Lembaga Kerjasama Tripartit Peraturan Perundang-undangan Ketenagakerjaan Lembaga Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial

pekerjaburuh secara demokratis untuk mewakili kepentingan pekerjaburuh di perusahaan yang bersangkutan.

4. Lembaga Kerjasama Tripartit

Lembaga kerja sama tripartit adalah forum komunikasi, konsultasi dan musyawarah tentang masalah ketenagakerjaan yang anggotanya terdiri dari unsur organisasi pengusaha, serikat pekerjaserikat buruh dan pemerintah. Lembaga kerja sama tripartit memberikan pertimbangan, saran dan pendapat kepada pemerintah dan pihak terkait dalam penyusunan kebijakan dan pemecahan masalah ketenagakerjaan. Lembaga Kerja sama Tripartit terdiri dari Lembaga Kerja sama Tripartit Nasional, Provinsi dan KabupataenKota; dan Lembaga Kerja sama Tripartit Sektoral Nasional, Provinsi, dan KabupatenKota. Keanggotaan Lembaga Kerja sama Tripartit terdiri dari unsur pemerintah, organisasi pengusaha, dan serikat pekerjaserikat buruh.

5. Peraturan Perundang-undangan Ketenagakerjaan

Dalam mewujudkan pelaksanaan hak dan kewajiban pekerjaburuh dan pengusaha, pemerintah wajib melaksanakan pengawasan dan penegakan peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan. Ketentuan-ketentuan pokok mengenai ketenagakerjaan perburuhan diatur dalam Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Selain UU tersebut, beberapa ketentuan mengenai hal-hal yang terkait dengan ketenagakerjaan antara lain UU Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja Serikat Buruh, UU Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial, UU Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jamsostek, UU Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, UU Nomor 7 tahun 1981 tentang Satiruddin Lubis : Analisa Hukum Pengaturan Syarat-Syarat Kerja Dan Hak-Hak Normatif Dalam Perjanjian Kerja Bersama Studi Pada PT.Umada Di Medan, 2009 Wajib Lapor Ketenagakerjaan di Perusahaan. Pelaksanaan peraturan perundang- undangan ketenagakerjaan dalam mewujudkan hubungan industrial merupakan tanggung jawab pekerjaburuh, pengusaha, dan pemerintah.

6. Lembaga Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial

Penyelesaian perselisihan hubungan industrial wajib dilaksanakan oleh pengusaha dan pekerjaburuh atau serikat pekerjaserikat buruh secara musyawarah untuk mufakat. Dalam hal penyelesaian secara musyawarah untuk mufakat tidak tercapai, maka pengusaha dan pekerjaburuh atau serikat pekerjaserikat buruh menyelesaikan perselisihan hubungan industrial melalui prosedur penyelesaian perselisihan hubungan industrial yang diatur dengan undang-undang. Ketentuan mengenai penyelesaian perselisihan hubungan industrial diatur dalam Undang- Undang Nomor 2 Tahun 2004. Satiruddin Lubis : Analisa Hukum Pengaturan Syarat-Syarat Kerja Dan Hak-Hak Normatif Dalam Perjanjian Kerja Bersama Studi Pada PT.Umada Di Medan, 2009

BAB IV PENGAWASAN DAN KENDALA YANG DIHADAPI

DALAM PELAKSANAAN PERJANJIAN KERJA BERSAMA DI PT.UMADA MEDAN A. Pengawasan Ketenagakerjaan. Pengawasan ketenagakerjaan adalah suatu sistem pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan perundangan ketenagakerjaan. Sistem ini adalah suatu tata jaringan yang terdiri dari unsur sub sistem yang mana satu dengan yang lainnya saling berkaitan, ketergantungan dan saling berhubungan dalam mencapai tujuan. Dalam hubungan sistem pengawasan ketenagakerjaan ini terdapat beberapa sub sistem, yaitu pola pendidikan, operasional, ketatalaksanaan serta mekanisme operasional pengawas ketenagakerjaan. Pola pendidikan menyediakan pengawas ketenagakerjaan, baik umum maupun spesialis. Sedangkan pola operasional, merupakan pengaturan interaksi antar pegawai pengawas. Kemudian ketatalaksanaan merupakan pendukung administrasi pelaksanaan pengawasan ketenagakerjaan. Ada pun mekanisme operasional pengawasan adalah, urutan pemeriksaan atau pengawasan perusahaan di lapangan. Keseluruhan pola tersebut antara pola yang satu dengan pola yang lainnya saling mempengaruhi dan saling ketergantungan. Katakanlah pola operasional tidak dapat berjalan apabila pola pendidikan sebagai sarana pengadaan pegawai pengawas tidak diselenggarakan karena tidak ada pegawai pengawas yang mengoperasikan sistem. Begitu seterusnya. Satiruddin Lubis : Analisa Hukum Pengaturan Syarat-Syarat Kerja Dan Hak-Hak Normatif Dalam Perjanjian Kerja Bersama Studi Pada PT.Umada Di Medan, 2009 Dengan demikian tidak berjalannya dengan baik salah satu sub system, akan berakibat tidak berjalannya system itu sendiri. Kaitannya dengan pengawasan ketenagakerjaan adalah perusahaan dan tenaga kerja. Untuk dapat terlaksananya 2 dua obyek tersebut secara baik maka pegawai pengawas ketenagakerjaan sebagai pegangan adalah sistem pengawasan yang berkaitan dengan mekanisme operasional pengawasan ketenagakerjaan. Berdasarkan temuan di lapangan, masalah lowongan kerja, Pemutusan Hubungan Kerja PHK, sebagai seorang pegawai pengawas ketenagakerjaan yang memahami akan sistem pengawasan, temuan-temuan tersebut akan ditidaklanjuti dengan cara mendistribusikan ke Subdit tingkat pusat. Ditemukannya lowongan akan didistribusikan ke bagian lowongan kerja. Sedang kasus Pemutusan Hubungan Kerja PHK ke Panitia Penyelesaian Perselisihan Pekerja Daerah P4D. Begitu selanjutnya, tergantung temuan yang didapat di lapangan. Sedangkan kasus yang berkaitan dengan pengawasan, misal upah lembur diselesaikan oleh pegawai pengawas yang bersangkutan. Kemudian untuk kasus-kasus yang belum ada pengaturannya didistibusikan ke biro hukum guna pembahasan lebih lanjut untuk diterbitkan undang-undang atau peraturan lainnya. Di sinilah bagi para pegawai pengawas ketenagakerjaan dituntut suatu kemauan akan pelaksanaan system pengawas ketenagakerjaan. Bila ini dipenuhi maka pegawai pengawas sebagai ujung tombak, mata hukum law of eyes serta sumber data akan terwujud. Satiruddin Lubis : Analisa Hukum Pengaturan Syarat-Syarat Kerja Dan Hak-Hak Normatif Dalam Perjanjian Kerja Bersama Studi Pada PT.Umada Di Medan, 2009 Dasar hukum pengawasan ketenagakerjaan adalah Undang-undang nomor.3 Tahun 1951 tentang pengawasan perburuhan dan Undang-undang nomor.1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja. Dalam Undang-undang dimaksud telah diatur fungsi pengawasan sebagai berikut : a. Mengawasi berlakunya peraturan perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan. b. Mengumpulkan bahan-bahan ketenagakerjaan tentang hubungan kerja dalam arti seluas-luasnya termasuk menyelami keinginan masyarakat, guna membuat peraturan baru. c. Menjalankan pekerjaan lain yang diserahkan kepadanya dengan Undang-undang atau peraturan lainnya. Secara universal maksud dan tujuan utama dilaksanakannya pengawasan ketenagakerjaan adalah untuk ikut menciptakan keadilan sosial. Dengan demikian wilayah kerja pengawasan ketenagakerjaan termasuk dalam bidang kemanusiaan. Agar pengawasan ketenagakerjaan dapat dilaksanakan secara maksimal, terdapat 5 lima prinsip dasar yang harus diperhatikan, kelima prinsip dasar dimaksud adalah : 1. Pengawasan Ketenagakerjaan merupakan fungsi dari Negara. Oleh karena itu Negara bertanggung jawab menyusun system Pengawasan Ketenagakerjaan yang lengkap dan baik. 2. Pengawas ketenagakerjaan harus bekerjasama secara erat dengan pengusaha dan pekerja. Satiruddin Lubis : Analisa Hukum Pengaturan Syarat-Syarat Kerja Dan Hak-Hak Normatif Dalam Perjanjian Kerja Bersama Studi Pada PT.Umada Di Medan, 2009 3. Pengawas ketenagakerjaan harus bekerjasama dengan institute lain seperti lembaga riset, perguruan tinggi maupun lembaga yang bertanggung jawab dalam jaminan sosial. 4. Pengawas ketenagakerjaan harus berorientasi pada pendekatan pencegahan prevention. 5. Cakupan inspeksi bersifat universal. 72 Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, peranan pengawasan ketenagakerjaan menjadi semakin sangat penting, strategis dan mempunyai tanggung jawab moral serta beban tugas yang cukup berat. Berdasarkan penelitian yang punulis lakukan di PT.Umada Pengawasan ketenagakerjaan di lakukan dengan pendekatan persuasive edukatif prepentif tanpa meninggalkan tindakan represip justitia, sebagaimana pula diterapkan untuk seluruh perusahaan swasta lainnya di Indonesia. 73 Namun perlu diakui bahwa filosofi dan konsepsi pengawasan ketenagakerjaan yang terkandung dalam undang-undang ketenagakerjaan belum dikembangkan secara maksimal dalam suatu system yang lengkap dan komprehensif. Sistem pengawasan ketenagakerjaan yang telah berhasil dikembangkan di Indonesia baru memuat pokok-pokok. Pelaksanaan pengawasan ketenagakerjaan antara lain dilakukan dengan sistem berikut :

1. Personil Sumber Daya Manusia SDM Pengawas ketenagakerjaan