KERTHA PATRIKA
• VOLUME 34 NOMOR 1 • JANUARI 2010
26
• JURNAL ILMIAH FAKULTAS HUKUM
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Ashrama, B., 2003. Buku Panduan Hand Book Tri Hita Karana, Tourism Award Accreditation Bali Travel News, Cet. Pertama.
Basah, Sjachran, 1986. Tiga Tulisan Tentang Hukum, Armico, Bandung. Bija, I Made, 2000. Asta Kosala-Kosali, Asta Bumi, Bali Post, Denpasar.
Budiono, Herlin, 2006. Azas Keseimbangan Bagi Hukum Perjanjian Indonesia, Citra Aditya Bakti,
Bandung. Mantra, IB., 2004. Bhagawadgita, Alih Bahasa Dan Penjelasan, Upada Sastra, Denpasar.
Mertokusumo, Sudikno,1996. Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Liberty, Yogyakarta. Soekanto, Soerjono, 1983. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Raja Grafi ndo
Persada, Jakarta. White, A., 1975. The Concept of Culture System, Columbia University Press, New York.
Peraturan Perundang-undangan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi, LNRI Tahhun 1999 No. 53, TLNRI No. 3833.
Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Bali, Lembaran Daerah Provinsi Bali Tahun 2005 Nomor 7, Tambahan Lembaran
Daerah Provinsi Bali Nomor 5 Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 5 Tahun 2005 Tentang Persyaratan Arsitektur Bangunan
Gedung, Lembaran Daerah Provinsi Bali Tahun 2005, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Bali Nomor 4.
JURNAL ILMIAH FAKULTAS HUKUM •
27
Pertanggungjawaban Tindak Pidana Korporasi di Indonesia
oleh : Dewa Suartha
Bagian Hukum Acara FH Unud
Abstract The acceptance of corporation as subject of criminal act brings problem to criminal law policy in
corporation criminal act respnsibility. There are two principle problems in this study : 1 How is the current criminal law policy in corporation criminal act responsibility ? 2 How is criminal law
policy upon the corporation criminal act responsibility in insconstituendum perspective? The result of the research : 1 criminal code has not regulates corporation as the subject of criminal act that is
accountable for criminal law, nevertheless it is partial but inconsistent; 2 criminal code bill 1999- 2000 has clearly and completely regulated corporation as subject of criminal act and is accountable
for criminal law and accept unconditional criminal responsibility as well as substitute criminal responsibility, although with the exception to solve diffi cult problem ini order to prove mistakes mide
by corporation.
Keywords : policy on corportion, criminal act
I. PENDAHULUAN
Konsep badan hukum, pada mulanya timbul dalam konsep hukum perdata sebagai kebutuhan untuk menjalankan kegiatan yang diharapkan akan lebih berhasil. Apa yang dinamakan
badan hukum itu sebenarnya tiada lain sekedar ciptaan hukum yaitu dengan menunjuk kepada adanya suatu bdan, dimana terhadap badan ini diberi status sebagai subyek hukum, disamping
subyek hukum yang berujud “manusia alamiah” natuurlijk persoon. Diciptakan pengakuan adanya suatu badan yang sekalipun badan sekedar suatu badan, namun dianggap badan ini bisa
menjalankan segala tindakan hukum dengan segala harta kekayaan yang timbul dari perbuatan itu harus dipandang sebagai harta kekayaan badan tersebut, terlepas dari pribadi-pribadi, manusia
yang terhimpun di dalamnya. Jika dari perbuatan itu timbul kerugian, maka inipun hanya dapat dipertanggungjawabkan semata-mata dengan harta kekayaan yang ada dalam badan hukum yang
bersangkutan
1
. Menurut Chaidir Ali, Korporasi adalah badan hukum yang beranggota, tetapi mempunyai
hak dan kewajiban anggota masing-masing
2
. Di Indonesia dikenal berbagai bentuk badan hukum, seperti yang diatur dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1995 Jo Undang-Undang No.
3 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas PT, ada pula dalam bentuk perkumpulan yang diatur dalam titel IX Buku III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata KUH Perdata, berbentuk
1 H. Setiojono, 2002, Kejahatan Korporasi Analisis Vikti mologi dan Pertanggungjawaban Korporasi dalam Hukum Pidana
Indonesia, Overasi Press, Malang, hal. 4 2
Chaidir Ali.1987. Badan Hukum. Bandung: Alumni,h.64
KERTHA PATRIKA
• VOLUME 34 NOMOR 1 • JANUARI 2010
28
• JURNAL ILMIAH FAKULTAS HUKUM
koperasi yang diatur dalam Undang-Undang No.25 tahun 1992, berbentuk Badan Usaha Milik Negara BUMN yang diatur dalam Undang-Undang No. 19 Tahun 1960 joncto Undang-
Undang No. 6 Tahun 1969 juncto Undang-Undang No. 19 Tahun 2003 dan Yayasan yang diatur dalam Undang-Undang No. 16 Tahun 2001. Sebagai suatu kenyataan sosiologis peranan badan
hukum korporasi dalam aktivitas ekonomi sudah tidak usah dipertanyakan lagi. Sejalan dengan perkembangan IPTEK yang berpengaruh pula pada dinamika ekonomi, sehingga sepak terjang
korporasi yang saat ini lazim dikenal dengan sebutan perusahaan-perusahaan multi nasional multi nasional corporation yang tidak saja berdampak positif, melainkan yang negatifpun tidak
kalah bahayanya yang sangat merugikan masyarakat luas. Pada awal tahun 1960 mulai menjadi perhatian para akhli sosial ekonomi dan kriminologi. Fenomena dan sepak terjang korporasi itu
telah berlangsung sebelum perang dunia ke-2, namun study yang sistimatis dan mendalam baru dimulai pada awal tahun itu, sementara itu dikalangan kriminologi, study kritis terhadap peranan
korporasi sudah dimulai sejak tahun 1939, melalui suatu pidato bersejarah Edwin H. Suter Land di depan : “The American Sosiological Association” Ia mengemukakan konsep “White Collar
Crime WCC yang didefi nisikan sebagai : a crime committed by a person of respectability and high social status in the cowese of hisaccuption
3
. Perhatian masyarakat Internasional terhadap korporasi secara jelas nampak pula dari
usaha dunia Internasional untuk menangkal prilaku negatif dari perusahaan-perusahaan multi nasional multi nasional enter prise. Usaha tersebut merupakan hasil kerjasama Internasional
dalam bentuk code conduct of Transnasional Corporation UN Ecosoe, 1977 yang antara lain mengatur : 1 Aktivitas Transnational Corporation TNC, 2 Treatment of TNC dan
3 Intergovernmental co-operation
4
. Di Indonesia kebijakan hukum pidana dalam pertanggungjawaban tindak pidana terhadap
korporasi harus dilihat melalui Kitab Undang-Undang Hukum Pidana KUHP dan peraturan perundang-undangan di luar KUHP. Kenyataannya bahwa pertanggungjawaban pidana
terhadap tindak pidana korporasi sebagai subyek hukum tidak diatur dalam KUHP secara tegas, mengingat hukum pidana nasional di desain untuk menghadapi prilaku individu manusia
alamiah natuurlijk person, sedangkan beberapa perundang-undangan di luar KUHP telah ada mengatur pertanggungjawaban pidana terhadap pelaku tindak pidana korporasi, tetapi masih
bersifat parsial dan tidak konsisten, sehingga sangat sulit penerapannya dalam praktek peradilan di Indonesia.
Mengingat pertanggungjawaban tindak pidana dalam hukum pidana Indonesia cenderung kepada pelaku manusia sebagai subyek hukum, sedangkan korporasi sebagai subyek hukum yang
juga bisa melakukan tindak pidana tidak pernah mendapat perhatian dalam praktek peradilan kiranya perlu dibahas selanjutnya menyangkut hal-hal sebagai berikut :
1.
Bagaimanakah kebijakan Hukum Pidana saat ini dalam pertanggung jawaban tindak pidana korporasi ?
2. Bagaimanakah kebijakan Hukum Pidana terhadap pertanggung-jawaban tindak pidana korporasi dalam perspektif ins constituendum?
3 Shofi c Yusuf, 2002, Pelaku Usaha dan Tindak Prilaku Korporasi, Ghalia Indonesia Jakarta, hal. 20. 4
Muladi, 1995, Kapita Selekta Sistem Peradilan Pidana, Undil, Semarang, hal. 6