANUARI 2010 96 • JURNAL ILMIAH FAKULTAS HUKUM - Mengingat bahwa kebutuhan untuk memberikan pengasuhan khusus kepada anak, telah dinyatakan dalam Deklarasi Jenewa mengenai Hak-hak Anak tahun 1924 dan dalam Deklarasi Hak-hak Anak yang disetujui oleh Majelis Umum pada tanggal 20 November 1959 dan diakui dalam Deklarasi Universal tentang Hak-hak Asasi Manusia, dalam Kovenan Internasional tentang Hak-hak Sipil dan Politik terutama dalam pasal 23 dan pasal 24, dalam Kovenan Internasional tentang Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya terutama pasal 10 dan dalam statuta-statuta dan instrumen-instrumen yang relevan dari badan-badan khusus dan organisasi-organisasi internasional yang memperhatikan kesejahteraan anak, - Mengingat bahwa seperti yang ditunjuk dalam Deklarasi mengenai Hak-hak Anak, ”anak, karena alasan ketidakdewasaan fi sik dan jiwanya, membutuhkan perlindungan dan pengasuhan khusus, termasuk perlindungan hukum yang tepat, baik sebelum dan juga sesudah kelahiran”, -Mengingat ketentuan-ketentuan Deklarasi tentang Prinsip-prinsip Sosial dan Hukum yang berkenaan dengan Perlindungan dan Kesejahteraan Anak, dengan Referensi Khusus untuk Meningkatkan Penempatan dan Pemakaian Secara Nasional dan Internasional; Aturan Standard Minimum Perserikatan Bangsa-Bangsa, untuk administrasi Peradilan Remaja Aturan-aturan Beijing; dan Deklarasi tentang Perlindungan Wanita dan Anak-anak dalam Keadaan Darurat dan Konfl ik Bersenjata, - Mengakui pentingnya kerjasama internasional untuk memperbaiki penghidupan anak-anak di setiap negara, terutama di negara-negara sedang berkembang. Bukan orang dewasa saja yang mempunyai hak, anak-anakpun mempunyai hak. Hak- hak untuk anak-anak ini telah diakui dalam Konvensi Hak Anak yang dikeluarkan oleh Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tahun 1989. Menurut konvensi tersebut, semua anak, tanpa membedakan ras, suku bangsa, agama, jenis kelamin, asal-usul keturunan maupun bahasa, memiliki 4 empat hak dasar yaitu : • Hak Atas Kelangsungan Hidup Termasuk di dalamnya adalah hak atas tingkat kehidupan yang layak, dan pelayanan kesehatan. Artinya anak-anak berhak mendapatkan gizi yang baik, tempat tinggal yang layak dan perwatan kesehatan yang baik bila ia jatuh sakit. • Hak Untuk Berkembang Termasuk di dalamnya adalah hak untuk mendapatkan pendidikan, informasi, waktu luang, berkreasi seni dan budaya, juga hak asasi untuk anak-anak cacat, dimana mereka berhak mendapatkan perlakuan dan pendidikan khusus. • Hak Partisipasi Termasuk di dalamnya adalah hak kebebasan menyatakan pendapat, berserikat dan berkumpul serta ikut serta dalam pengambilan keputusan yang menyangkut dirinya. Jadi, seharusnya orang-orang dewasa khususnya orangtua tidak boleh memaksakan kehendaknya kepada anak karena bisa jadi pemaksaan kehendak dapat mengakibatkan beban psikologis terhadap diri anak. • Hak Perlindungan Termasuk di dalamnya adalah perlindungan dari segala bentuk eksploitasi, perlakuan kejam dan sewenang-wenang dalam proses peradilan pidana maupun dalam hal lainnya. Contoh eksploitasi yang paling sering kita lihat adalah mempekerjakan anak-anak di bawah umur. 8 8 http:yuwielueninet.wordpress.com, diakses 18 Agustus 2008. JURNAL ILMIAH FAKULTAS HUKUM • 97 Penghormatan dan perlindungan negara terhadap hak asasi anak dari tindakan kekerasan atau penganiyayaan secara tegas diatur dalam Konvensi PBB tahun 1989 tentang Hak Anak dalam pasal-pasal sebagai berikut: - Pasal 2 Konvensi: 1. Negara-negara Pihak harus menghormati dan menjamin hak-hak yang dinyatakan dalam Konvensi ini pada setiap anak yang berada di dalam yurisdiksi mereka, tanpa diskriminasi macam apa pun, tanpa menghiraukan ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, pendapat politik atau pendapat lain, kewarganegaraan, etnis, atau asal-usul sosial, harta kekayaan, cacat, kelahiran atau status yang lain dari anak atau orang tua anak atau wali hukum anak. 2. Negara-negara Pihak harus mengambil semua langkah yang tepat untuk menjamin bahwa anak dilindungi dari semua bentuk diskriminasi atau hukuman atas dasar status, aktivitas, pendapat yang diutarakan atau kepercayaan orang tua anak, wali hukum anak atau anggota keluarga anak. - Pasal 19 Konvensi: 1. Negara-negara Pihak harus mengambil semua tindakan legislatif, administratif, sosial dan pendidikan yang tepat untuk melindungi anak dari semua bentuk kekerasan fi sik atau mental, luka- luka atau penyalahgunaan, penelantaran atau perlakuan alpa, perlakuan buruk atau eksploitasi, termasuk penyalahgunaan seks selama dalam pengasuhan para orang tua, wali hukum atau orang lain manapun yang memiliki tanggung jawab mengasuh anak. 2. Tindakan-tindakan perlindungan tersebut, sebagai layaknya, seharusnya mencakup prosedur- prosedur yang efektif untuk penyusunan program-program sosial untuk memberikan dukungan yang perlu bagi mereka yang mempunyai tanggung jawab perawatan anak, dan juga untuk bentuk-bentuk pencegahan lain, dan untuk identifi kasi, melaporkan, penyerahan, pemeriksaan, perlakuan dan tindak lanjut kejadian-kejadian perlakuan buruk terhadap anak yagn digambarkan sebelum ini, dan sebagaimana layaknya, untuk keterlibatan pengadilan. - Pasal 37 Konvensi: Negara-negara Pihak harus menjamin bahwa: a Tidak seorang anak pun dapat dijadikan sasaran penganiayaan, atau perlakuan kejam yang lain, tidak manusiawi atau hukuman yang menghinakan... Dari paparan beberapa pasal konvensi tersebut, terlihat jelas bahwa negara termasuk juga warga negara masyarakat wajib memberikan pengayoman dan perlindungan terhadap harkat dan martabat anak dari tindakan kekerasan baik yang bersihat pisik maupun psikis. Penghormatan terhadap nilai-nilai hak asasi manusia yang diatur dalam instrumen Hukum Internasional Deklarasi dan Konvensi PBB tersebut kemudian diadopsi ke dalam beberapa instrumen hukum nasional kita dalam bentuk undang-undang, diantaranya adalah dengan diterbitkannya UU No. 39 Th. 1999 tentang Hak Asasi Manusia dan UU No. 23 Th. 2002 tentang Perlindungan Anak. UU No. 39 Th. 1999 tentang Hak Asasi Manusia bertujuan untuk mengoptimalkan pemajuan, penegakan dan perlindungan hak asasi manusia terhadap seluruh umat manusia yang ada di Indonesia. UU No. 39 Th. 1999 mengatur juga tentang hak anak, bahwasannya anak harus mendapat perlindungan dari tindakan-tindakan yang merugikan, termasuk dari tindakan kekerasan. Hak anak diatur dalam Pasal 52 UU No. 39 Th. 1999 yang menyatakan: Perlindungan Hak Asasi Anak dalam Hukum Nasional dan Hukum Internasional I Gede Pasek Eka Wisanjaya KERTHA PATRIKA • VOLUME 34 NOMOR 1 • JANUARI 2010 98 • JURNAL ILMIAH FAKULTAS HUKUM 1 Setiap anak berhak atas perlindungan oleh orang tua, keluarga, masyarakat, dan negara. 2 Hak anak adalah hak asasi manusia dan untuk kepentingannya hak anak itu diakui dan dilindungi oleh hukum bahkan sejak dalam kandungan. Perlindungan terhadap hak asasi anak, khususnya perlindungan dari tindakan kekerasan secara lebih lengkap diatur didalam UU No. 23 Th. 2002 tentang Perlindungan Anak, hal tersebut diatur dalam pasal-pasal sebagai berikut: - Pasal 1, angka 2: Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. - Pasal 3: Perlindungan anak bertujuan untuk menjamin terpenuhinya hak-hak anak agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi, demi terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas, berakhlak mulia, dan sejahtera. - Pasal 4: Setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. - Pasal 13: 1 Setiap anak selama dalam pengasuhan orang tua, wali, atau pihak lain mana pun yang bertanggung jawab atas pengasuhan, berhak mendapat perlindungan dari perlakuan: a. diskriminasi; b. eksploitasi, baik ekonomi maupun seksual; c. penelantaran; d. kekejaman, kekerasan, dan penganiayaan; e. ketidakadilan; dan f. perlakuan salah lainnya. 2 Dalam hal orang tua, wali atau pengasuh anak melakukan segala bentuk perlakuan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1, maka pelaku dikenakan pemberatan hukuman. Anak mempunyai posisi yang sangat mulia sesuai dengan penjelasan No. 23 Th. 2002 tentang Perlindungan Anak, anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa harus kita jaga karena dalam dirinya melekat harkat, martabat, dan hak-hak sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi. Hak asasi anak merupakan bagian dari hak asasi manusia yang termuat dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan Konvensi Perserikatan Bangsa- Bangsa tentang Hak-Hak Anak. Dari sisi kehidupan berbangsa dan bernegara, anak adalah masa depan bangsa dan generasi penerus cita-cita bangsa, sehingga setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang, berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari tindak kekerasan dan diskriminasi serta hak sipil dan kebebasan. Meskipun Undang-undang JURNAL ILMIAH FAKULTAS HUKUM • 99 Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia telah mencantumkan tentang hak anak, pelaksanaan kewajiban dan tanggung jawab orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah, dan negara untuk memberikan perlindungan pada anak, namun masih memerlukan suatu undang- undang mengenai perlindungan anak sebagai landasan yuridis bagi pelaksanaan kewajiban dan tanggung jawab tersebut. Dengan demikian, pembentukan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak didasarkan pada pertimbangan bahwa perlindungan anak dalam segala aspeknya merupakan bagian dari kegiatan pembangunan nasional, khususnya dalam memajukan kehidupan berbangsa dan bernegara.

III. SIMPULAN

Anak mempunyai posisi yang sangat mulia karena dalam dirinya melekat harkat, martabat, dan hak-hak sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi. Perlindungan terhadap hak asasi anak sangat jelas diatur dalam instrumen hukum nasional maupun instrumen hukum internasional. Dalam instrumen hukum internasional diatur dalam Universal Declaration of Human Rights Deklarasi Umum Tentang Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa PBB tahun 1948; Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa PBB tahun 1989 tentang Hak Anak, demikian pula dalam instrumen hukum nasional diatur dalam konstitusi negara yaitu Undang-Undang Dasar 1945 yang kemudian dijabarkan dalam beberapa undang-undang yaitu: Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak; Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak; Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

IV. SARAN

1 Pemerintah harus secara kontinyu mensosialisasikan substansi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak kepada masyarakat, agar masyarakat mengerti dan memahami isi atau substansi dari undang-undang tersebut, sehingga hal ini akan mencegah atau meminimalisasi tindakan-tindakan pelanggaran terhadap hak asasi anak. 2 Lembaga atau komisi perlindungan anak harus terus tanggap dan bekerja secara efektif dan maksimal dalam melindungi hak asasi anak serta memonitor pelanggaran-pelanggaran yang terjadi terhadap hak asasi anak di masyarakat, sehingga harkat dan martabat anak benar-benar terjaga dan terlindungi. DAFTAR PUSTAKA A. Literatur Artidjo Alkostar, 2007, Mengurai Kompleksitas Hak Asasi Manusia, Cetakan ke: I, PUSHAMUII, Yogyakarta, http:pushamuii.orgindex.php?lang=idpage=bukuid=22, diakses 18 Agustus 2008. James W. Nickel, 1987, Making Sense Of Human Rights, Philosophical Refl ection On The Universal Declaration Of Human Rights, University Of California Press, Berkeley, Los Angeles, London, diterjemahkan dalam bahasa Indonesia: Hak Asasi Manusia, Refl eksi Filosofi s Atas Deklarasi Perlindungan Hak Asasi Anak dalam Hukum Nasional dan Hukum Internasional I Gede Pasek Eka Wisanjaya KERTHA PATRIKA • VOLUME 34 NOMOR 1 • JANUARI 2010 100 • JURNAL ILMIAH FAKULTAS HUKUM Universal Hak Asasi Manusia, penerjemah: Titis Eddy Arini, Gramedia Pustaka Utama, 1996, Jakarta. Peter Davies ed, 1991, Human Rights, diterjemahkan dalam bahasa Indonesia: Hak-hak Asasi Manusia, penerjemah: A. Rahman Zainuddin,Yayasan Obor Indonesia, 1994, Jakarta.

B. Perjanjian Internasional Dan Peraturan Perundang-Undangan Nasional

Deklarasi Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa Tahun 1948 Tentang Hak Asasi Manusia. Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Tahun 1989 Tentang Hak-Hak Anak. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak.

C. Artikel

Gde Made Swardhana, Upaya Perlindungan Anak Dan Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, makalah disampaikan pada Lokakarya Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia RANHAM Provinsi Bali, untuk Panitia Pelaksana RANHAM Provinsi Bali, Pemerintah KabupatenKota se-Bali, yang diselenggarakan Biro Hukum dan HAM Provinsi Bali di Denpasar, 18 Oktober 2005. http:www.liputan6.comnews?id=162531c_id=3, diakses 19 Agustus 2008. http:yuwielueninet.wordpress.com20080805 hak- hak- anak, diakses 18 Agustus 2008. Irwanto, Pelaku Kekerasan Pada Anak : Apakah Hukuman Saja Cukup?, http:himpsijaya. org20061021 pelaku- kekerasan- pada- anak- apakah-hukuman-saja-cukup, diakses 19 Agustus 2008. Jimly Asshiddiqie, Dimensi Konseptual Dan Prosedural Pemajuan Hak Asasi Manusia Dewasa Ini, Makalah Dalam Rangka Diskusi Terbatas Tentang Perkembangan Pemikiran Mengenai Hak Asasi Manusia, Yang Diadakan Oleh Institute For Democracy And Human Rights, The Habibie Center, April 2000, http:www.theceli. comdokumenprodukjurnaljimlyj009.htm, diakses tahun 2006. Seto Mulyadi, Ketua Komnas Perlindungan Anak, Stop Kekerasan Pada Anak, http:www. eramuslim.comberitanas8721114129 -kak- seto- stop -kekerasan- pada-anak.htm , diakses 19 Agustus 2008. Seto Mulyadi, Kekerasan Pada Anak, http:www.mail-archive.comdharmajalayahoogroups. commsg03716.html, diakses 19 Agustus 2008.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Good Corporate Governance dan Corporate Social Responsibility Terhadap Tindakan Pajak Agresif Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011 -2013

48 518 89

Analisis Pengaruh Kepemilikan Manajerialdan Kepemilikan Institusionalserta Pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap Nilai Perusahaan Perbankan Di Bursa Efek Indonesia

1 55 104

Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) pada Perusahaan Real Estate dan Property yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2012

4 84 143

Pengaruh Kinerja Keuangan, Good Corporate Governance, dan pengungkapan Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

12 179 88

Perbandingan Pengaturan Tentang Corporate Social Responsibility Antara Indonesia Dengan Cina Dalam Upaya Perwujudan Prinsip Good Corporate Governance Di Indonesia

3 83 204

Pengaruh Corporate Social Responsibility Disclosure Terhadap Earning Response Coefficient (Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)

1 54 90

Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

3 71 72

Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan dengan Struktur Kepemilikan Sebagai Variable Moderating: Studi Empiris pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 56 121

A hybrid framework suatu alternatif pendekatan CSR (Corporate Social Responsibility) di Indonesia.

0 0 14

A hybrid framework suatu alternatif pendekatan CSR (Corporate Social Responsibility) di Indonesia_peer reviewer.

0 0 4