Deskripsi Data Wawancara 1 Wawancara Guru

85 kelas yang jauh dari kantin sehingga setelah bel masuk berbunyi masih ada peserta didik yang berada di kantin. Hal tersebut akan mempengaruhi konsentrasi peserta didik yang lain. Sebab, setiap pergerakan dari peserta didik mengurangi kekondusifan kelas. Walaupun begitu, peserta didik tetap sadar bahawa mereka harus menjaga ketenangan di dalam kelas, sehingga selama proses pembelajaran kelas tetap dalam kondisi tenang. Peserta didik tidak malah ramai sendiri. Apabila mereka ramai, masih dalam koridor pembelajaran. Dalam artian, peserta didik ramai karena ikut aktif dalam pembelajaran, misalnya saja pada kegiatan diskusi.

b. Deskripsi Data Wawancara 1 Wawancara Guru

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru sebelum pelaksanaan siklus 1, diketahui bahwa SMA N 1 Prambanan Klaten menggunakan Kurikulum 2006. Sebab, sekolah tersebut sejak tahun 2007 sudah menggunakan Kurikulum 2006. Dikatakan bahwa kebijakan terhadap sekolah yang telah menggunakan Kurikulum 2006 selama 8 tahun yaitu akan melanjutkan penggunaan Kurikulum tersebut sebagai dasar atau acuan dalam pelaksanaan pembelajaran dan tidak menggunakan Kurikulum 2013. Buku acuan yang digunakan guru sesuai dengan Kurikulum 2006 adalah Kontakte Deutsch Extra, buku-buku gramatik, dan buku-buku lain yang membahas tentang tema yang terdapat dalam silabus, sedangkan peserta didik hanya memiliki buku yang berupa 86 fotokopian dan buku Kontaxte Deutsch Extra terkadang meminjam dari perpustakaan begitu juga kamus bahasa Jerman. Peserta didik hanya mampu memfotokopi beberapa materi karena harga buku yang cukup mahal. Alhasil, bahan ajar yang berupa fotokopian sangatlah kurang menarik untuk belajar. Peserta didik hanya dapat memfotokopi materi dari buku yang dianggap perlu. Guru memaparkan bahwa keterampilan menulis bahasa Jerman peserta didik masih belum maksimal atau belum optimal, misalnya saja di kelas XI Bahasa. Peserta didik di kelas tersebut masih memiliki kesulitan dalam menulis bahasa Jerman. Peserta didik masih sering bingung dalam menulis karangan bebas, deskriptif, ataupun naratif. Meraka masih kesulitan mendeskripsikan Punkte atau point-point yang diberikan. Kesalahan gramatikal juga masih sering ditemui dalam hasil tulisan peserta didik, misalnya konjugasi Verben dan penulisan Nomen yang ditulis dengan huruf kecil. Guru juga memberi latihan soal pada peserta didik kelas XI Bahasa di akhir pelajaran untuk menulis bahasa Jerman, baik melalui pembelajaran di kelas maupun pekerjaan rumah. Akan tetapi, banyaknya latihan tersebut juga belum dapat meningkatkan keterampilan menulis peserta didik kelas XI Bahasa. Selama proses pembelajaran berlangsung, sebagian peserta didik aktif dalam pembelajaran. Akan tetapi, keaktifan tersebut belum merata. Terdapat beberapa peserta didik yang masih pasif. Walaupun keaktifan peserta didik belum merata, pembelajaran di kelas Bahasa sudah 87 tergolong kondusif. Peserta didik yang ramai tetap dalam koridor pembelajaran. Mereka ramai karena mendiskusikan tema pelajaran atau bertanya kepada teman apabila belum mengerti penjelasan guru. Sekalipun pembelajaran telah kondusif, guru masih merasa memiliki hambatan dalam mengajar keterampilan menulis bahasa Jerman. Guru sering mengingatkan peserta didik bahwa Verb harus diposisi kedua dalam kalimat, Nomen ditulis dengan huruf besar. Akan tetapi, peserta didik masih sering membuat kesalahan tersebut. Selain itu peserta didik mengarang dari bahasa Indonesia kemudian di Jerman kan, menurut guru itu adalah Jermannya Indonesia. Guru berpendapat bahwa menerangkan dan mengingatkan saja tidak cukup untuk membuat peserta didik benar- benar mengerti materi tersebut. Guru mengatakan bahwa diperlukan strategi atau trik untuk mengatasi hambatan tersebut lihat lampiran 7. 2 Wawancara Peserta Didik Dari hasil wawancara, diketahui bahwa beberapa peserta didik berpendapat pembelajaran bahasa Jerman menyenangkan, tetapi guru masih belum dapat memanfaatkan waktu secara efisien. Guru kadang menggunakan waktu pembelajaran untuk bercerita ataupun memberi motivasi serta nasehat-nasehat. Tujuan guru dalam bercerita atau memberi motivasi adalah baik, tetapi guru kurang efisien dalam menggunakan waktu untuk kegiatan tersebut. Dengan demikian, waktu kegiatan belajar mengajar terpotong cukup banyak untuk kegiatan diluar materi pembelajaran. Dalam wawancara tersebut, beberapa peserta didik 88 juga mengatakan bahwa guru belum jelas meskipun sebagian besar menyatakan cukup jelas dalam menyampaikan materi pembelajaran, karena menurut peserta didik guru menjelaskan materi terlalu cepat, sehingga terkadang peserta didik ada yang belum jelas memahami materi. Guru juga sangat jarang menggunakan media dalam mengajar. Apabila menggunakan media, media tersebut tidak bervariasi, misalnya peserta didik diminta mencari gambar sendiri di internet. Akan tetapi, guru pernah sesekali mengajarkan bernyanyi dengan menggunakan bahasa Jerman, dan permainan yang diterapkan sebagai kuis dalam menjawab soal. Guru sangatlah jarang memanfaatkan fasilitas yang ada di kelas maupun sekolah. Guru lebih senang belajar di lapangan secara langsung, misalnya setiap ujian tengah semester ataupun ujian akhir sekolah peserta didik mengunjungi tempat wisata yaitu candi Prambanan dan diminta untuk berbicara bahasa Jerman untuk mengasah kemampuan berbicara peserta didik. Pada wawancara pra siklus ini, beberapa peserta didik mengungkapkan bahwa mereka kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran bahasa Jerman. Beberapa peserta didik masih belum aktif dalam setiap pertemuan. Hal tersebut tidak hanya dikarenakan oleh faktor guru, tetapi juga faktor peserta didik, misalnya peserta didik sedang tidak mood. Peserta didik juga mengungkapkan bahwa masih kesulitan untuk menulis bahasa Jerman. Kesulitan tersebut berkaitan dengan struktur gramatik dan Wortschatz. Walaupun begitu, sebagian besar peserta didik 89 tetap memiliki minat dan motivasi cukup tinggi untuk belajar bahasa Jerman lihat lampiran 7.

c. Deskripsi Data Angket I