LATAR BELAKANG MASALAH PENDAHULUAN

2 kurikulum dan tujuan yang ingin di capai. Pembelajaran dapat berlangsung di dalam lembaga non formal maupun lembaga formal seperti sekolah, dimana salah satu mata pelajaran yang diberikan di dalamnya adalah Ilmu Pengetahuan Sosial IPS. IPS merupakan mata pelajaran yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan di Indonesia mulai dari tingkat dasar SD, Sekolah Menengah Pertama SMP dan Sekolah Menengah Atas SMA. IPS mempelajari aspek- aspek yang berhubungan dengan manusia dan lingkungan sosial masyarakat. Siswa sebagai bagian dari lingkungan masyarakat tentunya harus memahami berbagai permasalahan yang terjadi di lingkungan sekitarnya tersebut terlebih dengan kehidupan masyarakat yang bersifat dinamis yang selalu mengalami perubahan setiap saat. Berdasarkan hal tersebut, mata pelajaran IPS menjadi salah satu mata pelajaran yang penting bagi siswa. Mata pelajaran IPS di harapkan dapat membantu peserta didik dalam memahami dan memecahkan berbagai permasalahan yang di hadapinya dalam kehidupan sosial. Namun kenyataannya, dari hasil observasi di kelas dan wawancara yang peneliti lakukan terhadap 31 siswa kelas VII d MTs Daarul Hikmah Pamulang pada tanggal 04 mei 2011, ternyata respon siswa terhadap pembelajaran IPS tidak begitu positif. Dari hasil observasi tersebut dapat diketahui bahwa selama pembelajaran berlangsung sedikit sekali siswa yang memperhatikan guru yang sedang menjelaskan materi, siswa lebih banyak sibuk dengan kegiatannya masing-masing, ada yang bercanda, mengobrol, ada juga yang sibuk memainkan buku dan bolpoinnya, hal ini menunjukan ketidaktertarikan siswa terhadap pelajaran IPS. Selain itu, guru hanya memberikan pengajaran dengan metode ceramah tanpa menggunakan media apapun dalam mengajar. Cara guru mengajar yang hanya menggunakan metode ceramah dan tanpa menggunakan media apapun ini tentu saja membuat siswa yang pada dasarnya tidak tertarik dengan mata pelajaran IPS semakin tidak tertarik dan merasa jenuh dalam belajar IPS, terlebih dengan banyaknya berbagai materi konsep IPS yang harus di hapal. 3 Sementara dari hasil wawancara terstruktur yang penulis lakukan, ketika di ajukan pertanyaan “Bagaimana menurut pendapatmu tentang pembelajaran IPS di kelas?” Tiga puluh siswa menyatakan pendapatnya yang negatif yaitu bahwa pembelajaran IPS tidak menyenangkan, membuat pusing dan ngantuk, dan satu siswa lainnya menyatakan biasa saja. Sementara ketika di ajukan pertanyaan “ apakah kamu senang dengan pelajaran IPS? dua puluh siswa menjawab tidak senang, sebelas siswa menjawab biasa saja dan satu orang siswa menjawab senang tapi kadang-kadang bikin pusing, dan ketika di ajukan pertanyaan “Apakah kamu dapat memahami konsep materi IPS yang di jelaskan oleh guru?” seluruh siswa menjawab kadang-kadang paham kadang-kadang tidakpaham sedikit. 2 Adapun wawancara terstruktur maksudnya adalah wawancara dimana telah disiapkan model-model pertanyaan yang akan diajukan oleh peneliti. Pertanyaan tersebut telah disusun secara urut dan sistematis dan kemudian ditanyakan secara lansung kepada responden untuk dijawabnya. Dari hasil observasi dan wawancara di atas dapat di simpulkan bahwa siswa tidak begitu suka dengan pelajaran IPS. Sikap tidak suka ini di pengaruhi oleh banyak faktor yang diantaranya yaitu kurang variatifnya proses pembelajaran yang berlangsung dalam kelas dan guru kurang memperdayakan media pembelajaran. Hal ini tentu berdampak pada rendahnya penguasaan konsep atas materi yang telah dipelajari. Disamping itu, dari hasil wawancara dengan guru dapat diketahui bahwa guru sudah berusaha untuk membuat siswa senang dalam belajar IPS dan aktif ketika belajar IPS, contohnya saja dengan cara menerapkan metode diskusi atau metode tanya jawab, namun hasilnya tidak terlalu baik. Sementara terkait dengan media pembelajaran guru memanfaatkan media pembelajaran yang disediakan oleh sekolah, sementara media yang tersedia di sekolah sangatlah minim. dari hasil wawanara dengan siswa dan guru tersebut, dirasa perlu adanya suatu media yang dapat menjembatani komunikasi guru dan murid sehingga dapat tercipta pembelajaran yang aktif dan komunikatif. 2 Wawancara dilakukan terhadap 32 siswa VII D MTs Daarul Hikmah Pamulang, 04 mei 2011 4 Dalam proses belajar mengajar guru berusaha mentransfer pesan kepada siswa, namun untuk menghasilkan perubahan perilaku sebagaimana yang diharapkan dalam proses pembelajaran tidaklah mudah. Oleh karena itu, guru sebagai ujung tombak dalam pencapaian tujuan pendidikan harus pandai- pandai memilih media pembelajaran yang efektif, sehingga pesan yang ingin disampaikan guru dapat di terima oleh siswa dengan baik. Pada dasarnya kegiatan belajar mengajar merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat di pisahkan, artinya satu dengan yang lainnya saling terkait. Ini menandakan bahwa dalam kegiatan belajar mengajar, kemampuan guru dalam mengajar dan memanfaatkan media pembelajaran menentukan kemampuan anak didik dalam menguasai suatu konsep materi. Guru berposisi sebagai peran penggiat dalam proses optimalisasi diri siswa untuk manghasilkan perubahan perilaku yang relatif permanent kualitas ideal. Guru tidaklah di pahami sebagai satu-satunya sumber belajar, tetapi dengan posisinya sebagai peran penggiat tadi, ia pun harus mampu merencana dan mencipta sumber-sumber belajar lainnya sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif. Sumber belajar selain guru inilah yang di sebut sebagai penyalur atau penghubung pesan ajar yang diadakan danatau diciptakan secara terencana oleh para guru atau pendidik, biasanya di kenal sebagai ”Media Pembelajaran”. 3 Salah satu media yang bisa di gunakan dalam kegiatan pembelajaran adalah media komik. Menurut Masdiono, “komik merupakan bagian rangkaian gambar yang bercerita ”. 4 Komik merupakan jenis bacaan yang di sukai oleh anak-anak hingga orang dewasa. Cara penyajiannya yang sederhana membuat anak-anak senang membacanya, selain itu gambar dalam komik yang biasanya berkarakter gambar kartun memiliki kekuatan untuk memancing perhatian dan mempengaruhi sikap dan perilaku pembacanya, sehingga dapat meningkatkan motivasi untuk membacanya. 3 Yudhi Munadhi, Media Pembelajaran, Jakarta: Gaung Persada press, 2008, h.5. 4 Toni Masdiono, 14 jurus membuat komik, Jakarta : Creative Media, 2007, h. 9 5 Gambar dalam komik biasanya berbentuk atau berkarakter gambar kartun. Ia mempunyai sifat yang sederhana dalam cara penyajiannya, dan memiliki unsur urutan cerita yang memuat pesan yang besar tetapi di sajikan secara ringkas dan mudah di cerna, terlebih lagi ia di lengkapi dengan bahasa verbal yang dialogis. Dengan adanya perpaduan antara bahasa verbal dan non verbal ini, mempercepat pembaca paham terhadap isi pesan yang di maksud, karena pembaca terbantu untuk tetap fokus dan tetap dalam jalurnya. 5 Oleh karena itu, media komik dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif untuk digunakan dalam pembelajaran IPS. Yang dimaksud dengan digunakannya komik dalam pembelajaran adalah bahwa materi-materi dari pelajaran yang akan di pelajari di jadikan sebuah urutan cerita yang menarik untuk kemudian cerita tersebut di visualisasikan ke dalam bentuk gambar kartun dan didisajikan sebagai komik, seperti yang kita tahu komik merupakan budaya populer dikalangan anak-anak dan remaja yang sifatnya sangat sederhana dan biasanya cerita yang disajikan mudah untuk dipahami. Komik dapat digunakan untuk menarik minat baca siswa. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Karl Koenke 1981 yang mengatakan bahwa komik bisa mengarahkan siswa untuk disiplin membaca khususnya mereka yang tidak suka membaca atau yang memiliki kekhawatiran akan kesalahan. Komik bisa menjadi jembatan untuk membaca buku yang lebih serius 6 . Adapun cara penggunan komik dalam pembelajaran nanti yaitu dengan mengajak siswa untuk membaca komik yang telah disediakan oleh peneliti, kemudian guru atau peneliti meminta siswa yang bersedia untuk menjelaskan hasil bacaan mereka di depan kelas, setelah tidak ada lagi siswa yang bersedia menjelaskannya maka guru menjelaskan dan memberikan tambahan-tambahan dari penjelasan yang telah di uraikan oleh siswa yang maju ke depan kelas. Selanjutnya setelah guru memberikan penjelasan-penjelasan guru mempersilahkan siswa untuk mengajukan pertanyaan, jika ada yang bertanya 5 Yudhi Munadhi, Media Pembelajaran, … h. 100 6 guruindo.blogspot.com...komik-sebagai-media-pembelajaran.html, di akses pada tanggal 24 nov 010 pkl 16.55 6 guru mempersilahkan siswa lain untuk menjawabnya dan kemudian menambahkan. Selanjutnya pada tahap akhir guru mempersilahkan siswa untuk menyimpulkan materi pembelajaran yang telah dipelajari sebelum akhirnya menarik kesimpulan dari pembelajaran tersebut secara bersama-sama oleh siswa dan gurupeneliti. Penggunaan media komik dalam pembelajaran ini di harapkan dapat membuat pembelajaran IPS berlangsung lebih menyenangkan, dan akhirnya dapat meningkatkan pemahaman dan penguasaan konsep atas materi atau sub materi yang telah di ajarkan. Sri Mulyani, dalam skripsinya yang berjudul Hasil Belajar Siswa pada Konsep Energi Bernuansa Nilai melalui Media Pembelajaran Komik dan Media Gambar yang di tulis pada tahun 2009 menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara siswa yang belajar dengan menggunakan media komik dan menggunakan media gambar, di mana kelompok siswa yang belajar dengan menggunakan media komik mendapatkan nilai hasil belajar yang lebih baik yaitu 77,5 di bandingkan dengan kelompok siswa yang belajar dengan menggunakan media gambar yang hanya mendapat nilai hasil belajar sebesar 65,88. 7 Dimana penelitian tersebut berlangsung selama dua kali pertemuan atau 4 X 40 menit. Dari hasil penelitian tersebut dapat di ketahui bahwa media pembelajaran komik lebih baik dari media pembelajaran gambar. Berdasarkan hal tersebut dan melihat masalah yang terkait dengan pembelajaran IPS yang telah di uraikan di atas, penulis tertarik untuk mengujicobakan media komik sebagai media pembelajaran IPS pada siswa MTs kelas VII .

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti, maka dapat di identifikasikan masalah sebagai berikut : 7 Sri Mulyani, hasil belajar siswa pada konsep energy bernuansa nilai melalui media pembelajaran komik dan media gambar, Jakarta: Uin syarif hidayatullah, 2009, h. 82 7 1. Masih adanya siswa yang kurang suka dengan mata pelajaran IPS, hal ini dapat dilihat dari hasil observasi yang peneliti lakukan sebelum melaksanakan penelitian, siswa terlihat tidak semangat dalam belajar. 2. Banyak siswa yang menganggap bahwa pelajaran IPS adalah pelajaran yang sulit dan membosankan, dari wawancara yang dilakukan kepada 31 siswa setidaknya 30 siswa menyatakan bahwa IPS adalah pelajaran yang membosankan, sulit dan tidak menyenangkan. 3. Kurang variatifnya proses pembelajaran yang berlangsung dalam kelas. Selama peneliti melaksanakan observasi, guru hanya mengajar dengan metode ceramah dan tidak menggunakan media apapun. Hal ini membuat proses pembelajaran kurang variatif atau monoton. 4. Guru tidak memanfaatkan media pembelajaran dalam mengajar. Hal ini dapat diketahui dari observasi dan wawancara yang peneliti lakukan, selama peneliti melaksanakan observasi guru tidak terlihat menggunakan media pembelajaran selama proses pembelajaran berlangsung, hal ini diperkuat oleh data hasil wawancara dengan siswa, data tersebut menunujukan bahwa guru sangat jarang menggunakan media dalam mengajar, sekalipun pernah, namun hanya beberapa kali selama satu semester. 5. Rendahnya kemampuan penguasaan konsep siswa dalam pembelajaran IPS. Kemampuan penguasaan konsep dapat diketahui dari nilai hasil belajar siswa, berdasarkan data dari hasil wawancara dengan guru IPS sebelum melaksanakan penelitian dikatakan bahwa nilai hasil belajar siswa minim. 6. Tidak dimanfaatkannya media belajar kreatif seperti komik atau lainnya dalam pembelajaran. Berdasrakan hasil wawancara dengan guru IPS dapat diketahui bahwa guru hanya mengandalkan media pembelajaran yang tersedia di sekolah Sementara media yang tersedia di sekolah sangatlah minim, guru tidak berinisiatif untuk membuat media pembelajaran sendiri.

C. Pembatasan Masalah