pengawasan ketenagakerjaan dapat menjalankan fungsi dan tugasnya. Cakupan operasional pengawasan ketenagakerjaan meliputi :
a. Pemasyarakatan Norma Ketenagakerjaan.
Kegiatan ini dilakukan dalam bentuk sosialisasi melalui berbagai kesempatan dan media, sosialisasi dilakukan agar masyarakat industri dapat mengetahui
dan memahami norma ketenagakerjaan sehingga diharapkan mampu melaksanakan peraturan perundang-undangan ditempat kerjanya.
b. Penerapan Norma Ketenagakerjaan
Dalam penerapan norma ketenagakerjaan dilakukan beberapa tahapan sebagai berikut :
1. Tindakan Preventif Edukatif
Kegiatan preventif edukatif ini dilakukan melalui pemeriksaan, pengujian, bimbingan tehnis atau konsultasi setelah mendapat informasi pengaduan atau
karena pelaksanaan pemeriksaan rutin sesuai dengan yang direncanakan. Upaya ini diarahkan pada pelaksanaan peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan
oleh masyarakat industri dengan cara-cara yang efektif dan efisien sedemikian rupa sehingga ketenangan bekerja dan berusaha, peningkatan produktivitas dan
kesejahteraan dapat terwujud. Pada umumnya tindakan preventif menghasilkan nota pemeriksaan, penetapan atau rekomendasi dan cara-cara yang efektif dalam
melaksanakan peraturan perundang-undangan tersebut. Tindakan preventif pada
Satiruddin Lubis : Analisa Hukum Pengaturan Syarat-Syarat Kerja Dan Hak-Hak Normatif Dalam Perjanjian Kerja Bersama Studi Pada PT.Umada Di Medan, 2009
umumnya dilakukan pada setiap kunjungan aparat pengawasan keperusahaantempat kerja baik dalam rangka pemeriksaanpengujian atau pada
kesempatan lain dalam bentuk bimbangan teknis.
2. Tindakan Preventif Non Justitial
Apabila dalam tempo sesuai dengan yang telah ditentukan dalam nota pemeriksaan atau penetapan ataupun rekomendasi ternyata pihak yang diwajibkan
tidak melakukan kewajiban, maka akan diadakan upaya pemaksaan di luar lembaga peradilan hingga yang bersangkutan menyadari kekeliruannya dan
membuat surat pernyataan untuk itu.
3. Tindakan Represif Justitial
Apabila ada kasus-kasus tertangkap tangan yang sifatnya mendesak atau pemaksaan diluar lembaga peradilan menurut hukum harus diambil tindakan
represif justitial, maka hal itu harus dituangkan dalam bentuk risalah yang menggambarkan suatu dugaan telah terjadi pelanggaran dan disusun dalam bentuk
laporan kejadian. Setelah dilakukan proses penyidikan terhadap dugaan pelanggaran tersebut, maka baik terbukti maupun tidak terbukti terhadap
pelanggaran tersebut harus dibuat pernyataan untuk hal tersebut sebagai kesimpulan penyelidikan yang dilakukan. Khusus terhadap dugaan pelanggaran
yang dapat dibuktikan, maka terhadap pihak yang melanggar harus diambil tindakan hukum melalui mekanisme yang sesuai dengan Undang-undang
Nomor.8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.
Satiruddin Lubis : Analisa Hukum Pengaturan Syarat-Syarat Kerja Dan Hak-Hak Normatif Dalam Perjanjian Kerja Bersama Studi Pada PT.Umada Di Medan, 2009
c. Pengembangan Pengawasan Ketenagakerjaan.
Kegiatan ini dimaksudkan sebagai upaya terpadu dengan melibatkan dan memberdayakan masyarakat yang diposisikan sebagai pihak ketiga agar dapat
membantu pelaksanaan pengawasan ketenagakerjaan yang memenuhi tuntutan yuridis dan kompetensi yang dibutuhkan. Pihak ketiga tersebut dapat diposisikan
sebagai kader atau agen ataupun pihak yang mampu membantu dan melakukan kontrol sosial terhadap pelaksanaan peraturan perundang-undangan ketenakerjaan
seperti selama ini telah dilakukan oleh kader norma ketenagakerjaan, ahli Kesehatan dan Keselamatan Kerja K3, kelompok masyarakat Peduli, Lembaga
Swadaya Masyarakat LSM dan lain-lain dengan harapan agar masyarakat industri secara mandiri dapat melaksanakan peraturan perundang-undangan
ketenagakerjaan yang berlaku.
4. Ketata Laksanaan Pengawasan Ketenagakerjaan