EFEKTIFITAS IMPLEMENTASI LMS (LEARNING MANAGEMENT SYSTEM) EFRONT TERHADAP MINAT DAN HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN PEMROGRAMAN WEB DI SMK NEGERI 8 SEMARANG

(1)

i

EFEKTIFITAS IMPLEMENTASI

LMS

(

LEARNING

MANAGEMENT SYSTEM

)

EFRONT

TERHADAP

MINAT DAN HASIL BELAJAR PADA MATA

PELAJARAN PEMROGRAMAN WEB

DI SMK NEGERI 8 SEMARANG

SKRIPSI

Diajukan dalam rangka penyelesaian Studi Strata 1 untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Abdul Hamid

1102410023

KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2015


(2)

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi dengan judul “Efektifitas Implementasi LMS (Learning Management System) Efront Terhadap Minat dan Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran Pemrograman Web di SMK Negeri 8 Semarang” telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan kesidang panitia ujian skripsi jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Universitas Negeri Semarang.

Hari : Jum’at


(3)

iii

Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang pada: Hari : Senin


(4)

iv

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang terlulis di dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dirujukan dalam skripsi ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Semarang, 26 Januari 2015

Abdul Hamid NIM 1102410023


(5)

v Motto:

 Tiga hal yang tidak bisa engkau gapai kembali yaitu waktu, kesempatan, dan kenangan. Maka dari itu, manfaatkan hidup untuk kebaikan dan hal-hal yang positif. (Abdul Hamid)

Success Never Come to The Idolance. (NN)

Persembahan:

 Kedua orang tua, kakak-kakakku, dan saudara-saudaraku yang lain yang senantiasa memberikan dukungan, do’a, motivasi, dan bimbingannya sampai selesainya skripsi ini.

 Saudara-saudara wisma 234 yang selalu ada untuk memberi dukungan dan do’a selama menjalani penyusunan skripsi ini.

 SMK Negeri 8 Semarang yang telah membantu pelaksanaan penyelesaian skripsi ini.

 Teman-teman seperjuangan jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan 2010 Unnes.


(6)

vi

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya yang telah memberikan kelancaran dalam penulisan skripsi ini. Sehubungan dengan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rohman, M. Hum. Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan untuk menyelesaikan studi S1 di Universitas Negeri Semarang;

2. Prof. Dr. Fakhruddin, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan arahan dan do’a selama penyusunan skripsi ini.

3. Dra. Nurussa’adah, M.Si selaku Ketua Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan yang telah memberikan kemudahan administrasi serta do’a dalam penyusunan skripsi ini;

4. Drs. Suripto, M.Si selaku Dosen Wali dan Dosen Pembimbing I yang telah sabar memberikan bimbingan, arahan, mengingatkan dan masukan terhadap penyususnan skripsi ini hingga selesai;

5. Drs. Budiyono, MS selaku Pembantu Dekan II sekaligus Dosen Pembimbing II yang telah membimbing, mengarahkan, mengingatkan, dan menyemangati dalam penyususnan skripsi ini;

6. Drs. Wardi selaku Dosen Penguji I yang telah bersedia menguji kelayakan skripsi yang penulis kerjakan, serta memberikan arahan, bimbingan, dan perbaikan.


(7)

vii

8. Dra. Ummi Rosdyiana, M. Par. Selaku Kepala SMK Negeri 8 Semarang yang telah memberikan izin dan bantuan dalam penelitian ini;

9. Ardan Sirodjuddin, S.Pd sebagai pengampu mata pelajaran pemrograman web di SMKN 8 Semarang yang telah memberikan izin, bantuan, dan arahan dalam pelaksanaan penelitian skripsi ini;

10. Bapak dan Ibu Dosen jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan yang telah memberikan bekal kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini; 11. Peserta didik kelas X Multimedia 1 dan 2 SMK Negeri 8 Semarang yang telah

berpartisipasi dalam penelitian ini;

12. Rekan-rekan mahasiswa Teknologi Pendidikan 2010 atas dukungan, bantuan, dan kebersamaannya;

13. Saudara-saudaraku penghuni Wisma 234 Patemon yang telah memberikan do’a, dukungan, dan semangatnya;

14. Saudara Luthfi Azali Amrullah yang telah memberikan dukungan kepada penulis dalam suka maupun duka pada saat pengerjaan skripsi ini.

15. Serta semua pihak terkait yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan memberikan kontribusi untuk kemajuan dan inovasi pendidikan dimasa yang akan datang.

Semarang, 26 Januari 2015


(8)

viii

ABSTRAK

Hamid, Abdul (2015). Efektifitas Implementasi LMS (Learning Management System) Efront Terhadap Minat dan Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran Pemrograman Web di SMK Negeri 8 Semarang. Dosen Pembimbing I: Drs. Suripto, M.Si. Dosen Pembimbing II: Drs. Budiyono, MS.

Kata Kunci : Efektifitas, Hasil Belajar, Implementasi, Learning Management System Efront, Minat, Pemrograman Web

Berdasarkan pengamatan pembelajaran mata pelajaran pemrograman web di SMK Negeri 8 Semarang memerlukan sebuah inovasi media pembelajaran yang bisa digunakan untuk mengimplementasikan pembelajaran di kelas pada media online tanpa mengurangi esensi dari materi yang disampaikan tatap muka. Sehingga pembelajaran yang dilakukan di sekolah bisa berjalan tanpa adanya guru yang mendampingi sehingga laju belajar peserta didik bisa meningkat dan bisa mendalami materi tanpa pembimbingan langsung di kelas serta mampu meningkatkan minat dan hasil belajar peserta didik secara maksimal. Oleh karena itu salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah mengembangkan dan mengimplementasikan Virtual Learning Environment dalam hal ini media yang dikembangkan adalah Learning Management System Efront dengan mengkombinasikan pembeajaran tatap muka dan online. Penelitian ini bertujuan untuk menguji keefektifan pengimplementasian LMS Efront terhadap minat dan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran pemrograman web kelas X Multimedia di SMK Negeri 8 Semarang.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif menggunakan desain True Experimental Design dengan pola pretest-postest kontrol group design. Adapun populasi penelitian adalah seluruh peserta didik kelas X produktif SMKN 8 Semarang. Sedangkan sampel penelitian adalah peserta didik kelas X Multimedia 1 dan X Multimedia 2 yang dipilih dengan teknik simple random sampling. Metode pengumpulan data berupa observasi, angket/kuisioner, dokumentasi, dan test.

Hasil penelitian menunjukan bahwa implementasi Learning Management System Efront pada mata pelajaran pemrograman web terbukti efektif meningkatkan minat dan hasil belajar peserta didik kelas X Multimedia semester 2 di SMK Negeri 8 Semarang. Ini membuktikan bahwa penerapan Learning Management System Efront mempunyai pengaruh positif dalam pembelajaran dan dapat meningkatkan minat dan hasil belajar peserta didik.


(9)

ix

Management System) Efront to the Interest and Learning Outcomes on Subjects Web Programming in Vocational Schools Public 8 Semarang. 1st Supervisor: Drs. Suripto, M.Si. 2nd Supervisor: Drs. Budiyono, MS.

Keyword: Effectiveness, Implementation, Interest, Learning Outcomes, Learning Management System Efront, Web Programming

Based on observations learning subject’s web programming in Vocational Schools Public 8 Semarang need an innovations learning media that can be used to implement the classroom learning on the online media without prejudice to the material delivered directly. With the result of learning that conducted at school can walk in without teachers who accompany, so the learning progress of students can increase and can explore the material without guidance directly in class as well as able to increase interest and learning outcomes of students to the maximum. Therefore, one of the efforts that can be done is develop and implement Virtual Learning Environment in this media developed is Learning Management System Efront with combine of face to face learning and online. This study aims to test the effectiveness of the implementation Learning Management System Efront to the interest and learning outcomes of students on subject’s web programming the grade 10 of Multimedia in Vocational Schools Public 8 Semarang.

The methods used in this research is quantitatively using True Experimental Design with the pattern of pretest-posttest control group design. As for the study population is students of the grade 10 from class productive in Vocational Schools Public 8 Semarang. While the example of this research is students of the grade 10 from 1st Multimedia and students of the grade 10 from 2nd Multimedia which selected with techniques simple random sampling. The methods of data collection in the form of observation, blankets/questionnaire, documentations, and test.

The results of this research showed that the implementation of the Learning Management System Efront on subjects web programming proven effective increase the interest and result learning students of the grade 10 from Multimedia on the 2nd

semester in Vocational Schools Public 8 Semarang. This proves that the application of the Learning Management System Efront have a positive influence in the learning and can increase interest and result learning students.


(10)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR GAMBAR ... xix

DAFTAR LAMPIRAN ... xx

BAB I PENDAHULUAN ...

1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Batasan dan Rumusan Masalah ... 6

1.2.1 Batasan Masalah ... 6

1.2.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

1.4.1 Manfaat Teoretis ... 7

1.4.2 Manfaat Praktis ... 7

1.5 Penegasan Istilah ... 8


(11)

xi

1.5.4 Manajemen ... 10

1.5.5 Pembelajaran ... 10

1.6 Sistematika Penulisan Skripsi ... 10

1.6.1 Bagian Muka ... 11

1.6.2 Bagian Isi / Batang ... 11

1.6.3 Bagian Akhir ... 11

BAB II LANDASAN TEORI ... 12

2.1 Minat Belajar ... 12

2.2.1 Minat ... 12

2.2.1.1 Macam-Macam Minat ... 14

2.2.1.2 Indikator-Indikator Minat ... 15

2.2.1.3 Aspek-Aspek Minat... 16

2.2.2 Belajar ... 17

2.2.2.1 Cara Menumbuhkan Minat Belajar ... 18

2.2 Hasil Belajar... 20

2.3.1 Pengertian Hasil Belajar ... 20

2.3.2 Tipe-Tipe Hasil Belajar... 20

2.3 Efektifitas Implementasi Learning Management System Efront Dalam Pembelajaran Pemrograman Web ... 24

2.4.1 Pengembangan Learning Management System (LMS) ... 24


(12)

xii

2.4.3 Model Pembelajaran ... 28

2.4.4 E-Learning Untuk Pendidikan Khususnya Pendidikan Jarak Jauh .... 30

2.4.5 Pengambangan Model Pembelajaran Melalui Internet ... 32

2.4.5.1 Teknologi Informasi dalam Pembelajaran ... 32

2.4.5.2 Konep Pembelajaran Melalui Teknologi Informasi ... 34

2.4.5.3 Faktor Pendukung Pembelajaran Melalui Teknologi Informasi ... 35

2.4.5.4 Model-Model Pembelajaran Internet ... 39

2.4.5.5 Pengembangan Model Pembelajaran Melalui Internet ... 41

2.4.5.6 Aplikasi Pembelajaran Melalui Teknologi Informasi ... 43

2.4.6 Efektifitas Virtual Learning Environment sebagai Media Pembelajaran ... 44

2.4.7 Hubungan dan Keefektifan Implementasi Learning Management System Efront Terhadap Minat dan Hasil Belajar ... 46

2.4.8 Fungsi dan Manfaat Manajemen Pembelajaran Pada Aplikasi Learning Management System Efront ... 49

2.4 Implementasi Learning Management System Efront dan Kawasan Teknologi Pendidikan ... 51

2.4.1 Definisi Teknologi Pendidikan ... 51

2.4.2 Kawasan Teknologi Pendidikan ... 52

2.5 Learning Management System Efront sebagai Inovasi Sumber Belajar dalam Kawasan Teknologi Pendidikan ... 56

2.6.1 Sumber Belajar dalam Kawasan Teknologi Pendidikan ... 56


(13)

xiii

2.6.1.3 Fungsi dan Kegiatan Pusat Sumber Belajar Pada Learning

Management System Efront ... 64

2.6.2 Pola Organisasi Efront sebagai Pusat Sumber Belajar ... 67

2.6 Pembelajaran pada Mata Pelajaran Pemrograman Web ... 70

2.6.1 Pengertian Pembelajaran ... 70

2.6.2 Pengertian Pembelajaran pada Mata Pelajaran Pemrograman Web .. 71

2.6.3 Tujuan Pembelajaran Pemrograman Web ... 71

2.7 Kerangka Berpikir ... 72

2.8 Hipotesis ... 76

BAB III METODE PENELITIAN ... 78

3.1 Metode Penelitian ... 78

3.2 Desain Penelitian ... 78

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 83

3.3.1 Populasi ... 83

3.3.2 Sampel... 84

3.4 Variabel Penelitian ... 85

3.4.1 Identifikasi Variabel... 85

3.4.2 Definisi Operasional Variabel ... 86

3.4.2.1 Implementasi Learning Management System Efront ... 86

3.4.2.2 Minat Belajar ... 89


(14)

xiv

3.5 Teknik dan Alat Pengumpulan Data ... 91

3.6 Matching ... 95

3.7 Instrumen Penelitian ... 95

3.7.1 Penyusunan Instrumen ... 95

3.7.2 Uji Validitas dan Reliabelitas Instrumen ... 97

3.7.2.1 Validitas ... 98

3.7.2.2 Reliabelitas ... 99

3.7.2.3 Tingkat Kesukaran ... 100

3.7.2.4 Daya Pembeda ... 101

3.8 Pelaksanaan Penelitian ... 102

3.8.1 Pelaksanaan Pembelajaran Pada Kelompok Kontrol ... 102

3.8.2 Pelaksanaan Pembelajaran Pada Kelompok Eksperimen ... 103

3.9 Teknik Analisis Data... 104

3.9.1 Analisis Deskriptif ... 105

3.9.1.1 Deskriptif Persentase ... 105

3.9.2 Anlisis Uji Syarat ... 111

3.9.2.1 Uji Normalitas ... 111

3.9.2.2 Uji Homogenitas ... 112

3.4.3 Analisis Uji Hipotesis ... 113

3.9.3.1 Hipotesis Minat Belajar ... 115

3.9.3.2 Hipotesis Hasil Belajar ... 115


(15)

xv

4.1.1.1 Jenis Kelamin Peserta Didik ... 117

4.1.1.2 Umur Peserta Didik... 119

4.1.2 Analisis Deskriptif ... 120

4.1.2.1 Hasil Validasi Ahli Media Pembelajaran ... 120

4.1.2.2 Hasil Analisis Angket Pengguna Media ... 125

4.1.3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 128

4.1.3.1 Uji Validitas Instrumen ... 128

4.1.3.2 Uji Reliabilitas Instrumen ... 129

4.1.3.3 Hasil Uji Tingkat Kesukaran ... 129

4.1.3.4 Uji Daya Pembeda ... 130

4.1.4 Uji Syarat ... 131

4.1.4.1 Hasil Uji Normalitas ... 131

4.1.4.2 Hasil Uji Homogenitas ... 131

4.1.5 Analisis Uji Hipotesis ... 132

4.1.5.1 Kondisi Data Awal ... 132

4.1.5.2 Hasil Uji Hipotesis ... 135

4.2 Pembahasan... 147

4.2.1 Perbandingan Minat Belajar Peserta Didik ... 149

4.2.2 Perbandingan Hasil Belajar Peserta Didik ... 151

4.2.3 Hubungan dengan Kawasan Teknologi Pendidikan ... 152


(16)

xvi

BAB V PENUTUP ... 155

5.1 Simpulan ... 155

5.2 Implikasi ... 156

5.3 Saran ... 157

...

DAFTAR PUSTAKA ... 158

LAMPIRAN-LAMPIRAN


(17)

xvii

Tabel Halaman

2.1 Perbedaan E-Learning dengan Pembelajaran Konvensional ... 25

2.2 Tabel Komponen Sistem Instruksional ... 56

3.1 Rumus Penelitian Pretest-Posttest Kontrol Group Design ... 81

3.2 Kisi-Kisi Angket Untuk Ahli Media... 88

3.3 Kisi-Kisi Minat Belajar Peserta Didik Pada Mata Pelajaran Pemrograman Web ... 90

3.4 Range Persentase dan Kriteria Kualitatif Program ... 107

3.5 Range Persentase dan Kriteria Minat Belajar ... 109

3.6 Range Persentase dan Kriteria Uji Soal ... 110

4.1 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin ... 118

4.2 Distribusi Frekuensi Umur Peserta Didik ... 119

4.3 Hasil Validasi Ahli Media ... 121

4.4 Hasil Analisis Angket Pengguna Media (Guru) ... 125

4.5 Hasil Analisis Angket Pengguna Media (Peserta Didik) ... 127

4.6 Hasil Uji Validitas Butir Soal ... 128

4.7 Hasl Uji Reliabilitas Instrumen Butir Soal ... 129

4.8 Uji Tingkat Kesukaran Soal ... 129

4.9 Daya Pembeda Tiap Butir Soal... 130

4.10 Hasil Analisis Observasi Minat Belajar Awal Penelitian ... 133

4.11 Hasil Analisis Data Pretest ... 135


(18)

xviii

4.13 Hasil Analisis Observasi Minat Belajar Kelompok Eksperimen ... 139

4.14 Hasil Analisis Observasi Minat Belajar Akhir Penelitian ... 141

4.15 Hasil Analisis Data Pretest dan Postest Kelompok Kontrol ... 143

4.16 Hasil Analisis Data Pretest dan Postest Kelompok Eksperimen ... 144


(19)

xix

Gambar Halaman

2.1 Lima Kawasan Teknologi Pendidikan ... 53

2.2 Hubungan Sistem Instruksional dengan Peserta Didik ... 57

2.3 Pusat Sumber Belajar Perpustakaan ... 59

2.4 Ruang Lingkup Pusat Multimedia ... 60

2.5 Ruang Lingkup Belajar ... 61

2.6 Pengembangan Sistem Instruksional ... 61

2.7 Alur Berpikir Penelitian dan Pengembangan Program ... 75

3.1 Macam-Macam Metode Eksperimen ... 80

3.2 Pola Pretest-Postest Kontrol Group Design ... 81

3.3 Teknik Simple Random Sampling ... 84

3.4 Hubungan Variabel Independen-Dependen ... 86

3.5 Alur Pembuatan Instrumen Penelitian ... 96

3.6 Rumus Korelasi Product Moment ... 98

3.7 Rumus Indeks Kesukaran ... 100

3.8 Rumus Daya Pembeda ... 101

4.1 Persentase Validasi Ahli Media ... 121

4.2 Persentase Evaluasi Pengguna Media oleh Guru... 126


(20)

xx

1. Profil SMK Negeri 8 Semarang ... 162

2. Silabus Pemrograman Web Kelas X... 169

3. RPP Pemrograman Web Kelas X ... 175

4. Contoh Modul Pembelajaran Pemrograman Web ... 199

5. Kisi-Kisi Angket Evaluasi Media Pembelajaran ... 215

6. Angket Evaluasi Ahli Media ... 216

7. Angket Evaluasi Media Oleh Pengguna (Guru) ... 220

8. Kisi-Kisi Angket Evaluasi Media Pembelajaran (Peserta Didik) ... 224

9. Angket Evaluasi Media Oleh Pengguna (Peserta Didik) ... 225

10. Kisi-Kisi Minat Belajar... 230

11. Angket Minat Belajar ... 231

12. Kisi-Kisi Uji Soal ... 235

13. Soal Uji Instrumen ... 237

14. Kunci Jawaban Soal Uji Instrumen ... 244

15. Lembar Jawaban Soal Uji Instrumen ... 245

16. Kisi-Kisi Soal Pretest dan Postest... 246

17. Soal Pretest dan Postest ... 248

18. Kunci Jawaban Soal Pretest dan Postest ... 254

19. Lembar Jawaban Soal Pretest dan Postest ... 255

20. Analisis Data Jenis Kelamin dan Umur Peserta Didik ... 256


(21)

xxi

24. Hasil Uji Evaluasi Media Pembelajaran (Guru) ... 266

25. Hasil Uji Evaluasi Media Pembelajaran (Peserta Didik) ... 267

26. Analisis Angket Minat Belajar Kelompok Kontrol (Awal) ... 268

27. Analisis Angket Minat Belajar Kelompok Eksperimen (Awal) ... 269

28. Analisis Angket Minat Belajar Kelompok Kontrol (Akhir) ... 270

29. Analisis Angket Minat Belajar Kelompok Eksperimen (Akhir) ... 271

30. Uji Validitas Butir Soal ... 272

31. Uji Reliabilitas Instrumen Butir Soal ... 273

32. Uji Tingkat Kesukaran Soal... 274

33. Daya Pembeda Soal ... 275

34. Hasil Pretest Kelompok Kontrol ... 276

35. Hasil Pretest Kelompok Eksperimen ... 277

36. Hasil Postest Kelompok Kontrol ... 278

37. Hasil Postest Kelompok Eksperimen ... 279

38. Uji Normalitas Data Minat Belajar dan Hasil Belajar ... 280

39. Uji Homogenitas Data Minat dan Hasil Belajar ... 281

40. Uji Banding Rataan Minat Belajar dan Hasil Belajar ... 282

41. Uji Beda Rataan Minat Belajar dan Hasil Belajar ... 283

42. Distribusi Frekuensi Data Minat Belajar dan Hasil Belajar ... 284

43. Presensi Kelas Multimedia Kelas X 2014-2015 ... 286


(22)

xxii

45. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ... 289 46. Photo Kegiatan/Dokumentasi Gambar ... 290


(23)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Dewasa ini perkembangan teknologi semakin berkembang pesat, mulai dari perkembangan teknologi sederhana sampai dengan perkembangan teknologi modern. Teknologi sendiri digunakan untuk meningkatkan efisiensi, efektifitas, serta produktifitas masyarakat dalam melakukan aktifitas sehari-hari. Bahkan beratus-ratus tahun yang lalu, masyarakat kuno sudah mengenal teknologi. Teknologi tidak hanya berkembang dalam satu bidang tertentu saja, ada bidang ekonomi, bidang sosial, bidang pendidikan, dan masih banyak lagi.

Dalam bidang pendidikan sendiri, sejak dahulu masyarakat sudah menggunakan teknologi sebagai alat bantu dalam pelaksanaan pembelajaran, mulai dari penggunaan sabak, papan tulis, sampai dengan penggunaan laptop dan LCD Proyektor. Apabila kita perhatikan seksama, praktik pembelajaran sekarang tidak dilakukan secara penuh menggunakan model konvensional bahkan di dalam pembelajaran pun sudah menerapkan penggunaan teknologi sebagai media penyampaian materi.

Untuk mengukur keberhasilan peserta didik dalam pembelajaran, perlu diadakannya suatu evaluasi sebagai tolak ukur keberhasilan peserta didik dalam memahami materi yang disampaikan oleh guru. Evaluasi yang diberikan biasa berupa tes tertulis, praktik, maupun lisan. Untuk memudahkan melakukan evaluasi,


(24)

2 seorang guru profesional dituntut untuk membuat suatu model atau sebuah cara evaluasi yang kreatif, selain berfungsi sebagai penguji kemampuan peserta didik juga harus mampu memberikan pengalaman belajar yang dapat membantu perkembangan peserta didik dalam memahami mata pelajaran terkait.

Alternatif dari permasalahan tersebut adalah dengan bantuan teknologi pembelajaran. Salah satunya yaitu pemanfaatan media pembelajaran online, seperti

social network, learning management system, dan content management system.

Melihat kondisi dimasa sekarang, peserta didik lebih cenderung menggunakan layanan internet untuk berkomunikasi antara teman yang satu dengan teman yang lainnya. Contohnya: facebook, twitter, tumblr, linkedin, google+, skype, dan masih banyak lagi. Kebiasaan seperti itu dapat dijadikan peluang dalam mensukseskan pembelajaran selain di sekolah.

Dengan adanya internet, pembelajaran pun dapat dilakukan tanpa adanya batasan ruang dan waktu. Untuk menciptakan pembelajaran terpadu antara konvensional dan modern khususnya penggunaan media internet, tidak harus guru yang mengajarkan IT saja, bahkan semua guru dapat melakukannya. Dalam hal ini, seorang guru cukup diberi wawasan mengenai pengelolaan atau manajerialisasi pembelajaran menggunakan sistem pengelolaan pembelajaran modern, seperti penggunaan Efront dan atau Moodle.

Learning Management System tersebut merupakan sebuah sistem pengelola pembelajaran yang sangat populer saat ini, dimana hampir setiap sekolah menggunakan media tersebut untuk menciptakan lingkungan belajar virtual mereka. Diera modern seperti ini, seorang guru dituntut untuk mampu memanfaatkan


(25)

teknologi semaksimal mungkin untuk mendukung proses pembelajaran, salah satunya adalah penguasaan teknologi informasi atau IT terutama sebagai media pendukung bahan ajar untuk menciptakan pembelajaran yang efektif, sehingga dapat memberikan kesempatan peserta didik untuk merasakan pengalaman pembelajaran yang sesungguhnya, selain itu juga mampu meningkatkan minat dan hasil belajar peserta didik.

Salah satu bentuk pemanfaatan TI dalam proses pebelajaran adalah pemanfaatan Learning Management System Efront dalam proses pembelajaran sebagai salah satu model pebelajaran berbasis lingkungan maya (VLE – Virtual Learning Environment). Seperti yang diungkapkan O’Loughlin (1992) dalam

sebuah artikel yang ditulis oleh Gabriele Piccoli (2001) mengatakan:

Learning consist of the development of abstract models to represent reality.

Dalam artikel yang sama, Hiltz (1993), Webster dan Hackley (1997) mengatakan bahwa:

Technology quality and reliability, as well as easy access to appreciate hardware and software equipment, are important determinants of learning effectiveness, particularly student affective reaction to the learning experience.

Berdasarkan kutipan di atas dapat diungkapkan bahwa untuk menciptakan sebuah pembelajaran yang nyata atau memberikan pengalaman yang sesungguhnya sebuah pembelajaran dapat diciptakan dari sebuah model pembelajaran abstrak atau tidak nyata, dalam hal ini adalah pembelajaran berbasis lingkungan virtual. Untuk membuat model pembelajaran seperti yang telah dijelaskan di atas, seorang guru


(26)

4 dapat memanfaatkan kelas maya sebagai salah satu solusinya, yaitu dengan memanfaatkan Learning Management SystemEfront.

Selain itu Leidner, Jarvenpaa (1995), Romiszowski dan Mason (1996) mengungkapkan bahwa:

That some technologies are best suited to support specific theoretical model of learning (e.g., objectivist, constructivist). For example, self-place, individual CAI seems best suited to support an objectivist approach while classes based on computer-mediated discussion may be aligned with a constructivist philosophy.

Dari kutipan di atas dapat dijelaskan bahwa untuk mendukung pendekatan objektivis kelas sementara berdasarkan diskusi dapat diselaraskan dengan bantuan teknologi. Sehingga dalam filosofi konstruksivisme, model pembelajaran yang paling efektif dan efisien digunakan adalah memanfaatkan teknologi komputer atau dalam dunia pendidikan dikenal dengan sebutan pembelajaran berbasis komputer atau Computer Based Learning.

Jadi berdasarkan penjelasan yang ada, dapat disimpulkan bahwa seorang guru dan peserta didik dapat memanfaatkan perkembangan teknologi seperti Komputer, perangkat cerdas (smartphone), jejaring sosial, media pembelajaran modern, dan lain-lain sebagai media penunjang dalam pembelajaran. Peserta didik dan guru sebagai pendidik dapat melakukan interaksi tanpa harus tatap muka di Sekolah. Bahkan dengan pembelajaran ini, peserta didik dan guru untuk melakukan interaksi tidak perlu khuatir terhadap batasan ruang dan waktu.

Dengan pembuatan inovasi baru dalam dunia pendidikan, dalam hal ini implementasi Learning Management System Efront sebagai Virtual Learning Environment, disini Guru dapat dengan mudah membagi informasi dan hal-hal baru


(27)

terkait bahan ajar yang disampaikan dengan cara menerbitkan atau memperbarui berita/konten yang ada di Learning Management System Efront dan kemudian dengan sendirinya semua materi yang dibagikan guru di ruang maya tersebut akan masuk sesuai dengan kelas yang peserta didik ambil, dengan adanya notification

atau pemberitahuan secara otomatis mengenai tugas dan atau sesuatu hal yang harus mereka kerjakan.

Tujuan dari implementasi Learning Management Syetem Efront dalam pembelajaran pemrograman web adalah untuk mendukung pembelajaran peserta didik yang aktif dan mandiri yang diukur dari minat belajar dan hasil belajar peserta didik. Dalam pembelajaran ini guru berperan sebagai fasilitator dan guru bukan satu-satunya sumber belajar. Peserta didik dapat saling berinteraksi dan bertukar informasi serta mencari referensi/informasi dari sumber lain. Dalam pembelajaran ini, Efront berperan sebagai media berbagi, berdiskusi, dan belajar bersama dengan memanfaatkan berbagai fitur dan fasilitas pendukung yang ada. Dengan penerapan pembelajaran ini tentu melibatkan keaktifan dari kedua belah pihak, baik guru maupun peserta didik, yang diharapkan dapat meningkatkan minat belajar peserta didik yang kemudian berpengaruh positif pada hasil belajar mereka.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis sebagai peneliti tertarik untuk menciptakan inovasi baru dan mengembangkan lebih lanjut tentang “Efektifitas Implementasi LMS (Learning Management System) Efront Terhadap Minat dan Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran Pemrograman Web di SMK Negeri 8 Semarang.”

1.2

Batasan dan Rumusan Masalah


(28)

6 Pembatasan masalah dilakukan dengan pertimbangan keluasan masalah, kelayakan masalah, dan kekhasan bidang kajian. Untuk mendapatkan rumusan masalah penelitian yang baik, maka peneliti membatasi salah satu variabel dependen yang dianggap masih memiliki cakupan penelitian yang cukup luas, yaitu pada variabel hasil belajar.

Dalam penelitian ini terdapat dua variable dependen yang akan diteliti, yaitu: minat belajar dan hasil belajar. Hasil belajar secara umum mencakup tiga ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Disini peneliti membatasi penelitian pada variabel hasil belajar khususnya aspek kognitif saja, atau dengan kata lain peneliti ingin mengetahui ada atau tidaknya pengaruh implementasi Learning Management System Efront terhadap peningkatan minat belajar dan hasil belajar pada aspek kognitif.

1.2.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah tersebut di atas, maka permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimanakah pengaruh penerapan Learning Management System Efront terhadap minat dan hasil belajar pada mata pelajaran pemrograman web yang meliputi:

(1) Bagaimana efektifitas implementasi Learning Management System Efront

terhadap minat belajar peserta didik pada mata pelajaran pemrograman web di SMK Negeri 8 Semarang?

(2) Bagaimana efektifitas implementasi Learning Management System Efront

terhadap hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran pemrograman web di SMK Negeri 8 Semarang?


(29)

1.2

Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dibahas di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah:

(1) Mengetahui adakah perbedaan minat belajar peserta didik yang menggunakan dan yang tidak menggunakan Learning Management System Efront pada mata pelajaran pemrograman web di SMK Negeri 8 Semarang.

(2) Mengetahui adakah perbedaan hasil belajar peserta didik yang menggunakan dan yang tidak menggunakan Learning Management System Efront pada mata pelajaran pemrograman web di SMK Negeri 8 Semarang.

1.3

Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa: 1.3.1 Manfaat Teoretis

Apabila dilihat manfaatnya secara teoritis, diharapkan penelitian ini dapat memberikan resolusi dalam melakukan interaksi pembelajaran tanpa adanya pembatasan ruang dan waktu antara guru dan peserta didik serta dapat miningkatkan minat dan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran pemrograman web di SMK Negeri 8 Semarang, Kota Semarang.

1.3.2 Manfaat Praktis 1.4.2.1 Bagi Peserta Didik

Manfaat bagi peserta didik adalah memberikan resolusi baru dalam melakukan interaksi pembelajaran sesuai dengan kondisi mereka sekarang serta memberikan sebuah inovasi baru untuk meningkatkan minat dan hasil belajar


(30)

8 peserta didik pada mata pelajaran pemrograman web serta peserta didik dapat melakukan monitoring terhadap hasil belajar mereka secara langsung.

1.4.2.2Bagi Guru

Manfaat bagi guru adalah meningkatkan profesionalisme guru dalam melangsungkan proses belajar mengajar tanpa batasan ruang dan waktu serta monitoring perkembangan peserta didik terkini dengan efektif dan efisien.

1.4.2.3 Bagi Sekolah

Bagi sekolahan yaitu memberikan sebuah resolusi baru dalam pengembangan media pembelajaran modern serta mampu meningkatkan produktifitas akademik maupun non-akademik.

1.4

Penegasan Istilah

Untuk menghindari adanya kesalahan penafsiran dan pengertian dari judul skripsi ini, maka penulis memberikan batasan yang membahas dan mempertegas istilah yang digunakan tersebut, yaitu:

1.4.1 Media Pendidikan

Kata media berasal dari Bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak adari kata Medium yang secara harfiah berarti perentara atau pengantar. Media adalah perentara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan.

Banyak batasan yang diberikan orang tentang media. Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan (AECT) di Amerika misalnya, membatasi media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan/informasi. Gagne (1970) menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar.


(31)

Sementara itu Briggs (1970) berpendapat bahwa media adalah segala alat disik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar, buku, film, kaset, film bingkai adalah contoh-contohnya.

1.4.2 Learning Management System (LMS) Efront

Learning Managemennt System adalah aplikasi perangkat lunak yang dapat digunakan dalam administrasi, dokumentasi, pelacakan, pelaporan, dan penyampaian program pendidikan yang berbasis e-learning atau program pelatihan. Sedangkan Efront merupakan suatu bentuk antarmuka pelatihan dan pembelajaran modern untuk membantu membentuk komunitas pembelajaran online dengan keuntungan kaya akan interaksi sosialnya (Ensiklopedia Wikipedia: 2014).

1.4.3 Minat dan Hasil Belajar

Dalam Sukardi (1987: 25) mengemukakan bahwa minat belajar adalah suatu kerangka mental yang terdiri dari kombinasi gerak perpaduan dan campuran dari perasaan, perasangka, cemas, dan kecenderunan-kecenderungan lain yang mengarahkan individu kepada suatu pilihan tertentu. Sedangkan Pengertian hasil belajar menurut Nawawi (1981: 100) adalah keberhasilan murid dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau skor dari hasil tes mengenai sejumlah pelajaran tertentu.

1.4.4 Manajemen

Manajemen dalam Bahasa inggris artinya to manage, yaitu mengatur atau mengelola. Istilah manajemen (management) telah diartikan oleh berbagai pihak dengan perspektif yang berbeda, misalnya pengelolaan, pembinaan, pengurusan,


(32)

10 ketatalaksanaan, kepemimpinan, pemimpin, ketatapengurusan, administrasi, dan sebagainya.

Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia (SDM) secara efektif, yang didukung oleh sumber-sumber lainnya dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan tertentu. Mary Parker Follet dalam Hikmat (2009: 12) mengatakan bahwa “Manajemen adalah suatu seni karena untuk melakukan suatu pekerjaan melalui orang lain dibutuhkan keterampilan khusus, terutama keterampilan mengarahkan, mempengaruhi, dan membina para pekerja agar melaksanaan keinginan pemimpin demi tercapainya tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.”

1.4.5 Pembelajaran

Menurut Sudarwan (1995) dalam Budiarso (2008: 8) pembelajaran adalah perpaduan dari dua aktivitas, yaitu aktivitas mengajar dan belajar. Proses pembelajaran merupakan kegiatan interaksi antara dua unsur manusia, yaitu siswa sebagai pihak yang belajar dan guru sebagai pihak yang mengajar, dengan siswa sebagai subjek pokonya.

1.5

Sistematika Penulisan Skripsi

Pada umumnya, penulisan skripsi ini mencakup 3 (tiga) bagian yang terdiri atas beberapa bab dan sub bab, yaitu:

1.5.1 Bagian Muka

Pada bagian ini dimuat: halaman sampul, halaman judul, halaman pengesahan, halaman motto, halaman persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar lampiran, dan daftar isi.


(33)

1.5.2 Bagian Isi / Batang Isi

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini berisi: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, dan sistematikan penulisan.

BAB II : LANDASAN TEORI

Dalam bab ini berisi tentang teori-teori yang mendukung dan mendasari dalam melaksanakan penelitian, kajian pustaka, dan hipotesis.

BAB III : METODE PENELITIAN

Dalam bab ini berisi tentang desain penelitian dan prosedur penelitian.

BAB IV : PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

Dalam bab ini diuraikan mengenai desain hasil penelitian, pembahasan, serta kendala dan solusi.

BAB V : PENUTUP

Pada bab ini terdiri atas: simpulan, implikasi, dan saran-saran. 1.5.3 Bagian Akhir


(34)

12

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1

Minat Belajar

2.1.1 Minat

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 1027) minat secara bahasa diartikan sebagai kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Sedangkan menurut Belly (2006: 4) minat adalah keinginan yang didorong oleh suatu keinginan setelah melihat, mengamati, dan membandingkan serta mempertimbangkan dengan kebutuhan yang diinginkan. Selanjutnya menurut Bob dan Anik Anwar (1983:210) mengemukakan bahwa minat adalah keadaan emosi yang ditujukan kepada sesuatu.

Minat merupakan faktor psikologis yang terbentuk dan berkembang oleh adanya pengaruh bawaan dan pengaruh lingkungan. Namun faktor lingkungan merupakan faktor paling dominan yang mempengaruhi minat. Pada awalnya minat berpusat pada individu, baru berpusat pada orang lain dan objek-objek lain yang ada dalam lingkungannya.

Minat diartikan sebagai kehendak, keinginan, atau kesukaan (Kamisa, 1997: 370). Minat dapat menyebabkan seseorang giat melakukan hal-hal yang menuju ke suatu yang telah menarik minatnya (Gunarso, 1995:68). Minat merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih (Hurlock, 1995: 144).


(35)

Minat menurut JP Chaplin dalam Dictionary of Psycology yang dikutip oleh Efriyani Djuwita (2003) minat (interest) merupakan sebuah perasaan yang menilai suatu aktivitas, atau objek berharga atau berarti bagi dirinya. Menurut Winkell (1984: 30), minat merupakan kecenderungan yang menetap dalam subjek untuk berkecimpung dalam bidang tertentu.

Super dan Crites (1965), Blum dan Balinsky, Surya (1979 dan 1985), menyimpulkan bahwa minat mendasari dan memegang peran penting dalam keberhasilan sebuat studi maupun bekerja. Super dan Crites (1965: 410-411) menyatakan bahwa minat merupakan produk antara pembawaan dengan lingkungan. Sejak anak-anak sampai masa remaja minat terbentuk terus-menerus melalui proses identifikasi dan proses belajar dari lingkungan sehingga pada akhir masa remaja pola-pola minat telah terwujud.

Minat adalah rasa lebih suka rela dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu antara hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan dengan hubungan tersebut, semakin besar minta yang ada. Crow and Crow mengatakan bahwa minat berhubungan dengan gaya gerak yang mendorong seseorang untuk menghadapi atau berurusan dengan orang lain, benda, kegiatan, pengalaman yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri.

Menurut John Holland dalam Efriyani Djuwita (2003) minat adalah aktiviatas atau tugas-tugas yang membangkitkan perasaan ingin tahu, perhatian, dan memberikan kesenangan atau kenikmatan. Minat dapat menjadi indikator dari kekuatan seseorang di area tertentu di mana dia akan termotivasi untuk


(36)

14 mempelajarinya dan menunjukkan kinejra yang tinggi. Secara sederhana (interest) berarti “Kecenderungan dan kegairahan yang tinggi/keinginana yang besar terhadap sesuatu” (Syah, 1995:136).

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa minat adalah suatu kondisi seseorang dimana hati memiliki kecenderungan yang tinggi terhadap sesuatu untuk diraihnya setelah melihat, mengamati, dan merasakan yang ditunjukan dalam bentuk emosi atau tindakan tertentu.

2.1.1.1 Macam-Macam Minat

Menurut Suhartini dalam Siti (2001: 15) mengkategorikan minat menjadi beberapa bagian, antara lain:

(1) Minat Personal, yaitu minat yang permanen dan stabil yang mengarah pada minat khusus mata pelajaran tertentu. Yaitu suatu bentuk rasa senang atau tidak senang, tertarik atau tidak tertarik, terhadap mata pelajaran tertentu (2) Minat situasional, yaitu minat yang tidak permanen dan relitif berganti-ganti,

tergantung rangsangan eksternal. Misalnya saja cara mengajar guru, bila bisa merangsang minat peserta didik dan terus bertahan pada diri siswa maka minat ini bisa menjadi minat personal. Hal ini terjadi karena minat individu dapat dipengaruhi oleh pertumbuhan, kematangan belajar dan pengalamannya.

(3) Minat taraf tinggi, yaitu minat yang timbul denganadanya interaksi antara minat personal dan minat situasional. Jenis minat ini merupakan hasil pendidikan yang penting. Minta ini bergantung pada kesempatan belajar dan dapat dibentuk oleh lingkungan eksternal peserta didik, misalnya guru.


(37)

2.1.1.2 Indikator-Indikator Minat

Indikator minat dapat dilihat dengan cara menganalisa kegiatan-kegiatan yang dilakukan individu, atau objek yang disenanginya, karena minat merupakan motif yang dipelajari yang mendorong individu untuk aktif dalam kegiatan tertentu. Suhartini dalam Siti (2005:16) menganalisa beberapa hal yang menjadi indikator minat, antara lain:

(1) Keinginan untuk mengetahui/memiliki sesuatu, (2) Objek-objek atau kegiatan yang disenangi,

(3) Jenis kegiatan untuk mencapai hal yang disenangi,

(4) Usaha untuk merealisasikan keinginan atau rasa senang terhadap sesuatu. Hal di atas sesuai dengan Slameto dalam Djamarah (2001: 157) yang menyatakan bahwa “suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa anak didik lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya, dapat pula dimanivestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Anak didik yang memiliki minat terhadap subjek tertentu cenderung untuk memberi perhatian yang lebih besar terhadap subjek tersebut.”

Kemudian Safari (2003:65) menjelaskan Indikator minat ada empat, yaitu: 1) Perasaan senang, 2) Ketertarikan Siswa, 3) Perhatian Siswa, dan 4) Keterlibatan Siswa.

Berdasarkan penjabaran tersebut peneliti mengembangkan indikator tersebut untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih rinci. Indikator minat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: 1) Antusiasme peserta didik dalam mengikuti pembelajaran, 2) Kesiapan peserta didik dalam mengikuti pembelajaran,


(38)

16 3) Kesiapan peserta didik dalam mengerjakan tugas dan menjawab pertanyaan, 4) Apresiasi peserta didik terhadap kegiatan pembelajaran, 5) Ketertarikan peserta didik terhadap materi pembelajaran, 6) Interaksi peserta didik dalam kegiatan pembelajaran, 7) Reaksi peserta didik dalam menanggapi permasalahan yang ada dalam pembelajaran.

2.1.1.3 Aspek-Aspek Minat

Evita (2006: 59) dalam Deni (2012: 20) menyebutkan bahwa minat memiliki dua aspek yaitu aspek kognitif dan aspek afektif. Kedua aspek tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:

(1) Aspek Kognitif

Minat cenderung egosentris. Aspek kognitif ini berhubungan dengan apa saja keuntungan dan kepuasan pribadi yang dapat diperoleh dari minat itu. Sebagai contoh, anak ingin merasa yakin bahwa waktu dan usaha yang dihabiskannya dengan kegiatan yang berkaitan dengan minatnya akan memberi kepuasan dan keuntungan pribadi. Bila terbukti ada kepuasan dan keuntungan, minat mereka tidak saja menetap melainkan menjadi lebih kuat tatkala kepuasan dan keuntungan itu menjadi nyata. Hal sebaliknya akan terjadi bila kepuasan dan keuntungan pribadi yang diperoleh hanya sedikit. (2) Aspek Afektif

Aspek afektif berkembang dari pengalaman pribadi, yaitu dari sikap orang yang dianggap penting, seperti orang tua, guru, teman-temannya di lingkungan sekolah terhadap keiatan yang berkaitan dengan minat tersebut, dan dari sikap yang dinyatakan atau tersirat dalam berbagai bentuk media


(39)

masa. Misalnya, peserta didik yang mempunyai hubungan yang menyenangkan dengan guru suatu mata pelajaran tertentu, biasanya mengembangkan sikap positif terhadap mata pelajarn tertentu. Minat mereka untuk mengikuti pelajaran tersebut diperkuat. Sebaliknya akan terjadi, jika pengalaman yang tidak menyenangkan dengan salah seseorang guru mata pelajaran, dapat mengarah ke sikap yang tidak positif terhadap mata pelajaran tersebut. Aspek afektif ini memiliki peran yang lebih besar dalam memotivasi tindakan.

2.1.2 Belajar

Belajar menurut bahasa adalah “usaha (berlatih) dan sebagai upaya mendapatkan kepandaian”. Sedangkan menurut istilah yang dipaparkan oleh beberapa ahli, di antaranya oleh Ahmad Fauzi yang mengemukakan belajar adalah “Suatu proses di mana suatu tingkah laku ditimbulkan atau diperbaiki melalui serentetan reaksi atas situasi (atau rangsang) yang terjadi”.

Kemudian Slameto mengemukakan pendapat dari Gronback yang mengatakan “Learning is show by a behavior as a result of experience”.

Selanjutnya Moh. Uzer Usman dan Lilis Setiawati mengartikan “belajar sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungan sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya”.

Nana Sudjana (1989: 7) mengatakan “belajar adalah proses yang aktif, belajar adalah mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar


(40)

18 adalah proses yang diarahkan kepada tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar adalah proses melihat, mengamati, memahami sesuatu.”

Dari beberapa pengertian belajar yang telah dikemukakan oleh para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu perubahan tingkah laku individu dari hasil pengalaman dan latihan. Perubahan tingkah laku tersebut, baik dalam aspek pengetahuannya (kognitif), keterampilannya (psikomotor), maupun sikapnya (afektif).

Berdasarkan pengertian minat dan pengertian belajar seperti yang telah diuraikan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa minat belajar adalah sesuatu keinginan atau kemauan yang disertai perhatian dan keaktifan yang disengaja yang akhirnya melahirkan rasa senang dalam perubahan tingkah laku, baik berupa pengetahuan, sikap dan keterampilan. Selain itu juga dapat didefinisikan bahwa minat belajar secara sederhana yaitu keinginan seseorang untuk melakukan suatu perubahan kearah yang lebih baik yang berdasarkan dorongan dalam hati untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

2.1.2.1 Cara Menumbuhkan Minat Belajar

Pentingnya minat dalam kaitannya dengan belajar menurut Lianggie (2002: 28) adalah sebagai berikut:

(1) Minat dapat melahirkan perhatian yang lebih terhadap sesuatu, (2) Minat dapat memudahkan siswa untuk berkonsentrasi dalam belajar, (3) Minat dapat mencegah adanya gangguan perhatian dari luar,

(4) Minat dapat memperkuat melekatnya bahan pelajaran dalam ingatan, (5) Minat dapat memperkecil timbulnya rasa bosan dalam proses belajar.


(41)

Dengan demikian, minat belajar memiliki peranan dalam mempermudah dan memperkuat melekatnya bahan pelajaran dalam ingatan, serta dapat mengurangi rasa bosan dalam belajar. Oleh karena itu penting sekali untuk menumbuhkan minat belajar pada diri peserta didik. William Amstrong (Liang Gie, 1995:132) mengemukakan adanya 10 (sepuluh) cara untuk memperoleh minat belajar, yaitu:

(1) Siswa hendaknya berusaha menetapkan kegiatan dan tujuan belajarnya, (2) Menetapkan suatu alasan dan tujuan setiap akan melakukan pekerjaan dengan

demikian membersihkan diri dari unsur pekerjaan yang membosankan, (3) Siswa hendaknya membangun sikap yang positif dengan mencari

minat-minat yang baik ketimbang alasan menghindar yang buruk,

(4) Siswa hendaknya berusaha menentukan tujuan hidup, sehingga dapat menjadi motivasi dalam melaksanakan kegiatan belajar,

(5) Berusaha sungguh-sungguh untuk menangkap keyakinan guru mengenal dan pengabdian diri pada mata pelajaran yang bersangkutan,

(6) Siswa hendaknya berusaha sungguh-sungguh, menerapkan keaslian dan kecerdasannya dalam mata pelajaran sebagaimana dilakukan pada hal kegemarannya,

(7) Berlaku jujur pada diri sendiri. Minat siswa akan meningkat sesuai dengan banyaknya studi yang sepenuh hati dilakukan,

(8) Praktikkan kewajiban dari minat dalam ruang belajar, yaitu tampak berbuat seakan-akan sungguh berminat, ini bisa menjadi latihan hingga perlahan-lahan akan terbiasa,


(42)

20 (9) Siswa hendaknya menggunakan nauri untuk mengumpulkan keterangan. Hal

ini dapat menolong perkembangan minat tapi juga konsentrasi,

(10) Hindari rasa takut untuk menggunakan rasa ingin tahu, peradaban, dan pendidikan merupakan hasil kerja dari orang-orang berani memberikan kekuasann memerintah kepada rasa ingin tahu mereka.

2.2

Hasil Belajar

2.2.1 Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar menurut Nawawi (1981: 100) adalah keberhasilan murid dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau skor dari hasil tes mengenai sejumlah pelajaran tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa setiap pencapaian yang dilakukan oleh peserta didik dalam proses belajar mengajar dapat dikatakan sebagai suatu hasil belajar, baik itu kognitif, afektif, maupun psikomotor. Dan keberhasilan dari suatu pencapaian yang dilakukan oleh peserta didik dapat dilihat melalui hasil evaluasi yang dilakukan disetiap pelajaran tertentu dalam bentuk nilai, skor, dan atau prosentase dari hasil tes mengenai sejumlah pelajaran tertentu.

2.2.2 Tipe – Tipe Hasil Belajar

Tujuan pendidikan yang ingin dicapai dapat dikategorikan menjadi tiga bidang yakni bdiang kognitif (penguasaan intelektual), bidang afektif (berhubungan dengan sikap dan nilai), serta bidang psikomotori (kemampuan/keterampilan bertindak/berperilaku). Ketiganya tidak dapat berdiri sendiri, tapi memerlukan satu kesatuan yang tidak terpisahkan, bahkan membentuk hubungan hirarki. Sebagai


(43)

tujuan yang hendak dicapai, ketiganya harus nampak sebagai hasil belajar peserta didik di sekolah.

Oleh sebab itu ketiga aspek tersebut harus dipandang sebagai hasil belajar peserta didik dari proses pengajaran. Hasil belajar tersebut Nampak dalam perubahan tingkah laku, secara teknik dirumuskan dalam sebuah pernyataan verbal melalui tujuan pengajaran (tujuan instruksional). Dengan kata lain rumusan tujuan pengajaran berisikan hasil belajar yang diharapkan dikuasai peserta didik yang mencakup ketiga aspek tersebut.

Berikut ini penjabaran dari unsur-unsur yang terdapat dalam ketiga aspek hasil belajar tersebut:

(1) Tipe hasil belajar bidang kognitif

Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedia aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi. Berikut ini penjabarannya:

a. Pengetahuan hafalan (knowledge)

Cakupan dalam pengetahuan hafalan termasuk pula pengetahuan yang sifatnya factual, di samping pengetahuan yang mengenai hal-hal yang perlu di ingat kembali seperti batasan, peristilahan, pasal, hukum, bab, ayat, rumus, dan lain-lain.

b. Pemahaman (comperhantion)


(44)

22 c. Penerapan (application)

Kesanggupan menerapkan, dan mengabstraksi suatu konsep, ide, rumus, hukum dalam situasi baru.

d. Analisis

Kesanggupan memecah, mengurai integritas (kesatuan yang utuh) menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian yang mempunyai arti, atau mempunyai tingkatan/hirarki.

e. Sintesis

Kesanggupan menyatukan unsur atau bagian menjadi satu integritas. f. Evaluasi

Kesanggupan memberikan keputusan tentang nilai suatu berdasarkan judgment yang dimiliki, dan kriteria yang dipakainya.

(2) Tipe hasil belajar bidang afektif

Bidang afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Beberapa ahli mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya bila seseorang telah menguasai bidang kognitif tingkat tinggi. Ada beberapa tingkatan bidang afektif sebagai tujuan dan tipe hasil belajar. Tingkatan tersebut dimulai tingkat yang dasar/sederhana sampai tingkatan yang kompleks.

a. Receiving/attending, yakni semacam kepekaan dalam menerima rangsangan (stimulasi) dari luar yang dating kepada peserta didik dalam bentuk masalah, situasi, gejala, dan lain-lain. Dalam tipe ini termasuk kesadaran, keinginan untuk menerima stimulus, kontrol, dan seleksi gejala atau rangsangan dari luar.


(45)

b. Responding atau jawaban, yakni reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap stimulasi yang datang dari luar. Hal ini mencakup ketepatan reaksi, perasaan, kepuasan dalam menjawab stimulasi dari luar yang datang kepada dirinya.

c. Valuing (penilaian), berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus tadi. Dalam evaluasi ini termasuk di dalamnya kesediaan menerima nilai, latar belakang, atau pengalaman untuk menerima nilai dan kesepakatan terhadap nilai tersebut.

d. Organisasi, yakni pengembangan dari nilai ke dalam satu sistem organisasi, termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lain, pemantaban, dan prioritas nilai yang telah dimilikinya. Yang termasuk ke dalam organisasi ialah konsep tentang nilai, organisasi sistem nilai, dan lain-lain.

e. Karakteristik nilai atau internalisasi nilai, yakni keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Ke dalam termasuk keseluruhan nilai dan karakteristiknya.

(3) Tipe hasil belajar bidang psikomotor

Hasil belajar psikomotoris tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Ada enam tingkatan keterampilan, yakni: a. Gerak refleks (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar),


(46)

24 c. Kemampuan perseptual, termasuk di dalamnya membedakan visual,

membedakan auditif, motoris, dan lain-lain,

d. Kemampuan dibidang fisik, misalnya kekuatan, keharminisan, dan ketepatan,

e. Gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai keterampilan yang kompleks,

f. Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non-deursive seperti gerakan ekspresif dan interpretative.

2.3

Ekektifitas Implementasi

Learning Management System

Efront

Dalam Pembelajaran Pemrograman Web

2.3.1 Pengembangan Learning Management System (LMS)

LMS atau Learning Management System adalah aplikasi perangkat lunak yang dapat digunakan dalam administrasi, dokumentasi, pelacakan, pelaporan, dan penyampaian program pendidikan yang berbasis e-learning atau program pelatihan. Jay Kumar C dalam (Suyanto: 2005), mendefinisikan E-Learning sebagai sembarang pengajaran dan pembelajaran yang menggunakan rangkaian elektronik (LAN, WAN, atau Internet) untuk menyampaikan isi pembelajaran, interaksi, atau bimbingan.

Berdasarkan penjabaran di atas, dapat disimpulkan bahwa LMS atau

Learning Management System merupakan sistem manajemen pembelajaran yang tidak hanya dapat digunakan untuk pengelolaan sistem pembelajaran secara formal atau di sektor tertentu saja. Pengembangan lebih lanjut dalam dunia pendidikan dapat diterapkan dalam sistem pembelajaran di sekolah-sekolah, dimana


(47)

pengembangannya mengimplementasikan sistem pembelajaran konvensional kedalam bentuk pembelajaran dunia maya, hal ini pembelajaran yang menggunakan jaringan internet sebagai media penghubungnya dan Learning Management System

sebagai kelas mayanya.

Dalam praktiknya, pembelajaran yang menggunakan dua metode ini memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing, berikut ini perbedaan dari metode pembelajaran antara kelas konvensional dan modern. Menurut Reza Syaeful (2007) dalam Budiarso (2008: 28), dijelaskan perbedaan pembelajaran E-Learning dengan metode pengajaran konvensional, berikut perbedaannya:

Tabel 2.1. Perbedaan E-Learning dengan Pembelajaran Konvensional E-Learning Kelas Konvensional Bergantung pada motivasi diri

pelajar.

Pengajar memainkan peran dalam memotivasi dan membimbing pelajar. Tes dan ujian dilakukan sesuai

dengan kecepatan daya tangkap peserta didik.

Tes dan ujian dilakukan sesuai jadwal yang telah ditentukan secara umum. Metode inovatif diperlukan untuk

mengadakan tes dan eksperiment.

Laboratorium tersedia daam melakukan kegiatan tes dan eksperimen praktik.

Durasi pembelajaran ditentukan oleh pelajar

Institusi memiliki kalender dan durasi tetap bagi tiap mata pelajaran.

Lebih sukses dalam jumlah pelajar yang mengikuti pembelajaran online.

Kegiatan belajar dibatasi pada mereka yang bersekolah di institsi tertentu.

Berdasar tabel di atas, dapat dijabarkan lebih lanjut mengenai dampak pengembangan Learning Management System dalam hal ini dapat dikatakan sebagai e-learning terhadap peserta didik di Sekolah, yaitu 1) peserta didik memiliki kesempatan untuk belajar secara mandiri tanpa adanya batasan ruang dan


(48)

26 waktu; 2) sumber belajar peserta didik tidak terbatas pada satu sumber saja, melainkan bisa didapat dari berbagai sumber yang berbeda; 3) peserta didik melalui kelas maya dengan leluasa dapat mengulang materi yang belum dipahaminya di dalam pembelajaran konvensional secara berkala; 4) peserta didik akan lebih termotivasi untuk belajar karena banyak inovasi yang dapat dilakukan di dalam kelas maya, tergantung bagaimana guru membuat inovasi dalam pembelajaran yang mampu membuat peserta didik menjadi tertarik terhadap materi yang diajarkannya; 5) kejenuhan pada metode pembelajaran konvensional dapat diatasi dengan adanya inovasi pembelajaran di kelas maya, dimana peserta didik merasa tertantang untuk melakukan sebuah pengalaman baru; dan 6) kegiatan peserta didik tidak dibatasi pada jumlah mata pelajaran tertentu seperti di kelas konvensional, jadi peserta didik dapat memilih pelajaran mana yang ingin dipelajari secara random atau acak.

Saat ini, banyak sekali Learning Management System yang berkembang dan beredar dipasaran, seperti: ATutor, Dokeos, dotLRN, Freestyle Learning, ILIAS, Moodle, OpenUSS, Sakai, Efront, dan masih banyak lagi. Dari kebanyakan

Learning Management System yang ada, semuanya bersifat OpenSource artinya kode sumber pengembangannya dapat dikembangkan lebih lanjut sesuai kebutuhan dari masing-masing instansi yang menggunakannya.

Selain itu masing-masing Learning Management System memiliki kelebihan dan kekurangannya, kelengkapan sistem manajemen administrasi, besar file master Learning Management System, kemampuan manajemen, dan lain-lain. Karakteristik yang berbeda tersebut dapat dijadikan sebagai suatu pilihan dalam pengembangan Learning Management System disetiap institusi. Semisal, suatu


(49)

universitas tertentu cenderung menggunakan Moodle sebagai LMS-nya untuk mengelola pembelajaran di kelasnya. Sedangkan sekolah, kebanyakan menggunakan Efront untuk memanajemen pembelajarannya dikarenakan Efront

memiliki file size yang lebih kecil daripada Moodle dan tidak membutuhkan banyak

resource server seperti bandwidth dan disk space. 2.3.2 Learning Management System (LSM) Efront

Learning Management System adalah aplikasi perangkat lunak yang dapat digunakan dalam administrasi, dokumentasi, pelacakan, pelaporan, dan penyampaian program pendidikan yang berbasis e-learning atau program pelatihan. Jay Kumar C dalam (Suyanto: 2005), mendefinisikan E-Learning sebagai sembarang pengajaran dan pembelajaran yang menggunakan rangkaian elektronik (LAN, WAN, atau Internet) untuk menyampaikan isi pembelajaran, interaksi, atau bimbingan.

Rosenberg dalam (Suyanto: 2005) juga menekankan bahwa E-Learning

merujuk pada penggunaan teknologi internet untuk mengirimkan serangkaian solusi yang dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. Bahkan Onno W. Purbo menjelaskan bahwa istilah “E” atau singkatan dari elektronik dalam E-Learning digunakan sebagai istilah untuk segala teknologi yang digunakan untuk mendukung usaha-usaha pengajaran lewat teknologi elektronik internet (Suyanto: 2005).

Efront merupakan suatu bentuk antarmuka pelatihan dan pembelajaran modern untuk membantu membentuk komunitas pembelajaran online dengan keuntungan kaya akan interaksi sosialnya. Efront dibuat dengan menu yang


(50)

28 menarik berupa ikon-ikon yang interaktif dan mudah untuk digunakan. Bentuk dari

Learning Management System ini sudah mencakup banyak fitur seperti pembuatan konten pembelajaran, pembuatan form ujian, manajemen proyek, statistik penggunaan, dan banyak perangkat tambahan yang dapat digunakan untuk berkomunikasi, mendukung fitur pembayaran, ekstensi jejaring sosia, dan masih banyak lagi. Sistem manajemen pembelajaran ini sudah didukung SCORM 1.12 dan

SCORM 2004. Efront juga didukun banyak bahasa yang dapat digunakan, bahkan menacapai 40 bahasa yang dapat dipilih.

Efront pada umumnya merupakan perpaduan dari sistem pembelajaran berbasis Open Source yang artinya sistem ini boleh dan dapat digunakan dan dikembangkan lebih luas lagi, dan sistem ini merupakan sebuah alternatif sistem manajemen pembelajaran dari MOODLE dan LMS lainnya.

2.3.3 Model Pembelajaran

Gunter et al (1990: 67) dalam Wayan (2007) mendefinisikan an instructional model is a step-by-step procedure that leads to specific learning outcomes. Joys & Weil (1980) mendefinisikan model pembelajaran sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan pembelajaran. Dengan demikian, model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Dalam Hamzah (2012) ada beberapa model pembelajaran yang digunakan dalam pendidikan, antara lain: (1) Model Pembelajaran Sosial


(51)

Bermain peran sebagai suatu model pembelajaran bertujuan untuk membantu siswa menemukan makna diri (jati diri) didalam lingkungan sosial dan memecahkan dilemma dalam bantuan kelompok. Artinya, melalui bermain peran siswa belajar menggunakan konsep peran, menyadari adanya peran-peran yang berbeda dan memikirkan prilaku dirinyadan prilaku orang lain. (2) Model Pembelajaran Jarak Jauh

Pembelajaran jarak jauh adalah sekumpulan metode pengajaran di mana aktivitas pengajaran dilaksanakan secara terpisah dari aktivitas belajar. (3) Model Pembelajaran Orang Dewasa (POD)

Strategi pembelajaran individu yang mengutamakan teknik menggali pengalaman para peserta didik melalui diskusi, simulasi, studi banding dan lain-lain.

(4) Model Pembelajaran Elaborasi

Model pembelajaran yang menambahkan ide tambahan berdasarkan apa yang seseorang sudah ketahui sebelumnya.

(5) Model Pembelajaran Keterampilan

Teori belajar praktik sebenarnya tidak berbeda dengan teori belajar pada umumnya. Namun teori belajar praktik memiliki kekhususan karena dapat diukur melalui observasi. Dan konotasi belajar praktik adalah keterampilan.

Dalam skripsi ini, model pembelajaran yang dapat dikatikan dengan efektifitas implementasi Learning Management System Efront adalah model pembelajaran jarak jauh. Dimana pembelajaran jarak jauh ini juga dikenal pula dengan istilah e-learning. E-learning juda dapat diartikan sebagai metode


(52)

30 penyapaian pembelajaran yang menggunakan komputer atau barang elektronik lainnya dan dapat pula memanfaatkan internet serta pemrograman yang memungkinkan peserta didik untuk berinteraksi dengan bahan-bahan pelajaran melalui media yang ada, seperti Learning Management System Efront.

Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk menciptakan pembelajaran yang fleksibel termasuk pembelajaran jarak jauh. Untuk bertatap muka dengan peserta didik memerlukan lingkungan kelas virtual yang dikembangkan dari peralatan pengembangan teknologi komunikasi berbasis web. Pembelajaran jarak jauh berbasis web seperti Learning Management System Efront

adalah suatu pertemuan antara tiga perkembangan teknologi, yaitu: distance learning, computer-conveyed education, dan teknologi internet.

Dalam model pembalajaran ini peserta didik dan guru dapat berkomunikasi secara mudah melalui fasilitas internet tanpat dibatasi ruang dan waktu, selain itu peserta didik dapat belajar kembali dari materi yang telah disampaikan di kelas konvensional setiap saat dan dimana saja saat diperlukan, serta peserta didik dapat belajar dari sumber yang berbeda-beda.

2.3.4 E-Learning Untuk Pendidikan Khususnya Pendidikan Jarak Jauh

E-Learningterdiri dari dua bagian, yaitu ‘e’ yang merupakan singkatan dari “electronic” dan “Learning” yang berarti “pembelajaran”. Jadi e-learning merupakan pembelajaran yang menggunakan benda elektronik, khususnya perangkat komputer. Karena itu, e-learning sering disebut dengan pembelajaran online. Dalam berbagai literatur, e-learning didefinisikan sebagai berikut:

E-Learning is a generic term for all technologically supported learning using an array of teaching and learning tools as phone


(53)

bridging, audio, videotapes, teleconferencing, satellite transmissions, ant the more recognized web-based training or computer aided instruction also commonly referred to as online courses (Soekartawi, Haryono, dan Librero, 2002).

Dari kutipan tersebut dapat dijabarkan bahwa pembelajaran online merupakan pembelajaran yang pelaksanannya didukung oleh jasa teknologi seperti telephone, suara, video, transmisi satelit, dan komputer.

Dalam perkembangannya, komputer dipakai sebagai alat bantu pembelajaran, karena itu dikenal dengan istilah computer-based learning (CBL) atau computer-asisted learning (CAL) (Siregar, 2004: 198). Maka setelah itu teknologi terus berkembang dan bisa dikelompokan menjadi dua, yaitu: 1)

technology-based learning atau pembelajaran berbasis teknologi, pada TBL prinsipnya terdiri dari Audio Technology Information (radio, suara, pesan suara telephone) dan Video Technology Information (Rekaman video, video teks, pesan video). 2) Teknologi pembelajaran yang kedua yaitu Techonolgy web-based learning atau pembelajaran berbasis web, pada dasarnya Data Information Technlogies (misalnya: buletin, internet, telekonferen, email).

Dalam pembelajaran sehari-hari, maka yang sering dijumpai adalah kombinasi dari teknologi yang dituliskan di atas (audio/data, video/data,

audio/video). Teknologi ini juga sering dipakai di pendidikan jarak jauh, dimaksudkan agar komunikasi antara peserta didik dengan guru terjadi dengan pemanfaatan perkembangan teknologi ini. Sehinga pembelajaran tetap dapat berjalan meski terbentang antara ruang dan waktu, sehingga kegiatan pembelajaran dapat berjalan dimana saja dan kapan saja bahkan dengan sumber yang lebih luas.


(54)

32 2.3.5 Pengembangan Model Pembelajaran melalui Internet

2.3.5.1 Teknologi Informasi dalam Pembelajaran

Menurut Rihard Weiner dalam Udin Syaifudin (2009: 183) menjelaskan bahwa teknologi informasi adalah pemroses, pengolah, dan penyebaran data oleh kombinasi komputer dan telekomunikasi. Teknologi informasi lebih kepada pengerjaan terhadap data. Teknologi informasi menitik beratkan perhatiannya kepada bagaimana data diolah dan diproses dengan menggunakan komputer dan telekomunikasi.

Dalam konteks yang lebih luas, teknologi informasi merangkum semua aspek yang berhubungan dengan mesin komputer dan komunikasi serta teknik yang digunakan untuk menangkap, mengumpulkan, menyimpan, memanipulasi, menghantar, dan menyajikan suatu bentuk informasi yang besar. Komputer yang mengendalikan semua bentuk ide dan informasi memainkan peran yang sangat penting (Munir, 2004).

Pada awalnya teknologi informasi hanya berupa perangkat keras dan perangkat lunak yang dikolaborasikan untuk melaksanakan sejumlah tugas pemrosesan data. Namun seiring berkembangnya jaman, teknologi informasi juga digunakan sebagai teknik komunikasi dalam menyampaikan informasi. Dengan demikian segala bentuk teknologi yang diimplemenasikan untuk memproses dan mengirim informasi dalam bentuk elektronik, software penyaji data, peralatan komunikasi serta jaringan juga termasuk pada wilayah teknologi informasi.

Dalam pendidikan, teknologi informasi berkembang menjadi suatu inovasi pembelajaran yang disebut e-learning. Dimana dalam penggunaanya


(55)

memanfaatkan perangkat keras komputer dan jaringan untuk menyampaikan informasi serta digunakan untuk melakukan telekomunikasi dengan entitas lain. Sebut saja VLE atau Virtual Learning Environment, merupakan inovasi dalam pembelajaran dalam menciptakan kelas virtual sebagai sumplemen atau pelengkap praktik pembelajaran selain pembelajaran dalam kelas konvensional.

Dalam Udin Syaifudin (2009: 184) terdapat beberapa pandangan yang mengarah kepada definisi e-learning diantaranya:

(1) E-Learning adalah konvergensi antara belajar dan internet (Bank of America Securities).

(2) E-Learning menggunakan kekuatan dan jalinan kerja, terutama dapat terjadi dalam teknologi internet, tetapi juga dapat terjadi dalam jalinan kerja satelit dan pemuasan digital untuk keperluan pembelajaran (Ellit Tronsen).

(3) E-Learning adalah penggunaan jalinan kerja teknologi untuk mendsain, mengirim, memilih, mengorganisir pembelajaran (Elliut Masie).

(4) E-Learning adalah pembelajaran yang dapat terjadi di Internet (Cisco System). (5) E-Learning adalah dinamika, beroperasi pada waktu yang nyata, kolaborasi,

individu, komperhensif (Greg Priest).

(6) E-Learning adalah pengiriman sesuatu melalui media elektronik termasuk internet, intranet, ekstranet, satelit broadcast, audio/video tape, televise interaktif, dan cd-rom (Cornelia Weagen).

(7) E-Learning adalah keseluruhan variasi internet dan teknologi web untuk membuat, mengirim, dan memfasiltasi pembelajaran (Robert Peterson dan


(56)

34 (8) E-Learning menggunakan kekuatan dan jalinan kerja untuk pembelajaran di

manapun dan kapanpun (Arista Knowledge System).

Pada akhirnya Electronic Learning dapat didefinisikan sebagai upaya menghubungkan pembelajaran peserta didik dengan sumber belajar (database, pakar/guru, perpustakaan) yang secara fisik terpisah atau bahkan berjauhan. Interaktivitas dalam hubungan tersebut dapat dilakukan secara langsung (Syncronous) maupun tidak langsung (Asyncronous).

2.3.5.2 Konsep Pembelajaran melalui Teknologi Informasi

Pemanfaatan internet sebagai bagian dari kegiatan pembelajaran di sekolah tidaklah sesederhana dan semudah yang dibayangkan, karena banyak hal yang harus dipelajari, diperhatikan dan dilakukan dengan sungguh-sungguh sebelum menerapkan. Sebagai media yang diharapkan akan menjadi bagian dari suatu proses belajar mengajar di sekolah, internet harus mampu memberikan dukungan bagi terselenggaranya proses komunikasi interaktif antara guru dengan peserta didik sebagaimana yang dipersyaratkan dalam suatu kegiatan pembelajaran. Kondisi yang harus mampu didukung oleh internet tersebut terutama berkaitan dengan strategi pembelajaran yang akan dikembangkan, yang kalau dijabarkan secara sederhana dapat diartikan sebagai kegiatan komunikasi yang dilakukan untuk mengajak peserta didik mengerjakan tugas-tugas dan membantu peserta didik dalam memperoleh pengetahuan yang dibutuhkan dalam rangka mengerjakan tugas-tugas tersebut.

Menurut Boettcher dalam Udin Syaefudin (2009: 188) Strategi pembelajaran yang meliputi pengajaran, diskusi, membaca, penugasan, presentasi,


(57)

dan evaluasi, secara umum keterlaksanaannya tergantung dari satu atau lebih dari tiga model dasar dialog komunikasi, antara lain:

(1) Dialog/komunikasi antara guru dengan siswa.

(2) Dialog/komunikasi antara siswa dengan sumber belajar. (3) Dialog/komunikasi diantara siswa.

Apabila ketiga aspek tersebut bisa diselenggarakan dengan komposisi yang serasi, maka diharapkan akan terjadi proses pembelajaran yang optimal. Sebagaimana ditegaskan oleh Bottcher (1995), bahwa perancangan suatu pembelajaran dengan mengutamakan keseimbangan antara ketiga dialog komunikasi tersebut sangat penting pada lingkungan pembelajaran berbasis web.

Secara nyata internet memang bisa digunakan dalam pembelajaran di sekolah, karena memiliki karakteristik yang khas, yaitu: 1) sebagai media interpersonal dan juga sebagai media masa yang memungkinkan terjadinya komunikasi one-to-one maupun one-to-many, 2) memiliki sifat interaktif, dan 3) memungkinkan terjadinya komunikasi secara langsung maupun tidak langsung, sehingga memungkinkan terselenggaranya ketiga jenis dialog komunikasi yang merupakan syarat terselenggaranya suatu proses belajar mengajar.

2.3.5.3 Faktor Pendukung Pembelajaran melalui Teknologi Informasi Sebagai dasar untuk memanfaatkan internet sebagai media pembelajaran di sekolah, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan penanangan yang serius agar penyelenggaraan pemanfaatan internet terutama implementasi LMS Efront


(58)

36 (1) Faktor lingkungan yang meliputi institusi penyelenggara pendidikan dan

masyarakat.

Peranan institusi yang diwujudkan dalam bentuk kebijakan dan komitmen, sangat menentukan terselenggaranya pemanfaatan internet untuk pendidikan dalam lingkungan sekolah. Institusi yang paling pertama yang dituntut untuk memiliki komitmen dalam pendayagunaan internet untuk pembelajaran tertentu saja adalah sekolah. Hal ini terutama berkaitan dengan penggunaan teknologi tinggi yang menyangkut keharusan menyediakan sejumlah dana untuk penyediaan peralatan seperti komputer, jaringan internet, biaya langganan ISP, perawatan, dan lain-lain. Pernanan institusi yang tak kalah pentingnya adalah dalam memberikan kesadaran baik terhadap guru maupun peserta didik tentang teknologi informasi dan komunikasi terutama potensi internet sebagai media pebelajaran. Kemudian dilanjutkan pemberian pengetahuan mengenai prosedur dan tata cara memanfaatkan internet, melalui berbagai kegiatan dan pelatihan yang terus menerus, sehingga secara tidak langsung akan tercipta lingkungan yang akrab teknologi.

(2) Peserta didik yang meliputi usia, latar belakang, budaya, penguasaan Bahasa, dan berbagai gaya belajarnya.

Pemahaman tentang audiens bisa didapat melalui analisis dengan menggunakan data demografi maupun psikografi, antara lain dengan menguji perbedaan-perbedaan karakteristik, sikap dan perilaku audiens. Pemilahan atau pengelompokan diperlukan dalam kaitannya untuk bisa membuat suatu pendekatan atau strategi pendayagunaan internet lebih tepat sasaran,


(59)

mengingat bahwa sasaran didik tersegmen dalam kelompok sekolah-sekolah yang berbeda. Pemahaman tentang perbedaan-perbedaan motif penggunaan internet berdasarkan aspek demografi dan psikografi tersebut, menjadi penting agar pengembangan program pendidikan dengan mendayagunakan internet bisa lebih menyentuh kondisi riil sasaran.

(3) Guru yang meliputi latar belakang, usia, gaya mengajar, pengalaman, dan personalitinya.

Peranan guru tak kalah menentukannya terhadap keberhasilan pemanfaatan internet di sekolah. Keberhasilan pembelajaran berbasis internet ini secara signifikan ditentukan oleh karakteristik guru-guru yang akan dilibatkan dalam pemanfaatan internet. Untuk itu perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut.

a. Guru perlu diberikan pemahaman berbagai keuntungan, termasuk kelebihan dan kelemahan penggunaan internet untuk pembelajaran, sehingga mereka memiliki motivasi dan komitmen yang cukup tinggi. b. Guru, baik nantinya dia akan berperan sebagai pengembang dan

pengguna maupun yang diproyeksikan sebagai pengelola sistem pembelajaran berbasis internet, harus dibekali dengan kesadaran, wawasan, pengetahuan, dan keterampilan tentang internet.

c. Guru yang akan dilibatkan dalam pengembangan dan pemanfaatan internet untuk pembelajaran hendaknya memeiliki pengalaman dan kemampuan mengajar yang cukup.


(60)

38 d. Jumlah guru yang akan dilibatkan dalam pengembangan dan pemanfaatan internet untuk pembelajaran, hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan dan dilakukan secara bertahap.

e. Guru harus memiliki komitmen dan keseriusan dalam menangani pengembangan dan pemanfaatan internet untuk pembelajaran.

f. Tetap menjaga gaya mengajar tiap-tiap guru. Karena hal itu akan dicerminkan dalam cara pembelajaran mereka kelak di sistem pembelajaran dengan internet.

(4) Faktor teknologi yang meliputi komputer, perangkat lunak, jaringan, koneksi internet, dan berbagai kemampuan yang dibutuhkan berkaitan dengan penerapan internet di lingkungan sekolah.

Terselengaranya kegiatan pembelajaran dengan dukungan internet, maka setelah ketiga unsur didepan dipenuhi dengan kondisi sebagaimana telah diuraikan, maka faktor teknologi merupakan suatu hal yang juga mutlak harus tersedia dan harus memenuhi standar minimal yang dipersyaratkan, baik yang berkaitan dengan peralatan, infrastruktur, pengoperasian, dan perawatannya. Idealnya dalam pemanfaatan internet untuk pembelajaran di sekolah, harus tersedia sejumlah komputer yang bisa mengakses internet untuk pembelajaran di sekolah, harus tersedia sejumlah komputer yang bisa mengakses internet akan lebih baik lagi kalau komputer-komputer yang tersambung ke internet tersebut diletakkan di ruang khusus seperti ruang laboratorium komputer ataupun ruangan-ruangan lain yang dianggap strategis. Hal tersebut


(61)

dimaksudkan untuk memberikan kemudahan bagi guru dan peserta didik dalam mengakses internet.

2.3.5.4 Model-Model Pembelajaran Internet

Menurut Haughey (1998) dalam Udin Syaifudin (2009: 201) ada tiga bentuk sistem pembelajaran melalui internet yang layak dipertimbangkan sebagai dasar pengebangan sistem pembelajaran dengan mendayagunakan internet, yaitu: 1) Web Course, 2) Web Centric Course, dan 3) Web Enhance Course.

Pertama, Web Course. Adalah pembelajaran yang menggunakan internet untuk keperluan pembelajaran dikelas, dimana seluruh bagian dari bahan belajar, diskusi, konsultasi, penugasan, latihan dan ujian sepenuhnya disampaikan melalui internet. Peserta didik dan guru sepenuhnya terpisah, namun bisa dilakukan setiap saat. Komunikasi lebih banyak dilakukan secara tidak langsung daripada secara langsung. Bentuk web course ini tidak memerlukan adanya kegiatan tatap muka baik untuk keperluan pembelajaran maupun evaluasi dan ujian, karena semua proses pembelajaran sepenuhnya menggunakan fasilitas internet seperti email, chat rooms, bulletin board, dan online conference. Selain itu, sistem ini biasanya dilengkapi dengan berbagai sumber belajar, baik yang dikembangkan sendiri, maupun dengan menggunakan berbagai sumber belajar dengan jalan membuat pranala (link) ke berbagai sumber belajar yang sudah tersedia pada internet, seperti

database statistic berita dan informasi, e-book, perpustakaan elektronik, dan lain-lain.

Kedua, Web Centric Course. Sebagian bahan ajar, diskusi, konsultasi, penugasan, dan latihan disampaikan melalui internet, sedangkan ujian dan sebagian


(62)

40 konsultasi, diskusi dan latihan dilakukan secara tatap muka, walaupun dalam proses belajarnya sebagian dilakukan dengan tatap muka yang biasanya berupa tutorial, tetapi prosentase tatap muka tetap lebih kecil dibandingkan dengan prosentase proses pembelajaran melalui internet. Bentuk ini memberikan makna bahwa kegiatan belahar bergesar dari kegiatan dikelas menjadi kegiatan pembelajaran yang dilakukan melalui internet sama dengan bentuk web course, peserta didik dan guru sepenuhnya terpisah tetapi pada waktu-waktu tertentu peserta didik dan guru melakukan tatap muka, baik di sekolah maupun di tempat lain yang telah ditentukan seperti ruang perpustakaan, taman baca, laboratorium, ataupun di balai pertemuan. Ketiga, Web Enhance Course. Internet digunakan dalam pembelajaran untuk menunjang peningkatan kualitas belajar mengajar di kelas. Bentuk ini juga dikenal dengan nama web lite course, karena kegiatan pembelajaran untama adalah tatap muka di kelas. Peranan internet di sini adalah untuk menyediakan sumber-sumber belajar yang sangat kaya akan informasi dengan cara memberikan alamat-alamat atau membuat link ke berbagai sumber belajar yang sesuai dan bisa diakses secara online, untuk meningkatkan kualitas dan memperluas kesempatan berkimunikasi antara pengajar dengan peserta didik secara timbal balik. Dialog atau komunikasi dua arah tersebut dimaksudkan untuk keperluan berdiskusi, bekonsultasi, maupun untuk bekerja secara kelompok.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan model pembelajaran internet berbasis Web Centric Course dimana sistem pembelajaran yang dilakukan antara bertatap muka dengan menggunakan internet masih seimbang, hal ini untuk mengantisiapasi apabila terjadi missing link antara guru dengan peserta didik.


(63)

Sehingga, permasalah yang ditemui peserta didik saat belajar secara mandiri melalui sumber-sumber yang ada di internet bisa dikonsultasikan secara langsung dengan guru saat kegiatan pembalajaran tatap muka di kelas.

2.3.5.5 Pengambangan Model Pembelajaran melalui Internet

Pengembangan sistem pembelajaran berbasis internet, terlebih dahulu perlu dilakukan pengkajian atas seluruh unsur dan aspe sebagaimana telah diuraikan di di atas, sehingga bisa didapat pegangan sebagai bahan pengambil keputusan dalam pengembangan sistem pembelajaran berbasis internet. Disamping itu juga diperlukan pertimbangan dan penilaian atas beberaa hal yang tidak kalah pentingnya, antara lain:

(1) Keuntungan. Sejauhmana sistem pembelajaran berbasis internet akan memberikan keuntungan bagi institusi, staf pengajar, pengelola, dan erutama keuntungan yang akan diperoleh peserta didik dalam meningkatkan kualitas mereka apabila dibandingkan dengan penyelenggaraan pembelajaran tatap muka secara konvensional.

(2) Biaya pengembangan infrastruktu serta pengadaan peralatan software. (3) Biaya yang diperlukan untuk mengembangkan infrastruktur perlu

dipertimbangkan hal-hal seperti, apakah akan membangun suatu jaringan secara penuh ataukah secara bertahap, apakah akan mengadakan peralatan yang sama sekali baru atakah meng-upgrade yang sudah ada atau bekas. Perlu diperhatikan bahwa software yang asli bukan bajakan harganya relatif mahal. Untuk itu dipertimbangkan kemampuan menyediakan dana dalam setiap pengambilan keputusan.


(1)

(2)

293

Gambar 8. Halaman Muka Learning Management System Efront

Gambar 9. Panel Admin Learning Management System Efront


(3)

Gambar 11. Panel Guru Learning Management System Efront

Gambar 12. Contoh Kelas Virtual LMS Efront


(4)

295

Gambar 14. Contoh Laporan Sistem Management System Efront

Gambar 15. Evaluasi Pembelajaran Tipe Opsional


(5)

Gambar 17. Pelajaran Yang Diikuti


(6)

297

Gambar 19. Pengguna Yang Terhubung